~~~*~~~
“Kenapa sedari tadi terus berputar-putar?”
Rena bertanya sebab Alex sudah 2 kali putaran mengitari jalanan kota bersamanya. Alex tersenyum, dia terus mengemudikan mobilnya dengan memutar lagu yang menenangkan tanpa ada vokalis yang bersuara. Benar-benar hanya alunan musik relaksasi.
“Kau sangat suka menghabiskan waktu seperti ini saat sedang banyak pikiran bukan? Aku sudah cukup lama mengawalmu nona Rena, aku sudah mengetahui banyak rahasiamu.”
Rena menatap ke jendela luar, apa yang Alex katakan adalah benar. Dia sudah mengetahui banyak sekali rahasia tentang dirinya. Bahkan sebelum semua kasus ini terjadi, Alex adalah tempat curhat bagi Rena.
“Iya, aku ingat. Kau dulu adalah tempat curhat terbaik bagiku.”
“Hahaha! Aku tidak menyangka sama sekali jika takdir akan membawaku sampai pa
~~~*~~~“Sebenarnya dia mau pergi ke mana?” gumam Rena sambil terus berjalan masuk ke dalam apartemen.Dia duduk sejenak, merebahkan tubuhnya di sofa dan menatap langit-langit, merenungi semua yang telah terjadi. Apa yang Derina lakukan pun dia tidak berani memvonis apakah itu tindakan yang disengaja atau sebuah kebetulan. Rena terlalu baik dalam menghadapi adik yang tak tahu diri itu.Rena terdiam dan menatap ke arah kamar Alex, kamar laki-laki yang telah berubah status menjadi suaminya namun sama sekali tidak pernah mendapatkan hal ataupun menyentuhnya dalam beberapa bulan mereka hidup bersama.
~~•~~ Burung berkicau menyambut pagi yang cerah. seperti biasa Alex sudah bersiap untuk pergi ke kantornya. pagi ini perasaannya sudah lumayan membaik setelah semalam melihat Rena menunggunya di sofa. dia merasa seperti sedang diperhatikan oleh istrinya tersebut. "Apa aku sudah terlihat tampan?" ucap Alex seorang diri ketika dia tengah bercermin sebelum keluar meninggalkan kamar. "Oh aku tidak boleh terlihat begitu rapi. Aku harus menguji sampai mana tingkat perhatiannya terhadapku," kata Alex yang kemudian justru melonggarkan dasi dan sedikit membuat rambutnya berantakan. Alex juga berijingkrak-jingkrak seperti seseorang yang telah melakukan pemanasan sehingga penampilannya menjadi sedikit kusut dan berantakan. Setelah dia siap dengan segala rencananya itu, Alex mulai berjalan memasuki area dapur untuk membuat kopinya sendiri. Namun, hatinya bergemuruh senang saat melihat Rena tengah berdiri dengan gaya rambutnya yang sedikit berantakan dan sedang membuat kopi. Bagi Alex peman
Seorang laki-laki tengah memainkan pens di tangannya. Alex, saudari tadi senyuman bahagia tidak pernah surut dari bibirnya. Seolah dunianya terasa begitu indah dan menakjubkan. "Sudahlah aku perhatikan kau seperti terkena sindrom tertentu. Apa tidak terasa lelah bibirmu itu sudah dari tadi tersenyum terus?" Frans dengan sengaja mengejek sahabatnya itu. Sedari tiba di kantor pagi tadi, suasana hati Alex begitu baik. Saat jam berapa pun dia sama sekali tidak mengeluarkan suara tinggi, ataupun menangkap tajam karyawan yang salah dalam presentasi. "Kenapa kenapa harus merasa lelah? Kau itu belum tahu bagaimana rasanya bisa mendapatkan perhatian dari orang yang kau sukai. Kau tahu kan sudah berapa lama aku hanya dia memendam perasaan ini." Frans mengulum senyumnya. Dia adalah saksi dari perjalanan cinta seorang Alex kepada Renata. Perjalanan cinta yang semula hanya bisa menunggu dalam diam, memuja tanpa suara. "Baiklah-baiklah, aku sangat memahami itu. lalu bagaimana hari ini, perusaha
Bagian 19 ~~~*~~~ “Kau dengar sendiri ‘kan Rena. Dia ini pembohong!” tunjuk Justin kepada Alex yang sedikit lebih pucat sebab tertangkap basah. Siapa yang tahu bila saat itu segala kecemasan mulai menggelayutinya. Rena hanya diam. Tangannya memegang kuat mangkuk mi yang baru saja dibuatnya. “Bisa saja dia memang sengaja ingin menjebakmu dan membuat kita berpisah karena dia membenci ayahmu,” ucap Justin yang lagi-lagi membangun asumsinya sendiri dan ingin Rena kembali padanya. Rena masih diam, sebisa mungkin dia berusaha untuk mengendalikan amarahnya. Perlahan diletakkannya mangkuk tersebut dan dia menghela nafasnya menatap Alex yang sama sekali tidak mengeluarkan pembelaan. “Apa yang Justin katakan bisa saja ada benarnya. Dia ... dia merahasiakan siapa dirinya yang sebenarnya hanya untuk membalas dendam? Bisa saja itu terjadi, itu mungkin saja meski belum terbukti adanya kaitan meninggalnya tuan August dengan ayah. Aku hanya sering mendengar ayah mengomel menyatakan ketidak coco
*** Setelah perbincangan serius, dan setelah Renata mengetahui semuanya tentang siapa Alexander sebenarnya, hubungan mereka menjadi renggang. Beberapa hari Renata tidak masuk kerja karena keadaannya yang tidak memungkinkan. Renata merasa begitu lemas, pusing, dan mual. Pagi itu adalah waktu di mana mereka sarapan bersama. Keduanya memang sarapan di satu meja namun tidak saling bicara. Selain suara sendok dan piring yang saling beradu tidak akan ada suara lain di meja makan tersebut. Akan tetapi pagi itu sedikit berbeda, Renata kesusahan membuka selai strawberry yang baru dibelinya. "Sini aku bantu," kata Alexander sembari mengulurkan tangannya. Renata tetap diam dia tetap berusaha mencoba membuka tutup selain itu sendiri. Namun tetap saja dia gagal melakukannya."Tidak usah aku tidak membutuhkan bantuanmu," tolak Renata dengan ketus. "Terserah saja Kalau kau mau marah. Mau marah seperti apapun juga kau akan tetap menjadi istriku. Karena aku sama sekali tidak akan sudi menceraik
~~*~~Terdiam seorang diri di rumah membuat Renata memikirkan banyak hal. Dia terdiam memikirkan tentang apa yang Alexander katakan mengenai kematian tuan August.Renata hanya tahu tentang satu hal tentang Alexander Lim, nama yang pernah menjadi sorotan karena diketahui dia adalah pewaris yang terbuang karena restu keluarga besar. Mungkin, jika bukan karena kecelakaan yang terjadi dan menewaskan semua anggota keluarganya, Alexander dan ibunya masih saja mengasingkan diri demi mencari ketenangan hidup.Akan tetapi setelah wasiat dan juga mendiang ayahnya memutuskan memberikan semuanya kepadanya, mau tidak mau Alex yang mengelola semuanya dari dua tahun yang lalu.“Dari yang aku ketahui, ayah dan perusahaan milik tuan August itu sering bersaing dalam bisnis, namun perusahaan ayah bukan apa-apa dibandingkan dengan perusahaan tuan August. Apa benar yang Alex katakan mengenai kematian itu? Jika tidak ada apa-apa tidak mungkin Alex sampai menyusup. Oh... aku harus segera mencari tahu.”Rena
~~~*~~~Alex pergi berangkat kerja dengan santainya. Renata tetap saja menjaga jarak tetapi itu sama sekali tidak berpengaruh bagi Alex.Setelah Alex bertemu dengan tuan Harisson dan Justin, Alex jadi semakin yakin untuk menjauhkan Renata dari keluarganya yang licik. Bisa-bisanya seorang ayah kandung seperti itu, mengatasnamakan kedekatan spiritual untuk menyingkirkan anaknya tanpa mau mendengarkan pembelaan sang anak.“Soal ini, jangan sampai istriku tahu,” kata Alex kepada Frans ketika mereka mengadakan rapat bersama tuan Harisson.Berbeda dari pertemuan sebelumnya, pertemuan kali ini Alex lebih santai dan tuan Harisson sudah tidak mengajaknya bicara lagi. Hanya saja... sedari tadi Derina terus saja menatapnya dengan cara yang berbeda.“Frans, apa kau memperhatikan bagaimana cara wanita itu menatapku?” tanya Alex ketika Frans membungkuk untuk memberikan pena di saat Alex akan menandatangani berkas.“Iya, dia seperti mengincarmu Lex, ini bahaya. Dia adalah saudara istrimu, adik satu
Sebuah ketegangan terjadi di kediaman keluarga Harisson. Perdebatan bermula ketika Derina membicarakan tentang Renata. Rupanya pertemuan mereka tadi pagi dengan Alex masih membuat Derina kesal dan terganggu. "Aku sama sekali tidak menyangka jika Alex adalah Alexander Lim. Orang yang selama ini selalu muncul secara misterius dalam beberapa laman berita." Tuan Harrison berbicara sambil mengguncang gelas wine miliknya. Otaknya terasa akan meledak setiap kali mengingat kenyataan tersebut. Fakta tentang Alexander yang tadi pagi dengan tegas menyatakan dirinya tidak akan membiarkan Renata kembali kepada keluarganya, membuat tuan Harrison memutar otak. Dia sangat tahu keuntungan apa saja yang dimiliki jika dia bisa bersikap baik dengan Alexander saat ini. Namun, Alexander terlebih dulu membaca taktiknya tersebut. "Alex, ini sudah waktunya pulang. Sudah jam 10.00 malam aku juga membutuhkan istirahat. bukannya terus-terusan berada dalam ruangan ini dan menemanimu yang gila kerja," gerutu F