“Bagaimana…” tanya Agatha. Gio berada di sampingnya. Tangan pria itu memeluk pinggang Agatha dari samping. Gio menatap ruangan yang sudah terisi dengan peralatan pilates. “Jangan bilang kamu membeli semua ini dengan uangmu sendiri?” tanya Gio. Ia kemudian menunduk—menangkat dagu istrinya yang mencoba mengalihkan pandangan. “Jawab jujur.” Gio menyipitkan mata. “Kamu menggunakan uangmu sendiri untuk membeli semua ini kan?” desaknya semakin kuat. Agatha mengerjap. Tidak bisa berbohong jika Gio sudah menatapnya seperti ini. Lagipula pria itu selalu tahu ia sedang berbohong. Agatha mengangguk.. kemudian terkekeh. “Aku lupa tidak membawa kartumu. Mangkanya aku menggunakan kartuku sendiri.” Gio mendengus pelan. “Bullshit!” Agatha menutup bibir Gio dengan telapak tangannya. “Katanya tidak boleh berkata buruk? Karena kamu mengumpat aku harus menghukum kamu!” Gio langsung menggeleng keras. “Tidak ada menghukum-menghukum.” Agatha mengalunkan kedua tangannya di leher
Pertama kalinya Agatha melakukan pilates.Tubuhnya terasa kaku sekali..“Untuk hari ini cukup.” Julie mengakhiri sesi latihan mereka. Agatha mengatur napasnya. Ia mengambil satu handuknya dan mengusapkannya di lehernya. “Bagaimana?” tanya Julie. Agatha mengangguk. “Cukup… menyenangkan.” Julie tertawa pelan. “Apa perlu meningkatkan jam pertemuan kita?” Agatha menggeleng. “Tidak-tidak! Aku tidak akan sanggup.” Julie tersenyum dan mengangguk. Kemudian mereka keluar dari ruangan. Agatha melihat Gio yang baru saja pulang. Tidak biasanya pulang lebih awal. sepertinya pria itu membawa sesuatu untuk dirinya. Agatha melambaikan tangannya melihat Gio yang berada di bawah. Gio melangkahkan kakinya menaiki tangga. kemudian menghampiri istrinya yang bersama seorang instruktur. “Kamu pulang lebih awal.” Agatha tersenyum. ia memejamkan mata saat Gio mencium keningnya. “Aku membawa Roti..” Gio memang membawa dua. Ia sengaja untuk memberikannya pada instruktur Agatha. Ia juga belum menca
“Apa Agendaku selanjutnya?” tanya Gio pada Cika yang berada di belakangnya. “Datang ke acara peresmian kerja dari Winston fashion.” Gio berhenti. otomatis orang yang di belakangnya juga ikut berhenti. Gio menatap Asistennya. “Kau sudah mencari tahu apa yang aku perintahkan?” tanyanya. Zidan mengangguk. “Sudah, Sir.” Menyerahkan map yang berisi dokumen. Gio mengambil dokumen itu kemudian membukanya. “Saya sulit melacak kehidupannya sebelum bekerja. yang pasti dia menekuni bidang pilates sangat lama. Tidak ada catatan kriminal ataupun kejahatan.” Gio menatap biodata Julie. Gio berkacak pinggang. ia harus mencari cara supaya bisa menyingkirkan Julie dari Agatha. “Dan.. ternyata kantornya sedang bekerja sama dengan Winston fashion. Dia terpilih menjadi ikon dari kerja sama ini karena mempunyai pengikut yang banyak. dia juga terkenal di Amerika karena sering menangani klien dari kalangan artis.”Gio terdiam… Ia memberikan dokumen itu kembali pada asistennya. “Apa anda akan hadir
“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Gio. Mereka berada di ruang privat sebuah restoran. Gio bersandar dengan santai. “Aku harus makan dulu. Aku sangat lapar sedari tadi.” Julie memandang makanan yang sudah tersedia di meja. Gio terdiam. membiarkan wanita ini makan saja. “Kau tidak makan?” tanya Julie. “Aku harus segera pulang dan makan malam dengan istriku,” balas Gio. Julie mengangguk. “Aaa iya.. pasti Agatha sedang menunggumu di rumah. Apa dia bisa memasak sepertiku?” tanya Julie. “Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu.” Gio mengeluaran tabletnya. “Kau makanlah dengan cepat. Dan segera bicara.” Julie menatap Gio yang sibuk mengotak-atik tablet. Pria itu sangat sibuk. sedari dulu Gio memang seperti itu. Jika menyukai satu bidang, maka akan menekuni bidang dengan sungguh-sungguh. Jika mengingat masa muda mereka. Semuanya indah… Julie tersenyum sembari memasukkan makanan di dalam mulutnya. Mengunyahnya perlahan. Seperti ini…. Gio dulu menunggunya makan.
Gio pulang. Dengan sedikit berantakan. Pria itu masuk ke dalam mansion. Berhenti saat melihat istrinya yang sedang menyiapkan makanan. Istrinya yang cantik itu terlihat ceria menggunakan dress pendek. Nampak segar dan tersenyum padanya. Agatha mendekat—mengalunkan tangannya di leher Gio. “Kamu terlambat.” Gio menunduk. “maafkan aku…” Gio meraih tengkuk Agatha dan mencium bibir wanita itu. mencium bibir istrinya penuh gairah. Agatha bahkan sampai kualahan dengan Gio yang tiba-tiba seperti ini. Agatha membala namun ia juga hampir kehabisan napas jika Gio tidak melepaskannya. Apalagi jemari pria itu telah bergilya di dadanya. “Kita makan dulu.” Agatha tersenyum dan menarik Gio untuk duduk. Ia berada di samping Gio mengambilkan pria itu makanan. Gio menatap Agatha dari samping. matanya yang taam itu terus menatpa istrinya. Agatha serasa ditelanjangi. Agatha menoleh dan mengernyit. “Apa yang kamu lakukan? Apa aku secantik itu sampai kamu melotot?” Gio mengge
21++ Agatha merasa ada sesuatu yang salah. Gio sedari tadi menciumnya lebih kasar. Cara pria itu menyentuhnya lebih terburu-buru. Agatha tahu pasti, jika Gio melakukan hal seperti itu artinya memang ada sesuatu yang tidak beres. Gio seperti melalui hari-hari buruk yang membuatnya menderita lalu melampiaskannya padanya. Agatha tidak masalah jika Gio memang sedang marah lalu melampiaskannya padanya. Tapi, ia harus tahu alasannya. Alasan yang jelas. “Beritahu aku kenapa kamu hari Ini terlihat kesal dan berantakan?” Gio mengusap pelan pipi Agatha. Ia ingin menceritakan semuanya pada istrinya. Mata mereka saling bertemu. Gio menatap bola mata Agatha yang begitu teduh. Seolah berusaha menenangkan bola matanya yang begitu tajam dan gelap. Agatha mengusap pelan dada suaminya. Melepaskan kancing teras Gio. Lihat saja perbedaannya. Agatha sudah telanjang bulat. Sedangkan Gio masih menggunakan pakaiannya lengkap. “Beritahu aku sayang,” ucap Agatha dengan lembut. Men
Pagi harinya. Agatha menyiapkan sarapan dan juga kopi untuk suaminya. “Sudah selesai?” tanya Agatha mendekati Gio. Gio menggeleng. menyerahkan dasinya pada istrinya. Agatha naik ke sebuah papan kecil. Untuk menjangkau tinggi suaminya tentu saja. Gio memperhatikan Agatha… Ia lebih diam.. Terlalu banyak yang berkecamuk di kepalanya. Gio menunduk. “Aku ingin mengganti instruktur pilates kamu.” Agatha mendongak. “Kenapa?” Gio menghela napas. “Kalau di pikir-pikir aku kurang suka berhubungan dengan orang di masa laluku. Aku hanya merasa… tidak nyaman saja.” Agatha melilitkan dasi di kerah leher Gio dengan telaten. Memasangnya dengan hati-hati supaya rapi. Ingat selalu dengan kebiasaan suaminya yang tidak menerima celah apapun. “Kata kamu dia teman kamu… apa hubungan kalian tidak berjalan baik sampai kamu tidak nyaman dengannya?” tanya Agatha. Apapun itu ia ingin Gio menceritakan segalanya padanya. Aneh.. .kenapa tiba-tiba ingin mengganti Julie. Gio menghela n
Agatha mengusap rambutnya kasar. Pilates kali ini lebih menguras energinya. Bukan… tapi hatinya. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya saat menatap Julie. Dalam benaknya terdapat banyak sekali pertanyaan. Tapi Agatha sulit untuk menanyakannya. “Sepertinya kamu sedang banyak pikiran.” Julie memperbaiki posisi kaki Agatha. “Kamu harus memusatkan pikiran kamu pada gerakan kamu, Agatha.” Agatha menghela napas. “Tinggal berapa menit lagi?” tanyanya. “mau mengakhirinya sekarang?” tanya Julie. Agatha mengangguk dan turun dari alat itu. ia duduk sembari mengusap handuknya di lehernya. Julie mengambil minum dan menatap Agatha. “Sedari tadi kau terus menatapku. Kenapa?” Agatha menggeleng. “Aku hanya ingin mengenalmu.” Julie mengernyit. “Kenapa begitu tiba-tiba?” tanyanya. “Gio bilang kau temannya. Aku ingin mengenalmu dan mengenal suamiku lebih dalam. Aku ingin tahu bagaimana dia waktu sekolah.” Agatha menatap Julie sambil tersenyum. Julie terdiam sebentar sebelum te
Julie duduk di atas kursi sembari menunduk. Menggunakan masker hitam, lengkap dengan kacamata dan topi yang juga berwarna hitam. Julie menatap pasportnya. “Aku sepengecut ini ternyata…” lirihnya. Mana bisa ia masih berada di sini sedangkan ia sudah mengusik orang yang tidak bersalah. Julie mengusap wajahnya kasar. Kemudian bersandar. Memejamkan mata, sebenarnya di sini sangat menyenangkan. Ia bertemu dengan teman-teman lamanya. Mereka menghabiskan waktu bersama sembari bercerita. Tapi ia masih punya malu untuk tetap di sini. mau ditaruh mana wajahnya jika bertemu dengan Agatha dan Gio. Julie berdecak kasar. “Kenapa tidak kunjung dipanggil. Aku ingin segera pergi…” lirihnya. Julie berdiri. ia berjalan santai sambil menenteng pasportnya. “Jangan pergi!” tarikan di pergelangan tangannya membuatnya menoleh. Belum sempat memprotes, tubuhnya lebih dulu dipeluk oleh seorang pria. Julie merasakan hangat napas seseorang yang mendekapnya. Parfum pria itu yang selama ini tidak per
Seorang pria baru saja terbangun dari tidurnya. Di ruangan hotel yang mewah ini ia terdiam sejenak. Mengamati sekitarnya. Sebelum dering ponselnya semakin terdengar dengan kencang. Minjae melihat banyak sekali pesan dan panggilan dari manajernya. Mengirim berbagai artikel yang menyangkut dirinya. Semua itu tidak penting. Lagipula ia tidak berniat untuk selama berada di dunia entertaiment. Bandnya sudah berdiri dengan lama. Anggotanya sibuk menjalankan wamil. Ada yang sibuk mempersiapkan album solo juga. Hanya dirinya yang terjun di dunia acting. Minjae bangun. Kemudian berjalan dengan kepala yang begitu pening.Ia sempat duduk sebentar—sebelum membuka pintu kamarnya. Ada layanan sarapan. Tidak ada ruginya menginap di sini, selain gratis tempatnya sangat mewah dan nyaman. Minjae mendorong troli sampai di depan meja. ia menoleh kesal saat ponselnya kembali berdering. Kembari berdering dengan kencang. Akhirnya ia mengambil ponselnya banyak panggilan tidak terjawab dari Gio.
“Kamu tidak berangkat?” tanya Agatha melihat Gio yang masih berada di sampingnya. Gio mengambil bubur di sampingnya. Kemudian menyendokkannya. Menyuapi Agatha tanpa menjawab pertanyaan dari istrinya. “Tidak. Nanti saja,” ucapnya. Agatha menggeleng pelan. “Bagaimana kalau kamu berangkat sekarang, nanti bisa pulang lebih awal…” Tatapan Agatha berhenti pada bubur.. Bubur itu tidak enak. Sama sekali tidak enak. “Kamu tidak mau makan bubur kan?” tanya Gio. “Mangkanya kamu ingin aku segera pergi.” Gio mengusap puncak kepala Agatha pelan. “Dasar…” Agatha menggeleng. “Siapa yang bilang?” tanya Agatha. Agatha menghela napas. “Tapi bubur itu memang tidak enak…” Agatha mengambil minum. “Tiba-tiba aku ingin makan masakan Oki.” Agatha mengeluh. “Aku juga ingin makan banyak…” lirihnya. “Sepertinya makan yang pedas enak…” Gio menatap Agatha dengan datar. Mode suami tegas. Agatha terkekeh. “Bercanda..” “Kata dokter kamu tidak boleh makan sembarangan. Pada fase hamil mud
“Kau tidak bisa menyukaiku. aku terlalu menjijikkan…” ucap Julie berdiri. kemudian memijit keningnya. “Aku mengejar Gio karena aku ingin balas dendam dengannya. Aku ingin dia merasakan kehancuranku saat hamil…” lirih Julie. “Tapi ternyata aku salah….” Julie bertopang pada meja. “Aku menyerang mereka yang tidak bersalah..” Julie memejamkan mata. Tapi perlahan ia merasakan tangan yang memeluk pinggangnya dari belakang. “Semua salahku…” lirih Minjae. “Semua salahku Julie. Aku akan minta maaf…” lirih Minjae lagi. “Minjae dengarkan aku..” Julie memutar tubuhnya. “Tidak usah bersamaku. Kau bisa mencari wanita yang lebih baik dariku. Aku mohon tinggalkan aku.” Minjae menggeleng. “Jangan seperti itu. aku ingin bersamamu karena aku mencintaimu.” “Aku juga akan bertanggung jawab atas hidupmu yang pernah menderita karena pernah mengandung anakku.” Minjae menggenggam tangan Julie. “Kau adalah wanita terbaik yang pernah aku temui. Aku tidak mau melepaskanmu lagi.” Julie menatap
Seorang perempuan menatap dirinya di depan cermin. Ia mendengar kalau Agatha masuk ke rumah sakit. Ia menggigit kukunya sendiri. “Apa aku keterlaluan ya?” tanyanya sendiri. Julie menggeleng. “Tidak perlu merasa bersalah…” ia mengambil tas. Kemudian berjalan keluar.. ketika ia membuka pintu—ia hampir berteriak melihat seorang pria dengan tubuh yang menjulang berada di hadapannya. “Kena—”Minjae tidak berbicara dan langsung masuk ke dalam pintu. menarik Julie hingga mereka berada di dalam Apartemen. Menutup pintu dan menghalangi pintu dengan tubuhnya.Dengan begini Julie tidak akan bisa pergi. “Ada apa denganmu?!” setengah berteriak. Julie tidak mengharapkan kehadiran pria ini di hadapannya. Ia tidak ingin bertemu dengan pria ini lagi. “Kau hamil anakku bukan anak Gio!” tegas Minjae. Julie terdiam. “Kau—” Julie menggeleng. “Kau bicara omong kosong!”Kemudian berjalan mundur menjauhi pria itu. Minjae mengeluarkan bukti yang tersimpan di dalam ponselnya. Menunjukkan rekaman cct
Agatha tidak tahu berapa lama ia tertidur. Ketika ia terbangun. Gio sudah berada di sampingnya. Pria itu masih menggunakan pakaian kerja. Tangan Agatha bergerak menyentuh tangan Gio. Gio mengangkat kepalanya ketika Agatha menyentuhnya. Gio mendongak—menatap istrinya yang sudah membuka mata. “Bagaimana keadaan kamu? ada yang sakit?” Tanya Gio. Agatha menggeleng. “Apa yang terjadi denganku?” tanya Agatha. Gio mengambil tangan Agatha kemudian mengecup punggung tangan Agatha pelan. “Kata dokter kamu kelelahan…” “Kamu sering pusing dan mual karena kamu..” Gio tersenyum. “Kamu hamil.” Agatha terdiam—cukup terkejut. Saat Dila mengatakan bahwa sepertinya ia hamil, Agatha tidak langsung percaya. Agatha tidak mau berharap karena jika tidak… pasti mengecewakan. “Benarkah?” tanya Agatha. tangannya menyentuh perutnya. Gio mengangguk. kemudian tangannya juga terulur dan menyentuh bayi mereka yang berkembang di peut Agatha. Gio berdiri—kemudian menunduk dan mengecup perut Agatha. “Di s
Cd itu coba diputar dengan alat jadul. Dari rekaman itu menunjukkan bahwa sebelum Julie datang ke kamar Gio berada. Julie dan Minjae lewat di depan kamar sambil berciuman. Akhirnya mereka masuk ke dalam kamar yang berada di samping. Setelah beberapa lama… Minjae keluar dari kamar. Pria itu keluar sambil bertelepon dengan ibunya. Keadaan masih malam. Rekaman cctv menunjukkan pukul 2 malam. “Aku dimarahi ibuku, jadi aku segera pulang dan meninggalkan Julie di dalam kamar sendirian. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi…” Minjae menjelaskan situasi yang terjadi. “Dasar tidak bertanggung jawab. Sebelum kau pergi setidaknya kau bisa mengirim dia pesan, atau menulis pesan. Agar dia tahu kalau dia itu tidur denganmu.” Samuel mengomel panjang lebar. “Iya… namanya juga sudah panik. Aku takut fasilitasku dicabut mangkanya aku langsung pergi begitu saja,” balas Minjae. Menunggu apa yangn terjadi… Ternyata Gio yang keluar dari kamar… Gio sepertinya masih mabuk. Pa
“Tidak mungkin..” Minjae menggeleng. “Aku masih ingat itu yang pertama baginya. Aku melakukannya sangat lembut. Seperti—” “fiks dia memang anakmu!” Gio tersenyum dengan lebar. Ia memejamkan mata—kemudian tertawa. Tawa yang canggung namun begitu kencang. Menandakan kebahagiaan yang tidak terkira. Gio mendekati Minjae. Kemudian menyentuh kedua bahu Minjae dengan bahagia. “Minjae…” lirihnya. Minjae melotot. Ia mundur—takut sekali dengan Gio yang seperti ini. Lebih baik melihat wajah datar pria itu daripada melihat Gio yang meringis tertawa. Pria itu terlihat semakin bahagia. Gio lagi-lagi tertawa dengan dengan bahagia. “Hah!” Kemudian menatap Minjae seperti barang berharga. “Minjae…” lirihnya. “Saranghae!” memeluk Minjae dengan sayang. “Jangan pergi ke mana-mana!” “KAU GILA!” Teriak Minjae. Mendorong Gio sampai pria itu melepaskan pelukannya. Samuel yang menatap mereka menggeleng pelan. Tidak ada yang lebih konyol dari Gio yang sekarang. Memeluk Minjae adalah h
Gio mengosongkan jadwalnya hari ini untuk turun tangan dan mencari rekaman cctv itu sendiri. Ia tidak menyangka jika rekaman cctv itu sangat banyak dan berantakan. Mereka harus mencari hari tanggal dan tahun pada waktu ulang tahun samuel. Rekaman itu tersimpan dalam sebuah cd. Satu cd berisi rekaman satu hari. Ada orang-orang yang diperintahkan oleh Samuel untuk mencari cd itu. Mereka ada 3.. Dan cd-nya sangat banyak. pantas saja berhari-hari tidak ketemu, cdnya sangat banyak. Gio yang melihatnya saja sangat pusing. Bagaimana jika mencarinya sendiri. Gio duduk di lantai bersama Samuel. Mereka diam dan berusaha mencari cd di antara tumpukan cd yang lain. Ia bertambah kesal saat Minjae yang tiba-tiba menelepon dan ingin pergi menemui mereka. Awalnya memang ia menolak kedatangan Samuel. tapi Minjae menyebut kalau anak yang dikandung Julie adalah anaknya. Gio mengusap matanya yang terasa lelah mencari cd itu. “Kau bilang padanya masalah Julie denganku?” tan