Share

Bab 2717

Penulis: Arif
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya."

"Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."

Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.

Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."

Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.

Sementa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2718

    Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2719

    Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2720

    "Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2721

    "Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2722

    Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2723

    Setelah semuanya sudah diatur dengan baik dan hampir sampai di depan pintu penjara bawah tanah, Wira memberikan instruksi pada Danu, "Oh ya. Jangan memberi tahu terlalu banyak orang tentang kepulanganku kali ini, terutama Tuan Osmaro."Jika ingin kembali secara terang-terangan, Wira tentu saja tidak akan menggunakan cara seperti ini. Dia juga akan membiarkan anggota jaringan mata-mata melindunginya di sepanjang perjalanan, sehingga tidak akan terjadi begitu banyak kejadian seperti ini. Namun, dia memiliki pertimbangannya sendiri dan memilih lebih baik tidak mengungkapkan kepulangannya agar tidak memicu masalah."Semuanya sesuai dengan pengaturan Kakak," jawab Danu sambil menganggukkan kepala dengan tegas. Selama ini, dia selalu memegang prinsip yaitu selalu patuh pada Wira tanpa syarat. Meskipun Wira memerintahnya untuk mati, dia juga tidak akan ragu sedikit pun. Beginilah ikatan persaudaraan mereka."Aku nggak menyangka orang yang membantu kita adalah Wira yang terkenal itu. Pantas sa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2724

    Orang lain mungkin tidak akan berani mendambakan hal ini seumur hidupnya."Oh ya. Sejak kapan kamu tahu identitas Kak Wira?" tanya Kaffa lagi karena dia sama sekali tidak mendapatkan petunjuk apa pun. Bahkan saat menerima liontin giok dan melihat ekspresi Danu, dia juga tidak berani membayangkan Kak Wira di depannya adalah Wira yang terkenal itu. Ini benar-benar seperti dongeng yang tidak mungkin terjadi, tetapi kenyataannya memang begitu.Shafa perlahan-lahan berkata, "Sebenarnya aku juga baru mengetahui semuanya beberapa waktu yang lalu. Dia meminta kita memanggilnya Kak Wira, ditambah lagi senjata rahasianya itu, dan sikapnya dalam bertindak, semua itu sudah cukup bagiku untuk menebak identitasnya.""Lagi pula, senjata rahasia yang bernama pistol itu hanya Kak Wira yang punya di seluruh dunia ini, orang lain nggak punya senjata rahasia seperti itu. Kalau dia bisa membawa pistol itu, mana mungkin dia orang lain lagi."Shafa termasuk orang yang berpengetahuan luas, dia tentu saja bisa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2725

    Di dalam kereta kuda. Melihat ekspresi Kaffa dan Shafa yang sangat waspada, Wira tersenyum dan bertanya, "Kenapa kalian berdua nggak berbicara?"Setelah ragu sejenak, Kaffa berkata dengan pelan, "Kak Wira, aku baru tahu identitasmu, aku tentu saja nggak berani berbicara sembarangan di depanmu. Kalau aku salah bicara, kemungkinan besar akan ...."Sebelum Kaffa selesai berbicara, Shafa segera mendorong lengannya. Mendapat isyarat itu, dia pun segera menghentikan kata-katanya.Wira menggelengkan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Shafa, aku tahu kepribadian kakakmu, jadi aku nggak akan menyalahkan kalian. Meskipun dia salah bicara, apa masalahnya? Bukankah aku tetap menganggap kalian sebagai teman? Kalau nggak, aku nggak akan membiarkan kalian duduk di kereta kudaku."Danu berkata dengan nada ramah, "Benar. Kakakku sudah menganggap kalian berdua sebagai teman, jadi kalian perlu begitu formal di depan kakakku. Kalau nggak, berarti kalian meremehkan kakakku dan kakakku akan marah."Setel

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3132

    Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum. Beberapa saat kemudian, orang-orang yang menyaksikan kejadian itu pun perlahan-lahan berkata, "Sebelumnya kita nggak yakin. Tapi, dilihat dari situasi sekarang, sepertinya semuanya berjalan dengan baik. Hanya saja, nggak disangka kita akan meraih kemenangan besar ini dengan begitu mudah."Kebanyakan orang yang mendengar perkataan itu juga ikut tersenyum.Setelah orang-orang itu selesai berbicara, Wira yang berada di samping pun tersenyum dan berkata, "Baiklah. Percepat laju pasukan, kita segera kembali ke gerbang kota."Setelah semua orang menganggukkan kepala, Wira segera memacu kudanya ke depan. Para jenderal di belakangnya juga segera mempercepat langkah mereka untuk mengikutinya. Saat tiba di gerbang kota dan melihat Trenggi bersama para pasukannya keluar dari kota untuk menyambut mereka, dia langsung maju dan berkata, "Aku nggak menyangka kalian begitu cepat menerima kabarnya."Mendengar perkataan itu, Trenggi tersenyum dan perlahan-

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3131

    Saat ini, Trenggi sudah memimpin anak buahnya untuk menunggu di sisi gerbang kota. Dia sudah menerima kabar Wira dan yang lainnya sudah menang dengan gemilang dan bahkan berhasil menangkap hampir 500 ekor kuda perang milik musuh. Dia merasa sangat bersemangat saat mendengar kabar ini dan merasa kelompok ini memang bisa diandalkan.Tepat pada saat itu, Trenggi yang terus berdiri di depan tiba-tiba teringat sesuatu. Dia pun bertanya pada mata-mata di sebelahnya, "Kamu sudah mengirim orang-orangmu? Sekarang Tuan Wira masih berapa jauh lagi dari kota?"Mata-mata ini adalah seorang kolonel di bawah komando Trenggi yang bertanggung jawab atas tugas-tugas mengintai dan mengawasi.Mendengar pertanyaan itu, kolonel itu menganggukkan kepala. Beberapa saat kemudian, dia perlahan-lahan berkata, "Jenderal, jangan khawatir. Saat ini Tuan Wira sudah sangat dekat dengan kota, mungkin sekitar dua jam lagi mereka akan tiba di sini."Mendengar jawaban itu, Trenggi merasa sangat gembira dan langsung berka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3130

    Wira tersenyum tipis menatap Hayam dan Nafis yang berdiri di sampingnya. Keduanya hanya diam-diam tersenyum, seperti tidak berniat menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkan.Melihat Wira tetap diam, Hayam akhirnya angkat bicara, "Jenderal Arhan nggak usah khawatir. Agha dan Adjie belum kembali pasti karena sedang mengurus sesuatu. Lebih baik kita tunggu saja. Nggak mungkin ada kejadian buruk yang menimpa mereka."Mendengar betapa tenangnya ketiga orang itu, Arhan mengangguk ringan. Dalam hatinya, dia agak terkejut dengan keyakinan mereka. Namun, mengingat pasukan utara sudah mundur, memang seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.Tepat ketika pemikiran itu terlintas di benaknya, seorang pengintai yang berjaga di luar pun masuk dan membungkuk hormat kepada Wira, "Tuan, kami baru saja menerima kabar. Jenderal Adjie dan Jenderal Agha sudah kembali bersama pasukan. Sepertinya mereka membawa banyak sekali kuda dari jarahan!"Mendengar kabar itu, semua orang di dalam ruangan seren

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3129

    Begitu semua orang turun dari kuda, Zaki segera berteriak lantang, "Saudara sekalian! Kita baru saja jatuh ke dalam jebakan dan menderita banyak korban! Saat ini, yang paling penting adalah menyelamatkan nyawa kita!""Setelah kita kembali ke Pulau Hulu, jangan khawatir! Aku, sebagai jenderal kalian, pasti akan memimpin kalian kembali untuk membalas dendam!"Zaki tahu betul bahwa kuda-kuda ini adalah nyawa bagi prajuritnya. Meninggalkan mereka begitu saja adalah suatu aib. Namun, keselamatan lebih penting dan aturan perang yang kaku tak ada gunanya dalam situasi seperti ini.Wakil jenderalnya yang berdiri di samping ikut berseru, "Jenderal benar! Saudara sekalian, karena situasi sudah seperti ini, kita harus segera kembali ke Pulau Hulu!"Mendengar dua pemimpin mereka berbicara seperti itu, para prajurit akhirnya mengangguk setuju. Tampaknya mereka tidak punya pilihan lain.Zaki lalu memimpin pasukannya untuk segera bergerak. Saat mereka berjalan menuju Pulau Hulu, dia menggertakkan gig

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3128

    "Baik!"....Di sisi lain, Zaki yang tengah memimpin pasukannya mundur melihat barisan prajurit bergerak maju. Namun, tiba-tiba banyak di antara mereka yang serempak tersungkur ke tanah.Melihat kejadian itu, wajah Zaki langsung berubah suram. Dia sama sekali tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Padahal, di daerah ini tidak ada jebakan kuda.Zaki menatap wakil jenderal yang dipilihnya untuk sementara waktu, lalu menginstruksi, "Pergi lihat apa yang terjadi."Wakil jenderal itu langsung membungkuk hormat, lalu maju untuk memeriksa. Tak lama kemudian, dia melapor, "Jenderal, di depan ditemukan banyak paku kuda.""Paku kuda?"Zaki tertegun sejenak, lalu merasakan hawa dingin menjalar ke kepalanya. Ini benar-benar bencana bagi dirinya!Dia adalah jenderal kavaleri. Jika pasukannya kehilangan kuda, apakah mereka masih bisa disebut sebagai pasukan berkuda?Wajah Zaki semakin muram. Dengan suara rendah, dia bertanya, "Apa bisa disingkirkan?"Paku berbeda dengan tali penghalang kuda.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3127

    Sejak Zaki memberikan perintah, pasukan utara langsung tercerai-berai, melarikan diri ke segala arah.Melihat pemandangan ini, Agha dan Adjie yang bersembunyi di kejauhan sempat terkejut. Mereka benar-benar tidak menyangka pasukan utara akan meninggalkan formasi dan memilih kabur begitu saja. Dalam dunia militer, ini adalah kesalahan fatal.Karena tidak menyangka pasukan utara akan bertindak sejauh ini, mereka hanya bisa menyaksikan pasukan musuh berhamburan dengan melongo.Agha menghela napas panjang dan berkata, "Aku nggak nyangka hasilnya akan begini. Seharusnya kita pasang lebih banyak jebakan."Mendengar itu, Adjie tersenyum dan menyahut, "Hasilnya sudah cukup bagus. Musuh membawa 100.000 prajurit, setidaknya kita telah menghabisi puluhan ribu prajurit, belum lagi yang terluka parah."Setelah berhenti sejenak, Adjie menoleh ke arah Agha dan berkata, "Kamu kira pasukan utara bisa mundur begitu saja? Aku sudah menyebarkan banyak paku kuda di depan mereka. Begitu mereka menginjaknya,

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3126

    Orang-orang ini bukan bodoh. Membunuh seseorang untuk menunjukkan sikap memang bisa dilakukan, tetapi jika sampai membunuh jenderal sendiri, itu namanya bunuh diri.Mereka lantas menangkupkan tangan, lalu kembali ke posisi masing-masing dan mulai menyingkirkan jebakan kuda.Sayangnya, mereka tidak tahu bahwa jebakan kuda kali ini jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Bahkan, musuh menyebarkan beberapa paku di tanah.Ketika melihat situasi ini, Adjie berbisik, "Agha, sepertinya sekarang kesempatan kita. Mau serang nggak?"Agha langsung menyahut dengan penuh semangat, "Tentu saja mau! Tapi, kita tetap harus sembunyi sesuai instruksi Tuan Wira."Adjie mengangguk. Tanpa bertele-tele, dia langsung melambaikan tangan dan berseru, "Serang!"Karena pasukan mereka bersembunyi di kedua sisi dataran, ditambah lagi dataran ini sangat luas, mereka langsung menembakkan panah ke atas. Jadi, anak panah bisa meluncur lebih jauh dan menghujani musuh di kejauhan.Terdengar deru angin berulang kali saat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3125

    Zaki yang berada di barisan belakang segera mempercepat kuda untuk menyusul pasukannya. Namun, ketika dia melihat masih ada jebakan kuda di depan, wajahnya langsung berubah masam.Dia mengerutkan kening dan mengumpat dengan marah, "Keparat! Kenapa masih ada jebakan ini? Bukankah sebelumnya sudah dihancurkan?"Karena wakilnya sudah tewas, salah satu prajurit langsung maju. Dia menangkupkan tangan dan menjawab, "Jenderal, jebakan sebelumnya memang sudah disingkirkan. Sepertinya mereka telah memasang jebakan baru!"Mendengar hal itu, wajah Zaki menjadi semakin masam. Dia seperti menyadari sesuatu sehingga keringat dingin mulai membasahi punggungnya.Kini, dia baru menyadari bahwa dirinya telah salah memahami situasi sejak awal. Musuh bukan ingin memperlambat mereka agar tidak sampai di kota perbatasan, melainkan mengincar pasukannya.Semuanya dimulai sejak mereka bertemu dengan sekelompok kecil pasukan berkuda di persimpangan dataran. Saat itu, mereka telah dijebak untuk masuk ke perangka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3124

    Meskipun serangan mereka begitu ganas, pasukan Wira tidak sebodoh itu untuk langsung keluar dari hutan bambu. Dalam pandangan mereka, bertahan di dalam hutan dan menyerang dari posisi tersembunyi adalah taktik yang paling aman dan efektif untuk saat ini.Di barisan depan, pasukan utara telah kehilangan lebih dari setengah kekuatan mereka dalam waktu singkat.Melihat pemandangan itu, Arhan sangat bersemangat. Dia selalu semakin bersemangat ketika melihat darah, terutama darah musuh.Tanpa henti, Arhan terus melancarkan serangan. Setiap kali setelah mempersiapkan tembakan, dia langsung melepaskannya tanpa repot-repot membidik.Kini, pasukan utara sedang kacau dan berdesakan satu sama lain. Sekalipun Arhan memejamkan mata, panahnya tetap bisa mengenai target.Ketika melihat anak buahnya terus berguguran, wajah Zaki semakin suram. Sebelumnya, pasukannya sudah banyak yang terluka terkena jebakan tali kuda. Kini, mereka mengalami penyergapan yang begitu mematikan.Sebagai orang kepercayaan B

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status