Share

Bab 943

Author: Arif
"Selain itu, demi kepentingan anaknya, yaitu Pangeran Jefry, Ratu pasti akan merencanakan banyak hal. Pada saat itu, kalau ratu dan putra mahkota nggak bersatu, kestabilan Kerajaan Nuala akan terancam. Apakah kamu mengerti?" tanya Raja Bakir.

Kemudian, Yudha pun menjawab, "Hamba mengerti. Kekacauan di istana akan sangat memengaruhi kestabilan seluruh negeri!" Ini adalah sesuatu yang tidak perlu diragukan lagi.

Raja Bakir mengangguk seraya berkata, "Benar. Jadi, aku memanggilmu hari ini untuk menyerahkan tanggung jawab ini padamu. Mulai sekarang, kamu diangkat menjadi komandan pasukan kerajaan yang bertanggung jawab atas pertahanan ibu kota kerajaan! Pada saat yang sama, pangkatmu juga akan menjadi tingkat pertama. Kamu akan menjadi jenderal nomor satu di Kerajaan Nuala!"

Raja Bakir mungkin tidak sepenuhnya memercayai orang lain, tetapi dia memiliki kepercayaan penuh terhadap Yudha. Sebagai anggota Keluarga Wutari yang setia, Yudha tidak akan berkhianat. Itu sebabnya, Raja Bakir merasa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
maniax rabit
autor mau membuat wira melawan yuda? kasian...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 944

    Saat ini, Yudha berdiri di luar pintu dengan suasana hati yang sangat rumit. Dia tahu jelas alasan Raja Bakir bertindak demikian. Meskipun tubuhnya sudah tidak sehat, dia masih bersedia mengorbankan dirinya agar Ratu dapat berkuasa. Raja Bakir bahkan tidak membiarkan hari-hari terakhirnya berlalu dengan tenang.Yudha menghela napas, lalu memberi hormat yang mendalam sembari menatap pintu ruang kerja yang tertutup. Namun, masih ada perasaan rumit di dalam hatinya. Pria itu pun bergumam, "Ayah ... bagaimana seharusnya aku memilih?"Sebelum ayahnya meninggal, dia meminta Yudha untuk melindungi Kerajaan Nuala dengan segala cara. Apabila ayahnya masih hidup, dia pasti akan menyetujui permintaan Raja Bakir tanpa ragu-ragu. Bahkan, tanpa permohonan Raja Bakir, ayahnya pasti tetap akan melindungi Kerajaan Nuala.Hanya saja ... masih ada belenggu dalam hati Yudha. Terlepas dari seberapa tulus permintaan maaf Raja Bakir hari ini, Yudha masih belum bisa memaafkannya sepenuhnya. Apalagi, Yudha tah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 945

    Raja Bakir terbaring di ranjang dengan wajah yang sangat pucat, seolah-olah bisa dijemput ajal kapan pun. Saat ini, para selirnya sangat sedih dan berlutut di lantai sambil menangis dengan terisak-isak. Sementara itu, tabib di samping tampak mengernyit dan tengah memeriksa denyut nadi Raja Bakir.Mata Jihan juga tampak memerah. Dia memandang cemas ke arah Raja Bakir yang terbaring di ranjang. Ketika tabib menarik kembali tangannya dengan ekspresi yang sangat gelisah, Jihan segera mendekat dan bertanya dengan khawatir, "Tabib, bagaimana kondisi Yang Mulia sekarang?"Ekspresi tabib tampak sangat serius. Dia agak menggeleng dan menghela napas perlahan, lalu berkata dengan serius, "Kondisi Yang Mulia sangat buruk. Penyakitnya sangat serius, mungkin waktunya sudah tidak lama lagi ...."Begitu para selir mendengar ini, tangisan mereka pun makin keras. Beberapa bahkan langsung pingsan di tempat karena tidak mampu menahan pukulan berat ini.Sementara itu, Jihan juga sulit memercayai hal ini. D

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 946

    Raja Bakir dan Jihan tiba di depan aula leluhur istana. Saat melihat tablet leluhur yang disembah, Raja Bakir sontak menangis. Dia berlutut di tanah dan langsung bersujud tiga kali sebelum berkata, "Para leluhur yang terhormat, aku sudah mengecewakan kalian ...."Raja Bakir tampak sangat sedih dan sulit menerima semua ini. Akan tetapi, memangnya kenapa kalau dia tidak terima?Raja Bakir pun berlutut di sana dan merenungkan kembali hidupnya. Memang ada penyesalan dan keengganan, tetapi dia justru makin tenang karena semuanya telah berlalu. Dia selalu sangat sulit menerima kematiannya. Namun, kini dia tiba-tiba merasa lega.Setidaknya, Raja Bakir telah melakukan banyak hal dan mencari jalan keluar untuk Kerajaan Nuala sebelum dijemput ajal. Paling tidak, dia merasa telah menciptakan kestabilan yang diyakini olehnya. Tindakannya mungkin bukan rencana yang sempurna, tetapi merupakan pilihan terbaik.Saat ini, Raja Bakir memerintahkan, "Ratu, berlututlah!"Kemudian, Jihan pun langsung berlu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 947

    Wira menyampaikannya secara blak-blakan. Usai dia mengatakan itu, Farrel pun menghela napas. Kemudian, dia berkata dengan ekspresi kebingungan, "Kak Wira, sejujurnya aku memang datang demi hal ini!"Wanita itu memandang Wira dengan raut wajah yang muram. Sejujurnya, Farrel telah merenungkan masalah ini di sepanjang perjalanan. Bagaimana seharusnya Keluarga Barus menghadapi gejolak ini? Apakah mereka rela menjadi bawahan atau sebaliknya merebut kekuasaan di tengah kekacauan? Farrel sangat kebingungan dan khawatir.Mengenai masalah ini, Wira tak kuasa berkata, "Apakah Keluarga Barus belum mempertimbangkannya dengan baik?"Wira merasa bahwa dalam situasi ini, Keluarga Barus seharusnya sudah memiliki pemikiran yang jelas. Dalam politik saat ini, pilihan untuk Keluarga Barus memang sangat banyak. Akan tetapi, jika Wira menjadi mereka, dia pasti akan memilih untuk menjadi penguasa tertinggi.Farrel mengangguk sembari menjawab, "Ayahku sedang kebingungan dan nggak tahu harus memilih apa. Enta

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 948

    Wira mengangguk, lalu berpikir sejenak sebelum berkata, "Meskipun begitu, ini adalah urusan yang berkaitan dengan takdir Kerajaan Nuala ke depannya. Bagaimana bisa disikapi dengan begitu gegabah? Selain itu, kalaupun benar seperti yang kamu katakan, Keluarga Barus seharusnya nggak tinggal diam hanya karena satu orang."Usai mendengar perkataan Wira, Farrel pun mengambil napas dalam-dalam. Walau seperti itu, masih ada keraguan di dalam hatinya."Kak Wira, kalau kamu yang mengalami hal ini, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Farrel. Dia ingin mengetahui pemikiran Wira.Begitu mendengar pertanyaan itu, Wira pun menjawab sambil tersenyum, "Kalau aku, mungkin aku akan menyerah pada ambisi untuk merebut kekuasaan. Bagaimanapun juga ... aku nggak terlalu tertarik dengan hal tersebut."Farrel sedikit terkejut dengan jawaban Wira. Namun, dia bertanya sembari tersenyum kaku, "Kak Wira, apakah kamu serius? Tapi ... dari apa yang kutahu, sepertinya kamu juga sudah melakukan banyak persiapan, bukan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 949

    Saat memikirkan Keluarga Barus, Wira mendesah. Dia memandang mereka bertiga sambil berucap, "Ratu dan Keluarga Juwanto punya alasan untuk merebut kekuasaan, tapi bagaimana dengan Keluarga Barus? Sebagai keluarga Ratu, seharusnya mereka membantu Ratu untuk mencapai tujuannya. Tapi, kalau Keluarga Barus mau merebut kekuasaan untuk mereka sendiri, sepertinya hal ini kurang pantas, 'kan?"Wulan dan lainnya langsung mengerti begitu Wira menyelesaikan ucapannya. Memang benar, Ratu merebut kekuasaan demi pangeran, begitu pula dengan Keluarga Juwanto.Jadi, apa alasan Keluarga Barus merebut kekuasaan? Apa demi mereka sendiri? Kalau begitu, mereka akan kelihatan terlalu ambisius. Sesungguhnya, tidak mudah bagi Keluarga Barus untuk melakukan hal ini.Dewina bertanya, "Kalau begitu, bukankah ini berarti Keluarga Barus nggak punya kesempatan lagi?"Melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas memang tidak mudah. Jika tidak bisa memenangkan hati rakyat, bagaimana caranya mengendalikan negara? Ini adal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 950

    Jihan langsung panik saat melihat Raja Bakir hendak bangun. Jihan segera memapah Raja Bakir dan bertanya dengan ekspresi khawatir, "Yang Mulia, apa yang kamu lakukan? Sekarang tubuhmu sangat lemah, kamu harus istirahat yang cukup. Kamu nggak boleh ...."Sebelum Jihan selesai bicara, Raja Bakir melambaikan tangan dan berucap, "Aku tahu kondisi tubuhku dan aku nggak punya banyak waktu lagi. Tapi, aku itu seorang raja, jadi aku nggak mau meninggal di tempat tidur. Cepat bantu aku untuk makan dan menghadiri rapat."Raja Bakir berusaha untuk berbicara dengan tegas dan menahan batuknya. Dia tidak ingin membuat Jihan khawatir. Jihan membujuk, "Yang Mulia, sekarang tubuhmu sangat lemah. Kamu harus istirahat di tempat tidur dan nggak boleh terlalu lelah."Para pangeran juga bergegas maju dan menimpali, "Benar, Ayah. Sekarang tubuhmu sangat lemah, jadi nggak boleh banyak bergerak. Kalau nggak, kondisimu akan makin parah ...."Melihat Raja Bakir yang masih berusaha untuk bangun, Jihan segera meng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 951

    Para pejabat di istana tampak tegang, gelisah, dan penuh keragu-raguan. Mereka ingin mengatakan sesuatu, tetapi terlihat kesulitan untuk mengucapkannya. Mereka hanya bisa melihat Raja Bakir berjalan langkah demi langkah menuju singgasananya dengan dipapah oleh kasim tua, kemudian perlahan-lahan duduk.Namun, ketika melihat Raja Bakir duduk dengan mantap di singgasana, mereka tidak banyak berbicara. Sebaliknya, para pejabat segera menundukkan kepala dan memberikan penghormatan.Raja Bakir terlihat pucat dan jelas-jelas dalam kondisi yang sangat rentan, seolah-olah bisa meninggal setiap saat. Namun, dia tetap bertahan dan berusaha menenangkan emosinya agar bisa menunjukkan dirinya yang berwibawa.Aura seorang kaisar harus senantiasa kuat. Para pejabat di bawahnya merasa ketakutan dan tidak berani bersuara sama sekali. Mereka sangat khawatir ucapan mereka akan membuat Kaisar emosi sehingga memperparah penyakitnya. Setelah terbatuk sejenak, Raja Bakir menghimpun tenaga untuk bertanya kepad

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3144

    Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak. Mereka benar-benar tidak tahu masalah apa yang dimaksud Enji.Pada saat itu, Guntur yang duduk di bawah berkata, "Bos, langsung katakan saja."Melihat Guntur berkata seperti itu, Enji tersenyum. Dia menunjuk ke arah Adjie dan berkata sambil tersenyum, "Semuanya, mulai sekarang Adjie ini akan menjadi wakil pertama kita. Jadi, kalau kelak kalian bertemu dengannya, jangan lupa memberi hormat."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang duduk di bawah langsung mulai berdiskusi. Mereka benar-benar tidak menyangka Adjie akan menjadi wakil pertama.Namun, dua anak buah yang sebelumnya membawa Adjie ke sini, saling memandang dengan ekspresi gembira. Menurut mereka, kesempatan mereka akhirnya datang juga. Saat ini, mereka berada di posisi terbawah di Desa Riwut ini. Oleh karena itu, mereka merasa sangat senang karena merasa mulai sekarang kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.Pada saat itu, salah seorang di antara kerumunan tiba-t

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3143

    Adjie langsung tertawa dan berkata, "Haha. Kalau kamu begitu suka posisi wakil kedua ini, kamu saja yang ambil. Tapi, aku jelas nggak akan menerimanya."Enji hanya tersenyum melihat pemandangan itu, terlihat jelas dia merasa Adjie adalah sosok yang menarik. Pada saat itu juga, dia maju dan berkata sambil tersenyum, "Saudara, begini saja. Kamu yang jadi wakil pertama, biar dia yang jadi wakil kedua saja. Bagaimana?"Wakil pertama itu hendak membantah saat melihat posisinya tiba-tiba turun menjadi wakil kedua, tetapi Enji langsung membentak, "Tutup mulutmu!"Ekspresi wakil pertama itu langsung berubah dan menjadi diam saat dimarahi kepala itu.Adjie langsung tersenyum dan berkata, "Kamu serius?"Enji menganggukkan kepala dan berkata, "Aku ini bos di sini, mana mungkin bermain-main dengan ucapanku."Adjie langsung menoleh ke arah wakil pertama itu dan mendengus. "Kalau Bos sudah berkata begitu, aku akan mengikuti perintahnya. Bocah, kamu sudah mengerti, 'kan?"Ekspresi wakil pertama itu l

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3142

    Pada saat itu, wakil pertama pun tersenyum dan berkata, "Nggak disangka, ternyata anak ini bukan orang biasa."Ekspresi wakil kedua langsung berubah saat mendengar perkataan itu, lalu bangkit dengan marah dan menerjang ke arah Adjie.Meskipun gerakan wakil kedua itu cepat, ternyata Adjie lebih cepat lagi. Dalam sekejap, dia sudah berada tepat di depan wakil kedua. Dia langsung mencengkeram leher wakil kedua dan memutarnya dengan kekuatan penuh.Saat mendengar suara patah tulang yang nyaring, ekspresi wakil pertama dan Enji langsung berubah. Mereka benar-benar tidak menyangka pemuda yang baru datang ini begitu ganas.Kedua anak buah yang berdiri di bawah langsung bengong. Mereka juga tidak menyangka pemuda ini begitu masuk langsung membunuh wakil kedua. Setelah tersadar kembali, mereka langsung berlutut dan memohon ampun, "Bos, kami pantas mati. Kami nggak tahu kemampuan orang ini begitu hebat."Ekspresi wakil pertama menjadi sangat muram, lalu langsung menunjuk kedua orang itu dan bert

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3141

    Melihat pria yang duduk di tengah itu, Adjie tertegun sejenak. Kedua pria yang duduk di sebelah kiri dan kanan juga terlihat sangat garang, sepertinya kedudukan mereka tinggi.Pria yang mengajak Adjie masuk segera maju dan berkata, "Ini adalah Bos Enji kami. Yang di sebelah ini adalah wakil pertama dan ini wakil kedua."Setelah memperkenalkan ketiga pria di bawah patung, pria itu menoleh pada Enji dan berkata, "Bos, aku menemukan orang ini di luar. Dia mengaku dia adalah pengungsi yang melarikan diri dari utara, jadi aku langsung membawanya menghadapmu."Mendengar perkataan itu, Enji tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, "Pengungsi? Mendekatlah, biar aku lihat dulu."Adjie menganggukkan kepala dan melangkah maju. Saat melihat wajah Enji dengan jelas, dia sempat terkejut. Ternyata Enji memiliki bekas luka yang panjang dari kening sampai ke sudut mata. Dilihat dari bekas luka yang mengerikan ini, jelas bos ini adalah orang yang sangat garang.Meskipun awalnya sempat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3140

    Adjie menyipitkan matanya saat melihat nyala obor itu, lalu melangkah maju. "Siapa kalian?"Salah satu pria itu tiba-tiba mencabut goloknya dan meletakkannya di leher Adjie, lalu tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Kamu sedang bercanda ya? Pengungsi? Mana mungkin seorang pengungsi bisa berlari sampai ke sini. Kamu pikir aku bodoh ya? Semua pengungsi berada di selatan."Ternyata situasinya memang seperti dugaan Adjie. Dia langsung tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Siapa yang bilang semua pengungsi ada di selatan? Dasar bodoh!"Melihat Adjie masih berani membantahnya, ekspresi pria itu menjadi panik dan langsung mengayunkan goloknya.Namun, Adjie langsung menghindari serangan itu dan merebut golok dari tangan pria itu, lalu langsung mengarahkannya ke leher pria itu. "Hehe. Maaf, ternyata kemampuanmu hanya begitu saja. Kalau bukan karena aku sudah membunuh seseorang dan dikejar orang-orang itu, aku juga nggak sudi datang ke tempat ini."Mendengar perkataan itu, pria lainnya di samping y

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3139

    Adjie tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan itu, lalu tersenyum dan berkata, "Hehe. Tuan, ini nggak perlu. Kalau aku membawa orang lain, justru akan lebih merepotkan. Lagi pula, kalau hanya aku sendirian saja, aku bisa bergerak dengan lebih fleksibel."Wira pun menganggukkan kepala. Setelah selesai mengatur semuanya, dia menepuk bahu Adjie dan berkata, "Baiklah, sekarang kamu pergi bersiap-siap dulu. Nanti baru temui aku lagi.""Baik," jawab Adjie, lalu segera keluar.Setelah Adjie pergi, Wira menatap peta di depannya dan menghela napas. Ini mungkin bisa berhasil jika semuanya berjalan sesuai rencananya, tetapi dia masih ragu apakah Adjie bisa merebut Desa Riwut ini. Meskipun dia tidak begitu paham dengan situasi di sana, kabarnya para perampok di sana sangat kejam. Dia juga tidak yakin apakah para perampok itu berani menghadapi pasukan utara.Saat Wira masih tenggelam dalam pemikirannya, waktu sudah berlalu sekitar setengah jam. Saat tirai tenda kembali terbuka, dia langsung terk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3138

    Mendengar hal itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah semuanya sudah diputuskan, langkah selanjutnya akan lebih mudah. Namun, sekarang mereka tetap harus menyusun rencananya secara menyeluruh sebelum menjalankannya.Pada saat itu, Adjie yang masih menatap lokasi Desa Riwut pun berkata, "Sebelumnya aku nggak memperhatikan tempat ini. Tapi, setelah melihatnya lagi, tempat ini memang cukup strategis."Keduanya pun menganggukkan kepala karena lokasi Desa Riwut ini menang strategis. Jika mereka bisa menguasai tempat ini, berarti mereka sudah menguasai jalur utama musuh. Selain itu, jika musuh ingin menguasai kota-kota di sekitar, musuh mereka juga harus melewati Desa Riwut ini terlebih dahulu.Setelah berpikir sejenak, Adjie memberi hormat dan berkata, "Kalau ini perintah Tuan, aku akan mengikutinya. Tapi, kapan aku harus berangkat?"Wira langsung menjawab, "Malam ini adalah waktu terbaik dan menguntungkan kalian juga. Tapi, sebelum pergi, kamu harus mengubah identitasmu dulu."Adjie yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3137

    Setelah berpikir sejenak, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau begitu, aku rasa boleh mencobanya. Tempat ini punya celah yang begitu besar, jadi ini benar-benar peluang yang bagus."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa strategi ini cukup bagus karena Pulau Hulu ini memiliki tiga celah yang terbuka. Jika bisa menguasai celah ini, mereka bisa menjebak musuh di dalamnya. Meskipun pasukan utara bisa memiliki kemampuan untuk bergerak cepat, mereka tetap akan kesulitan untuk melarikan diri.Setelah mengamati jalur di sekitar Pulau Hulu, Wira menggerakkan jarinya ke atas peta dan berkata sambil menunjuk pada sebuah lokasi di bagian selatan Pulau Hulu, "Kamu lihat tempat ini."Adjie tertegun sejenak. Setelah melihat lokasi yang ditunjukkan Wira, dia berkata dengan pelan, "Tempat ini adalah Desa Riwut, markas besar sekelompok perampok besar. Tapi, apa hubungannya tempat ini dengan pasukan utara?"Wira tersenyum. Desa Riwut ini memang tidak memiliki hubungan dengan pasukan utara. Namun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3136

    Setelah memikirkannya, Wira berkata dengan pelan, "Soal urusan ini, nggak ada yang perlu dikatakan lagi. Kali ini kalian sudah menyelesaikan tugas dengan sangat baik, kamu ingin hadiah apa?"Mendengar pertanyaan itu, Latif segera berkata, "Semuanya terserah Tuan saja."Setelah berpikir, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, aku akan mengangkatmu sebagai letnan jenderal dari ketiga tim pasukan itu. Mulai sekarang, kamu akan selalu berada di sisiku. Bagaimana?"Begitu mendengar perkataan itu, Adjie merasa sangat gembira. Dia tahu masa depannya lebih prospektif jika mengikuti Wira daripada memimpin pasukan di medan perang. Lagi pula, jika saat ini mereka bisa menangani situasi ini dengan baik, pasti akan mendapatkan pencapaian yang besar. Menurutnya, berada di sisi Wira adalah pilihan terbaik.Tanpa ragu, Adjie langsung memberi hormat dan berkata, "Terima kasih, Tuan."Wira langsung tersenyum dan berkata, "Hehe. Baiklah. Kalau begitu, sekarang kamu bisa langsung membuktikan dirimu.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status