Tubuh Raja Mutan perlahan menghilang. Dan sebelum tubuhnya benar-benar menghilang, Martis merasakan sisa kekuatan Elysium yang ada pada tubuh Raja Mutan, terserap ke dalam Elysium Inti miliknya."Ternyata benar, itu bukanlah tubuh aslinya. Untung saja aku tidak menggunakan semua teknikku tadi. Ternyata dia hanya ingin menguji dan melihat semua trik dan kekuatanku." Martis menggenggam telapak tangannya dengan erat.Setelah itu, Martis menggunakan teknik transportasinya untuk membawa kedua pasukannya kembali ke markas. Sedangkan Martis, ia menetapkan bahwa ia sendirilah yang akan pergi mencari keberadaan Raja Mutan yang sebenarnya. Martis tidak mau kehilangan pasukannya lagi. Sekarang saja, hati Martis sangat merasa terluka karna ia tak mampu melindungi pasukannya yang telah gugur.Setelah selesai menghantarkan dua orang pasukannya itu, Martis kembali ke tempat semula. Dan ia istirahat sejenak sambil mencoba menghubungi Reka melalui sistem yang saling terhubung. Namun, tetap saja Martis
Tampaknya Dr. X berencana untuk mengambil keuntungan dari Raja Mutan dalam beberapa cara. Mungkin, ia berencana untuk memanfaatkan kekuatan dan juga sumber daya yang dimiliki Raja Mutan untuk kepentingan pribadinya. Ia berencana untuk melakukan eksperimen ilmiah yang akan memberinya keuntungan lain.Dr. X ingin melakukan eksperimen langka yang melibatkan kekuatan dan sumber daya dari Raja Mutan. Dr. X ingin menguji batas kekuatan Raja Mutan dan lalu mencoba menggali lebih dalam tentang sifat dan asal-usul kekuatannya. Eksperimen ini pasti akan memberinya keuntungan dalam bentuk pengetahuan baru dan juga kekuatan baru.Untuk menghentikan rencana Dr. X, Raja Mutan memerlukan beberapa langkah strategis. Pertama, Raja Mutan harus sepenuhnya menyadari niat jahat Dr. X dan berusaha untuk tidak terjebak dalam rencananya. Dia bisa meminta bantuan dari sekutu yang dapat dipercaya untuk membantu melindungi dirinya dan sumber dayanya.Kedua, mereka perlu mencari cara untuk mengekspos Dr. X dan r
Reka kemudian berjalan dengan santainya mengitari ruangan laboratorium itu. Ia mengamati semua benda dan bahan apa saja yang ada di sana.Kemudian, sepertinya Reka akan melakukan eksperimen baru."Apakah ini yang di namakan serum-serum itu?" Reka menerawang sebotol kaca kecil serum yang ia apitkan di antara jari telunjuk dan jempolnya ke arah lampu."Tunggu! Siapa aku sebenarnya? Argh...!" akan tetapi, tiba-tiba kepala Reka terasa sakit, dan akhirnya ia terjatuh ke lantai.***Sedangkan jauh di sana, Martis masih terus berusaha mencari cara untuk menemukan keberadaan Reka yang sebenarnya. Martis sudah melakukan banyak cara, dari menyebarkan energi Elysium bahkan sampai komunikasi melalui sistem guna melacak keberadaan Reka. Martis berharap, bisa mengetahui walau hanya setitik kecil pun lokasi Reka, pasti ia akan menemukannya. Namun sayangnya, Martis juga belum menemukan informasi apapun tentang Reka.Tring!"Sistem merekomendasikan Martis satu misi penting. Misi penyelamatan dunia dari
Saat Martis mengaktifkan teknik Perisai Penetral Elemen, lalu tempat di mana Martis berada itu langsung berubah. Ada sebuah lingkaran yang membuka lapisan Ozon itu, kemudian Martis tanpa pikir panjang langsung masuk melalui lubang itu."Ternyata di sinilah Istana Raja Mutan itu berada. Kekuatan elemen udara yang ia gunakan sangatlah hebat. Jujur saja, aku kagum karena Raja Mutan dapat menggunakan teknik kekuatan elemen sehebat ini. Baiklah, sekarang aku harus fokus mencari keberadaan Reka." Ketika Martis sudah masuk ke wilayah Istana Raja Mutan, ia berniat langsung mencari Reka. Akan tetapi, Martis justru melihat sesuatu yang di luar perkiraannya. Martis melihat ada seperti sebuah gedung yang terlihat sedang terjadi insiden kebakaran. Martis melihat asap hitam yang membumbung tinggi."Apa yang terjadi di sana? Dan lagi..., kenapa para Mutan itu terlihat berlari ketakutan?" Martis pun merasa heran.Karena penasaran, sementara waktu Martis ingin melihat terlebih dahulu, seperti apa sit
Reka yang saat ini penampilannya jauh berbeda dari sebelumnya, membuat Martis merasa sedih dan bertambah marah juga tentunya."Tidak akan pernah aku maafkan kalian semua! Kalian telah merubah Reka menjadi seperti ini!" Dan akhirnya, karena merasa tidak tahan lagi, Martis keluar dan langsung menerjang masuk ikut ke dalam pertarungan antara Reka dan Raja Mutan.Bam!Martis berhasil memukul punggung Raja Mutan dari belakang sehingga tubuh Raja Mutan terpental sangat jauh.Tapi sayangnya, setelah itu justru Martis yang kini mendapat giliran menerima satu serangan tembakan sinar laser dari Reka.Swing...!Suara sinar laser itu membesit di telinga Martis."Reka...?!" Martis tambah terkejut lagi karena menyaksikan bahwa Reka menyerangnya juga."Siapa kau?! Siapa Reka?!" Kali ini Martis mendengar suara Reka. Dan itu, terdengar sangat aneh bagi Martis."Reka, sadarlah! Ini aku! Aku adalah Martis! Kakakmu..., iya Reka! Aku Kakakmu! Aku datang untuk menyelamatkanmu." Sekuat tenaga Martis mencoba
Reka tampaknya memiliki kekuatan yang cukup kuat untuk mengguncang Raja Mutan. Sangat mengejutkan bahwa kekuatan elemen cahaya Reka bisa memperlambat teknik Regenerasi Raja Mutan.Sementara itu, Martis saat ini tengah berada dalam dilema. Dia tidak ingin melukai Reka, tapi dia juga harus melindungi dirinya sendiri. 'Apa yang harus lakukan?' gumam Martis bingung.Martis kemudian berpikir dan ia sadar bahwa ia memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan Reka. Dia berpikir mungkin bisa membantu Reka untuk mengendalikan dan menstabilkan kekuatannya. Ia berharap, dengan mencoba cara Ini bisa mencegah Reka merusak dirinya sendiri karena tak dapat mengendalikan kekuatan yang terlalu besar di tubuhnya."Reka...! Lihat wajahku baik-baik!""Aku tidak perduli! Kalian semua harus mati...! Aku akan memusnahkan kalian semua...! Hargh...!" Reka berteriak, ia meraung. Suara teriakan yang sangat histeris itu memberikam Martis sebuah isyarat bahwa saat ini jiwa Reka sedang menangis dan menjerit kesak
Mendengar seruan Martis, Reka mendongak dan menatapnya. Matanya yang biasanya penuh semangat dan keberanian, sekarang tampak kosong dan penuh kebingungan. Namun, di balik semua itu, ada secercah pengenalan."Martis...?" ia bergumam, suaranya lemah dan penuh keraguan. Martis mengangguk, mencoba menenangkan adiknya itu sebaik mungkin."Iya, aku Martis. Kamu harus tenang, Reka. Kita bisa atasi ini bersama," ucap Martis dengan lembut, berusaha menenangkan Reka. Dia merasakan panas yang menjalar dari tubuh Reka, tapi dia tetap memegang erat tangan Reka dengan berharap kehadirannya bisa membantu Reka menemukan kembali keseimbuhannya.Sementara itu, Raja Mutan bangkit dari tanah, ia mengamati situasi dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia tampaknya ragu, seolah-olah dia tidak yakin harus ikut campur atau tidak. Namun, melihat Martis berusaha keras untuk membantu Reka, dia akhirnya mengambil keputusan.Dia berjalan mendekati mereka, menghela napas sebelum akhirnya berbicara. "Aku akan membant
Raja Mutan mencoba melarikan diri, tetapi dia terjebak dalam lingkaran energi yang dibuat oleh Martis. Dia berbalik dan melihat Martis yang masih berjuang melawan Raka dari efek serum.Raja Mutan merasa terpojok. Dia tahu dia tidak bisa melarikan diri, dan dia juga tahu dia tidak bisa melawan mereka berdua. Tetapi dia juga tidak ingin menyerah begitu saja.Raja Mutan memutuskan untuk berjuang. Dia mengumpulkan semua kekuatannya, berusaha untuk memecahkan lingkaran energi yang membelenggunya. Tetapi bukan hanya itu, dia juga memutuskan untuk membantu Martis melawan Reka."Kau, dengar aku!" serunya, suaranya menggema di sekitar mereka. "Aku mungkin tidak bisa melawan Gadis yang masih terpengaruh efek serum itu, tetapi aku bisa membantu kau melawannya."Dengan itu, Raja Mutan mulai memusatkan energinya, menciptakan gelombang energi yang berfungsi untuk menstabilkan kondisi Reka. Meski awalnya ragu, Martis memutuskan untuk mempercayai Raja Mutan, berharap bahwa dia benar-benar bisa memban
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman
Akhirnya Martis menunda untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya.Dan pada esok paginya, barulah Martis kembali menemui mereka berdua di kamar yang sama."Kalian sudah membaik?" sapa Martis seraya mengambil kursi untuk duduk di dekat ranjang yang mereka berdua gunakan untuk tidur."Menurutmu?" Phynoglip menjawab, namun malah balik bertanya."Kalau aku, sudah merasa lebih baik dari kemarin. Rasa pusing di kepala sudah hilang. Kalau kemarin, saat melirik saja kepala langsung terasa pusing." Namun tidak dengan Emily, ia menjawab dan menjalankan keadaannya dengan apa yang ia rasakan saat ini."Baiklah, syukur kalau memang kau merasa lebih baik. Nah sekarang, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua," ungkap Martis menjelaskan maksud dan tujuannya hari ini datang pada mereka berdua.Martis mengatakan bahwa dia telah memiliki sebuah teknik yang dapat memutar waktu. Namun ada resiko yang sangat besar, yaitu kehabisan stamina dan energi setelah berhasil menggunakan teknik itu. Kon
Setelah itu, Martis membereskan kekacauan yang terjadi di dalam rumahnya pagi ini. Setelah ia selesai dengan pekerjaannya, ia kembali melihat keadaan Emily dan Phynoglip yang ada di kamarnya. "Apa yang terjadi pada kalian berdua?" Martis masih sangat penasaran dibuatnya. Hingga langit nampak gelap hari ini, akhirnya sekitar jam tujuh malam mereka secara serempak kembali siuman. Saat siuman, mereka berdua kaget. "Kenapa kamu di sini?! Apa yang..., adu-duh, duh...!" seru Emily yang bersuara pertama kali. Namun nampaknya saat ia bergerak, sekujur badannya terasa sakit. Terutama di bagian kepala. "Harusnya, aku yang bertanya padamu." Phynoglip yang menimpali ucapan Emily pun kemudian memegangi kepalanya yang masih terasa sedikit nyeri. Martis yang melihat tingkah laku keduanya memilih untuk diam sesaat. Setelah beberapa detik kemudian barulah ia membuka mulutnya. "Kalian berdua...," ujar Martis, yang kemudian perhatian keduanya menoleh ke arahnya. "Martis?" tanya Phynoglip. "