Setelah Stefan mengangguk, dia berkata, "Siang ini nggak usah pesan makanan, ya. Aku bawain makan siang, kita makan sama-sama." Olivia sedang di toko bukunya sendirian. Stefan tentu tidak tega melihat istrinya pesan makanan luar. Dia pun memesan makanan dari Hotel Mambera. Stefan meminta pengawal untuk mengambilnya dan setelah selesai bekerja, dia membawanya ke toko buku untuk makan siang bersama istrinya. "Oke, aku nggak pesan makan, deh. Kamu kerja dulu saja. Siswa-siswa sebentar lagi pulang sekolah, aku harus siap-siap dulu." Selesai berbicara, Olivia langsung memutuskan panggilan. Sementara itu, Stefan melihat ponselnya sambil mengeluh, "Dia bahkan nggak nunggu aku bilang 'bye' dulu. Main asal tutup saja." Olivia mulai sibuk. Setelah Stefan menyelesaikan pekerjaannya, dia pulang kantor lebih awal. Setelah pengawal kembali dari hotel dengan makanan yang di pesan Stefan, mereka melihat Stefan keluar. Para pengawal pun segera mendekat. Beberapa menit kemudian, mobil Stefan meni
Olivia membersihkan meja makan kecil hingga bersih.Melihat sajian makanan tersebut, hati Olivia merasa hangat. Stefan selalu menyediakan makanan kesukaan Olivia.“Calvin ngomong apa ke kamu? Dia bikin masalah lagi, ya?”Stefan mengambilkan makanan untuk istrinya, kemudian bertanya penasaran.“Dia salah paham sama Rosa terus melakukan sesuatu yang seharusnya nggak dia lakuin. Setelah itu dia datang ke sini, minta aku bantuin dia minta maaf. Aku bilang, salah dia sendiri, jadi dia yang harus tanggung akibatnya.”Olivia tidak menguraikan secara rinci kejadian yang terjadi. Menurutnya, hal tersebut merupakan urusan pribadi antara Calvin dan Rosa. Oleh karena kepercayaan yang diberikan oleh adik iparnya, dia memilih untuk tidak menceritakannya, termasuk kepada Stefan. Olivia merasa dengan demikian kelak Rosa tidak merasa canggung saat bertemu dengannya.Meski Olivia tidak menjelaskan secara rinci, Stefan, berdasarkan pengalamannya sendiri, mampu menebak kejadian tersebut. Stefan pun memili
Setelah berpikir sejenak, Yanti memutuskan untuk terlebih dahulu menjenguk Odelina sebelum mengunjungi temannya.Yanti menuju ke kamar Odelina.Ketika pengawal keluarga Adhitama melihat Yanti mendekat, seseorang masuk lebih dulu ke kamar Odelina untuk memberitahunya.Ketika Yanti mendekat, pengawal keluarga Adhitama tidak menghalanginya. Mereka mengetuk pintu dan membantunya membuka pintu kamar."Bu Yanti."Bi Lesti dan seorang pelayan lainnya sedang makan di ruang tamu. Melihat Yanti masuk, keduanya segera menaruh kotak makan mereka dan berdiri sambil memanggil Yanti dengan penuh hormat."Kalian lagi makan, ya. Nggak apa-apa, aku cuma mau jenguk Odelina. Silahkan lanjutkan makannya."Yanti sudah makan sebelum berangkat.Namun, Bi Lesti tetap mengantarkan Yanti masuk ke dalam kamar.Odelina sudah kenyang. Russel makan dengan lambat. Odelina sedang menyuapinya sambil berkata, "Russel, kamu nggak boleh loh ya selalu makan pelan-pelan gini. Nanti di TK, kamu harus bisa makan sendiri.""Ma
Yanti melihat tidak ada bunga atau keranjang buah yang baru dikirimkan ke ruangan pasien Odelina. Dia pun benar-benar percaya pada kata-kata Odelina. Dalam hati Yanti bergumam, "Apa Daniel benar-benar nggak datang jenguk Odelina? Tapi dia ngaku datang untuk jenguk Odelina." Odelina mengatakan dia tidak melihat Daniel. Berarti hanya ada satu kemungkinan, yakni Daniel memang datang tetapi tidak masuk ke ruangan. Jadi Odelina tidak melihatnya. Masalahnya ada pada Daniel."Dia datang ke rumah sakit, berada di lantai yang sama, kenapa nggak mampir?" Yanti berkata dengan tampang seolah-olah tidak ada yang terjadi.Odelina hanya tersenyum dan tidak menjawab. Interaksi antara dia dan Daniel memang cukup sering, kebanyakan saat Daniel mampir ke tokonya untuk sarapan. Daniel telah banyak membantu, tetapi sebenarnya dia hanya membantu karena pertimbangan hubungan Odelina dengan Stefan, suami adiknya.Yanti melihat Russel yang sedang makan dan berkata, "Odelina, saya pergi dulu, ya. Kamu suapin
Olivia melihat pesan yang dikirim oleh kakaknya. Setelah berpikir sejenak, dia membalas, “Kak, nggak pernah terpikir kah kalau kebaikan Pak Daniel bukan karena Stefan?”Odelina menjawab, “Kalau bukan karena Stefan, lalu karena apa? Dia bantu aku karena Stefan. Saat aku mulai kerja di perusahaannya, dia terima aku karena Stefan. Aku dengar dia telpon Stefan.”“Sebenarnya kak, aku mau cerita setelah kakak keluar rumah sakit. Tapi melihat Bu Yanti bicara gitu, aku merasa kakak terlalu diperlakukan tidak adil.” Setelah mengirim pesan tersebut, Olivia memutuskan untuk menelepon.Odelina segera menjawab. “Apa sih, Liv? Ada apa yang aku nggak tau? Kenapa Bu Yanti bicara begitu?”“Kak, waktu kakak kecelakaan dan nggak sadar semalaman, Pak Daniel yang nungguin di luar ruang ICU. Dia yang lihat kakak kayaknya nangis dan ngabarin dokter. Dia nggak tidur semalaman, nungguin. Setelah kakak sadar, kakak sangat lemah, jadi nggak tau semua itu.”Odelina terkejut, dan berkata, “ … Dia nungguin aku sema
"Olivia!"Odelina dengan serius berkata, "Kakak nggak tertarik sama dia sama sekali. Aku bener-bener nggak ada perasaan buat Pak Daniel, dan Bu Yanti sudah punya pilihan calon istri buat dia, Cherly itu sempurna.""Aku, kalau memang mau menikah lagi, juga nggak akan milih Pak Daniel. Jarak antara aku dengan Pak Daniel itu jauh banget. Di mata Bu Yanti, aku ini bukan calon menantu yang dia inginkan. Kalau aku dan Pak Daniel jadian, aku harus hadapi kritik dan tekanan dari mertua.""Olivia, aku sudah susah payah keluar dari keluarga Pamungkas. Nggak mungkin aku mau masuk lagi ke dalam keluarga Lumanto.""Mertuaku dulu mungkin memang susah dihadapi, tapi dia nggak berbahaya. Tapi ibu-ibu di keluarga kaya raya itu kompleks, kamu kira semua mertua bakal kayak mertuaku dulu? Menjadi menantu di keluarga kaya itu nggak gampang. Aku sama Pak Daniel bedanya jauh banget, Bu Yanti juga nggak suka sama aku. Kalau aku sampai jadi menantunya, nggak tahu ntar aku diapain sama dia."Odelina bisa berpik
"Kak, maaf ya." Olivia menyadari bahwa menyembunyikan sesuatu dari kakaknya selama ini adalah kesalahannya. Dalam kata-kata kakaknya, mereka lahir dari ibu yang sama, telah bergantung satu sama lain selama bertahun-tahun, dia mungkin bisa menyembunyikan dari siapa pun tapi tidak seharusnya dari kakaknya, meskipun itu untuk kebaikan kakaknya. Namun, banyak orang yang merasa bahwa apa yang mereka lakukan untuk kebaikan orang lain benar-benar untuk kebaikan orang itu. Apakah mereka pernah bertanya, apakah orang lain membutuhkan bantuan mereka?"Kakak tahu kamu khawatir sama Kakak, Kakak nggak marah, kok. Tapi, jangan sembunyiin hal-hal penting kayak gini dari Kakak lagi, ya. Soal ini, kamu juga nggak usah khawatir, Kakak bisa handle, kok." "Aku percaya sama kakak. Semangat ya, Kak!" "Pasti, dong. Kakak akan semangat." Odelina berkata, "Kamu terusin saja dulu, kakak mau tidur sebentar sama Russel." "Nanti sore setelah toko tutup, aku ke sana, ya." "Oke." Setelah menyelesaikan panggil
Sejak menyelesaikan masalah rumah yang ditinggalkan oleh orang tuanya di kampung, sudah lama ia tidak mendengar kabar dari keluarganya di kampung halaman. Sesekali saat membicarakan tentang kampung, apa yang disampaikan adiknya kepadanya hanya perkembangan pasar mereka. Olivia memperkirakan bahwa pasar mereka akan bisa mulai ditanami pada awal Juni. Dia berencana menanam beberapa jenis sayuran seperti kangkung, sawi, caisim, terong, dan cabai. Dalam hal menentukan tanaman apa yang harus ditanam, Olivia memiliki pengetahuan lebih dibandingkan Amelia dan Junia. Mereka memiliki pembagian tugas yang jelas. Olivia menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dan bagaimana mengelolanya, sementara Junia dan Amelia bertanggung jawab atas pemasaran dan pengambilan pesanan."Biarkan mereka masuk."Walaupun Odelina enggan untuk berinteraksi dengan keluarga di kampung halamannya, tapi mengingat yang datang adalah kerabat dan lebih tua darinya, dia menyuruh pengawal untuk mempersilakan keluar
Giselle mengeluarkan suara manja saat berbicara. Lota tertawa di telepon, "Dari suaramu, aku bisa mendengar kegembiraanmu. Sepertinya saranmu berhasil digunakan dengan baik." "Ya, memang berhasil. Sangat efektif. Si Buta itu sekarang seharusnya sudah percaya bahwa Lisa itu bukan Giselle. Tentu saja, ini juga berkat kehebatan Pak Lota yang begitu cepat menemukan pengganti yang sangat mirip denganku." "Melihat pengganti itu, aku sendiri hampir mengira dia adalah saudara kembarku. Bentuk tubuh, wajah, suara dan semuanya sangat mirip." Sekarang Giselle percaya bahwa dua orang yang tidak memiliki hubungan darah pun bisa memiliki kemiripan yang luar biasa. Sama seperti dia dan penggantinya. Mereka tidak memiliki hubungan darah. Sebelum pengganti itu muncul, mereka bahkan belum pernah bertemu. Saat pertama kali bertemu, pengganti itu juga terkejut. Keduanya sempat berpikir bahwa orang tua mereka memiliki anak lain di luar nikah. Karena hal ini, Giselle semakin takut pada Lota. Lelaki itu
Calvin tampak serius dan berkata, "Kamu paling tahu bagaimana sifat adik perempuanmu. Bahkan ayah dan ibunya nggak bisa mendidiknya dengan baik, tapi sekarang orang itu bisa membuatnya berubah menjadi seorang wanita terhormat. Meskipun masih kurang sedikit, itu sudah sangat luar biasa." "Nanti aku akan bicara dengan Kakak." Rosalina berkata, "Sepertinya mereka datang untuk mencari Olivia, hanya saja aku tidak tahu alasannya." Lelaki itu menenangkannya dan berkata, "Jangan terlalu banyak berpikir, nanti juga akan terungkap. Setelah karyawanmu kembali, kita pergi makan." "Kita makan di rumah lama atau di hotel?" "Di hotel saja, rumah lama terlalu jauh." Meskipun para tetua masih berada di Vila Permai dan akan segera pergi, Calvin dan yang lainnya telah kembali ke kehidupan normal mereka. Mereka yang harus bekerja kembali bekerja, sementara yang masih sekolah tetap melanjutkan sekolahnya. Saat ini liburan baru saja dimulai. Sebagian besar siswa sudah libur, tetapi Sandy yang merupa
Saat Giselle baru keluar dari penjara, tangannya memang menjadi sedikit kasar, kulitnya juga menjadi sedikit lebih gelap. Setelah beberapa waktu, tangannya kembali ke tangan yang putih, lembut dan halus seperti sebelumnya. Bagaimanapun juga, Giselle baru berusia 21 tahun. Setelah Tahun Baru baru berusia 21 tahun. Jadi sekarang dia masih berusia 20 tahun.Perempuan seusia ini bagaikan bunga segar. Kulit rusak juga bisa pulih dengan cepat. Setelah keluar dari penjara, Giselle tidak mau pergi cari kerja. Dia menggunakan uang yang dia bawa pergi. Setelah uangnya habis, dia akan minta lagi pada adiknya. Dia menjalani kehidupan yang cukup enak. Orang yang tidak pernah bekerja tentu saja memiliki tangan yang halus dan lembut.Sedangkan tangan si Giselle palsu itu tidak cukup putih, juga tidak cukup halus dan lembut. Ada kapalan di tangannya. Kukunya sangat pendek, tidak dicat dengan cat kuku pula. Giselle sangat suka memakai cat kuku, dia juga suka memanjangkan kukunya.Sejak kecil Giselle su
“Aku pergi. Sekarang juga aku pergi.”Giselle tidak berani mengatakan kata-kata buruk lagi, juga tidak berani tinggal lebih lama. Begitu Calvin berteriak menyuruhnya pergi, dia langsung berbalik dan berlari kembali ke mobilnya, lalu membuka pintu dan masuk. Tak lama kemudian, mobilnya meninggalkan Spring Blossom.Nama toko bunga Rosalina sangat bagus. Spring Blossom, musim semi bunga bermekaran. Namun, di sana sama sekali tidak menyenangkan. Kalau tinggal terlalu lama di sana, bisa-bisa gigi pun melayang.Setelah Giselle pergi, Lisa juga tidak ingin berlama-lama. Dia pun berkata kepada Rosalina, “Bu Rosalina, aku pergi dulu. Besok aku baru datang lagi ambil bunga yang aku pesan.”“Oke,” jawab Rosalina.Lisa diam-diam melirik Calvin, lalu dia pergi bersama dua pengawalnya. Rosalina keluar dari toko dan melihat mobil Lisa melaju pergi. Hingga mobil itu menghilang di ujung jalan, dia baru kembali ke dalam toko.“Kenapa kamu ada waktu buat datang ke sini?” tanya Rosalina kepada suaminya de
Hebat sekali. Memang patut diacungi jempol.“Calvin.”Rosalina berjalan mendekat dan meraih tangan suaminya, lalu berkata lembut, “Dia hanya anjing gila yang suka sembarang gigit orang. Nggak usah pedulikan dia, jangan biarkan dia buat kamu marah. Nggak sepadan, Sayang. Aku sudah sering dimarahinya, sudah mati rasa. Mulut, mulut dia. Dia mau marah apa terserah dia. Kalau aku nggak tahan, aku tinggal suruh orang tampar dia.”Ekspresi tegas Stefan tiba-tiba berubah lembut. Giselle palsu tidak bisa menahan rasa cemburu ketika melihat perubahan ekspresi pria itu. Saat berhadapan dengannya, Calvin bersikap begitu dingin, seolah ingin mencabik-cabiknya. Namun di depan Rosalina, dia menjadi begitu lembut. Pria keluarga Adhitama benar-benar sayang istri.“Aku nggak tahan dengar ada yang hina kamu seperti itu. Kamu murah hati, nggak mau permasalahkan itu dengannya. Tapi aku nggak bisa seperti kamu. Kalau nggak dengar , aku nggak masalah. Tapi kalau sudah dengar, aku harus kasih dia pelajaran.”
“Pak Calvin sudah ada di sini. Perempuan ini nggak tahu malu, terus marahi Bu Rosalina. Aku barusan sudah kasih pelajaran, tapi dia masih saja begitu. Bu Rosalina baik hati. Nggak ada gunanya bahas persaudaraan saat berhadapan dengan orang seperti ini. Kasih pelajaran saja, habis itu usir dia.” Lisa bicara lebih dulu.Calvin hanya meliriknya sekilas, lalu menatap Giselle dengan dingin. “Rosalina terus maafkan kamu karena kamu adik yang lahir dari mama yang sama dengannya. Kamu malah semakin bertingkah. Rosalina bisa saja nggak mau perhitungan denganmu. Tapi aku nggak semurah hati itu. Hina istriku sama saja dengan hina aku. Dari dulu aku suka tampar orang yang berani hina aku.”“Tampar dia dulu, biar dia tahu apa artinya mulutmu harimaumu,” perintah Calvin kepada pengawalnya.Pengawal Calvin tidak bersikap lembut hanya karena Giselle perempuan. Dia menampar wajah Giselle beberapa kali, sampai Giselle bengong sendiri. Ternyata Calvin juga bisa memukul orang. Ralat, bukan memukul dengan
Giselle palsu tersadar. Dia takut ketahuan. Dia pun buru-buru berkata, “Aku benci Rosalina. Aku memang ingin marahi dia. Memangnya kenapa?”Usai berkata, Giselle palsu berlari ke arah mobilnya dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil, ingin segera pergi. Siapa sangka, ada sosok yang begitu cepat sehingga berhasil mengejarnya sampai ke samping mobil. Sebelum dia sempat menutup pintu, sebuah tangan besar dan kuat masuk ke dalam mobil, lalu mencengkeram salah satu pergelangan tangannya dan menariknya keluar dari mobil dengan kasar.Giselle melihat pemilik tangan itu. Ternyata pengawal keluarga Adhitama. Pengawal keluarga Adhitama benar-benar hebat. Padahal Giselle merasa dirinya sudah sangat cepat, tapi ternyata dia masih kalah cepat.Pengawal itu menarik Giselle kembali ke depan Calvin. Lisa memelototi Giselle dengan tajam. Sekalipun dia tidak pintar dan IQ-nya terbatas, pengganti ini juga tidak boleh membuatnya terlihat begitu bodoh.Calvin sudah ada di sini, si pengganti ini masih berani p
“Bu Lisa.”Saat Giselle hendak diusir keluar, Rosalina akhirnya buka suara. Dia menatap Giselle palsu yang sedang ditahan oleh pengawal Lisa, dalam kondisi tidak mampu melawan serta tidak bisa berteriak.Setelah itu, Rosalina berkata, “Bu Rosalina, adikku ini kalau ngomong suka nggak pakai otak. Dulu dia terlalu dimanja orang tuanya, sampai nggak kenal rasa takut. Maaf sudah menyinggung Bu Lisa barusan. Sekarang Bu Lisa sudah kasih dia pelajaran. Untuk kali ini biarkan saja, usir saja dia.”Lisa masih memasang wajah tegas. “Bu Rosalina, kamu terlalu baik sebagai kakak, makanya kamu ditindas dia terus. Aku dengar dulu dia sering tindas kamu.”“Yang lalu sudah berlalu. Aku nggak ingin permasalahkan hal itu lagi.” Rosalina bersikap murah hati dan berkata, “Anggap saja dia anjing. Kita manusia kalau digigit anjing, kita nggak bisa balas gigit, kan.”Lisa mengumpat dalam hati. Rosalina, kau anjingnya. Seluruh keluargamu anjing. Setelah menyadari seluruh keluarga Rosalina berarti dirinya ter
Rosalina menatap Giselle. Awalnya Giselle diam saja, tidak memberikan reaksi apa pun. Toh, orang yang dibicarakan Lisa bukanlah dia. Begitu Rosalina menatapnya, dia baru sadar. Sekarang dia adalah Giselle.Giselle pun langsung berteriak, “Dia yang sudah rebut harta keluargaku. Dia juga yang blokir kartu bank-ku, buat aku nggak bisa ambil uang bulananku. Dia juga suruh adikku untuk kurangi biaya hidup yang diberikan ke aku sebanyak 70 persen.”“Sekarang aku nggak punya uang juga gara-gara dia. Kalau bukan cari dia, aku cari siapa? Kenapa aku harus kerja? Aku anak keluarga Siahaan, orang tuaku wariskan harta ratusan miliar untukku. Aku punya uang yang nggak akan pernah habis. Untuk apa aku kerja? Kalau kerja, satu bulannya bisa dapat berapa? Nggak sebanyak uang saku bulananku dulu.”Dulu, Giselle mendapat uang saku bulanan sebesar 600 juta. Jika dia perlu membeli sesuatu yang besar, misalnya mobil mewah, dia hanya perlu bermanja di depan orang tuanya. Nanti mereka akan membelikannya untu