Share

968. Part 4

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 01:02:01

Sementara itu, si Jubah Putih juga duduk bersila dengan kedua tangan di depan dada, hanya dua telunjuk dan dua ibu jarinya yang saling bertemu, sisa jari lainnya menggenggam. Orang itu juga tampak sedang memusatkan segenap jiwa, batin dan pikirannya untuk mengeluarkan serangan tenaga dalam kepada lawannya. Mulut mereka sama-sama bungkam mencapai lima puluh helaan napas. Tetapi tiba-tiba dari ujung jari telunjuk si Jubah Putih melesat sinar biru memanjang bagaikan sebatang tongkat kecil. Sinar biru itu melesat menuju Nini Pasung Jagat.

Tetapi dari tengah kening Nini Pasung Jagat mendadak keluar sinar merah berbentuk bola sebesar jeruk nipis. Cahaya merah berpendar-pendar itu berkelebat bagai di panahkan dari tengah dahi Nini Pasung Jagat, kemudian menghantam sinar biru bagaikan menyongsong serangan sang lawan.

Blarrr...!

Entah untuk yang keberapa kalinya bunyi ledekan menggelegar itu terjadi di atas perairan laut biru itu. Ledakan yang kali ini ternyata menimbulk

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   969. Part 5

    Pada waktu itu, seorang pemuda gagah dan tampan, berpakaian keemasan, tiba di pantai tersebut. Langkahnya terhenti ketika dilihat-nya sesosok tubuh menyerosot ke arah depan kaki nya. Dan pemuda itu segera terkesiap matanya, kaget melihat wajah orang yang menyerobot di depan kakinya itu."Ki Padmanaba...!" cetusnya kemudian.Pemuda yang memiliki rajah naga emas di punggung lengannya itu segera berjongkok untuk memeriksa keadaan orang sakti yang dikenalnya itu."Ki Padmanaba? Apa yang terjadi!"Mata tua yang sedang sekarat itu sempat memandang ke arah pemuda yang tak lain adalah si Pendekar Kera Sakti itu. Mulutnya yang sulit bernapas segera mengucapkan kata pelan, "Baraka....""Ya, saya Baraka, murid dari Setan Bodong, sahabat Ki Padmanaba itu! Kita pernah bertemu walau satu kali. Masih ingatkah Ki Padmanaba pada guru saya?”"Selamatkan... pusaka... Pucuk Cemara Tunggal dalam purnama..." Ki Padmanaba tidak menggubris pertanyaan Pendekar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pendekar Kera Sakti   970. Part 6

    "Hanya untuk sebuah pesan dari mulut orang yang sudah mati, kau tega membunuhku, Nini?""Bukan hanya karena itu!" gertak Nini Pasung Jagat dengan suara semakin keras dan wajah kian beringas."Jadi karena apa lagi jika bukan karena itu?""Kau murid Setan Bodong! Itulah sebabnya aku harus membunuhmu!"Berkerut tajam dahi Baraka mendengar jawaban tersebut, ia pun segera bertanya dengan nada heran, 'Mengapa sebab itu? Apa salahnya aku menjadi murid Setan Bodong di matamu? Aku tak pernah mengganggu ketenangan dan kedamaianmu, bahkan kau yang menggangguku dan menyerangku lebih dulu pada waktu kita Jumpa di Pulau Hitam itu!""Hm...!" Nini Pasung Jagat mencibir sinis, melangkah pelan mengelilingi Baraka dengan mata tertuju ke arah Baraka. Tajam. "Kau tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi antara aku dan gurumu!"Hati Pendekar Kera Sakti semakin tertarik dan menjadi ingin tahu, apa sebenarnya yang terjadi antara Nini Pasung Jagat dengan Setan Bodong,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pendekar Kera Sakti   971. Part 7

    "Nini...! bentak Baraka dengan kemarahan meluap. Bentakan itu tiba-tiba mendatangkan angin kencang yang sempat membuat tubuh Nini Patung Jagat terpental mundur lebih dari lima tombak.Brukk...!Ia jatuh di tanah dengan wajah tegang dan cemas. "Edan! Membentak saja suaranya sampai bikin heboh bumi! Oh... batu itu menjadi pecah dan pohon itu pun kulitnya mengelupas! Benar-benar edan murid Setan Bodong itu! Aku harus segera pergi!"Tanpa banyak bicara lagi. Nini Pasung Jagat segera melarikan diri. Baraka bergegas mengejarnya, karena ia takut Nini Pasung Jagat membunuh Setan Bodong sebelum Pendekar Kera Sakti sempat membunuh perempuan tua itu.-o0o-Nenek tua yang ternyata usianya jauh lebih muda dari dugaan banyak orang itu, ternyata pula mempunyai kecepatan berlari seperti kilatan anak panah yang dilepaskan dari busurnya.Baraka mempunyai Jurus ‘Gerak Kilat Dewa Kayangan’ dalam melarikan diri, yang mempunyai kecepatan melebihi bada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pendekar Kera Sakti   972. Part 8

    Ia mendarat di depan langkah seorang pemuda berwajah tampan dan bertubuh tegap, gagah, berambut pendek, dengan ikat kepala kuning emas. Pemuda itu mengenakan pakaian serba hijau, dengan ikat pinggangnya kain rajutan benang emas. Pedangnya ada di pinggang kiri. Pemuda itu menghembuskan napas kesal melihat gadis berpakaian kuning gading itu tahu-tahu menghadang langkah di depannya. Ia tampak gemas namun kegemasan itu tertahan melalui hembusan napasnya yang mendengus tanda kesal hatinya."Mau apa lagi kau, Kirana!" geram pemuda berpakaian hijau itu.Si gadis yang ternyata bernama Kirana itu segera menjawab dengan wajah cemberut ketus, "Jawab dulu pertanyaanku tadi! Ke mana kau akan pergi, Pranawijaya! Kau tadi belum menjawab pertanyaanku tapi sudah kabur!"Pranawijaya, pemuda tampan itu, tertawa kecil di sela kedongkolan hatinya, kemudian berkata, "Kirana, aku sudah dewasa, sudah besar, sama halnya dengan dirimu. Ke mana aku akan pergi, tak perlu kau tahu, Kirana!

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Pendekar Kera Sakti   973. Part 9

    "Baiklah kalau kau memaksa, Kirana! Kusanggupi desakanmu ini! Bersiaplah untuk mati demi membela gurumu, Kirana!""Kau pun bersiaplah untuk mati demi membela perempuan liar yang bersekutu dengan orang-orang Kobra Hitam itu!""Omong kosong!" bentak Pranawijaya dengan marah sekali. Lalu,ia pun segera melompat maju dengan kilatan pedangnya menyambar dada Kirana. Dengan cepat Kirana menangkisnya dalam satu ke lebatan.Trangng...!Begitu pedang tertangkis, kaki Kirana menjejak ke depan dengan kuatnya.Wuttt...! Beggh...!Perut Pranawijaya menjadi sasaran empuk tendangan cepat itu. Pranawijaya mundur dua tindak. Tapi ia tidak merasa gentar sedikit pun. Ia kembali menebaskan pedangnya dengan satu sentakan kaki maju ke depan.Wuttt...!Kirana menghindar ke samping hingga tebasan dari atas ke bawah yang seharusnya memenggal pundaknya itu terhindar jelas-jelas. Kirana membalas dengan menebaskan pedangnya bertubi-tubi ke tubuh Pranawijaya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Pendekar Kera Sakti   974. Part 10

    "Kenapa kau justru menyerangku! Aku membelamu. Bodoh!" sentak Baraka yang merasa dongkol dengan sikap Karina.Dilihatnya ke arah Pranawijaya, ternyata pemuda itu sudah melarikan diri dengan cepatnya sambil mengambil pedangnya yang menancap di tanah."Pranaa...!" teriak Kirana. Tapi ia tak segera mengejarnya karena ia melihat Pendekar Kera Sakti bergegas mau mengejar, sehingga Kirana justru menghadang di depan Baraka."O, kau tak menghendaki pemuda itu kubawa kemari untuk meminta maaf kepadamu!""Aku tak membutuhkan jasamu!" jawab Kirana dengan ketus."Aneh kau ini!"kata Baraka sambil sunggingkan senyum di bibirnya. "Kau hampir mati. Aku menyelamatkan nyawamu, tapi kau justru memusuhiku" Begitukah caramu berterima kasih kepada seorang penolong!""Aku tidak butuh pertotonganmu! teriak Kirana dengan gusar. “Dia tidak mungkin membunuhku!""Kenapa?""Dia kakakku!""Ooo...!" Baraka mangut-mangut sambil garuk-garuk kepala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Pendekar Kera Sakti   975. Part 11

    Pukulan jarak jauh itu hanya membuat nyeri di tulang belakang. Tapi Sedayu cepat mengatasi rata nyeri itu dengan menghirup napas panjang-panjang dan menahannya beberapa saat. Perempuan berpakaian biru muda itu kini tegak di depan lelaki berpakaian kulit bulu beruang putih yang tanpa lengan, menyerupai rompi panjang itu.Mereka saling berpandangan mata tajam beberapa saat, kemudian Sedayu yang membuka suara lebih dulu, "Tak kusangka kau keji padaku, Ekayana!""Karena kau pun kejam terhadapku, Sedayu!""Di mana letak kekejamanku padamu? Bukankah setiap kau datang aku selalu menyambutnya dengan hangat?""Tapi kau punya rencana busuk di balik kehangatan cintamu, Sedayu! Kau telah menyebar racun di antara orang-orangku, sehingga cukup banyak jumlah yang mati termakan racun Getah Tengkorak yang kau sebar di Lembah Kabut itu!""Apa yang kau bicarakan sebenarnya, Ekayana! Kau seperti bayi yang tidur siang hari dan sedang mengigau!" kata Sedayu sambil berke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Pendekar Kera Sakti   976. Part 12

    "Sedayu!" seru Ekayana. "Mau lari ke mana lagi? Ke tempat yang rimbun? Merayuku untuk bercumbu? Oh. tidak! Tidak bisa, Sedayu! Saat ini bukan saat bercumbu, tapi saatku membalas kematian orang orangku yang kau musnahkan dengan racunmu itu!""Aku tidak melakukannya!" bentak Sedayu. “Tapi kalau kau tetap menganggapku begitu, apa pun keinginanmu akan kulayani! Jangan anggap hanya kau yang jago main pedang! Aku pun bisa menandingi-mu!""Bagus! Aku lebih suka membunuh orang yang punya ilmu pedang, daripada yang hanya punya ilmu memuncakkan gairah! He he he...!""Manusia berotak kotor! Terimalah pedang 'Jegal Baja'-ku ini! Hiaaat!"Sedayu melompat menyerang, pedangnya menebas cepat ke kiri dan ke kanan bagai membuat garis silang beberapa kali. Ekayana sempat mundur dua tindak, kemudian dengan cepat ia kelebatkan pedangnya dari bawah ke atas.Wrruttt....! Trangng...!Pedang Sedayu terpental melayang jauh. Perempuan itu menjadi tegang karena t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1162. Part 18

    "Kalau kau membentak-bentakku, sebaiknya aku pergi saja dan silakan cari pakaianmu sendiri!" Baraka berpura-pura ingin pergi."Tunggu!" teriak gadis itu. "Baiklah, aku tidak membentakmu lagi," suaranya mereda. "Tolonglah, carikan pakaianku, nanti kuberi upah.""Apa upahnya?""Akan kuajarkan padamu sebuah jurus yang jarang dimiliki orang."Senyum Pendekar Kera Sakti melebar. "Jurus apa itu?""Jurus pukulan 'Malaikat Rela'," jawab gadis itu dengan suaranya yang selalu keras dan bening.Baraka sempat tertawa dalam gumam. "Lucu sekali nama jurus itu.""Jangan menertawakan. Kalau kau tahu kehebatan jurus itu kau akan terbengong-bengong!""Apa kehebatannya?""Pukulan 'Malaikat Rela' dapat merobohkan delapan pohon dalam satu kali hentakan. Jika dilepaskan kepada lawanmu, dia akan tumbang setelah bernapas tiga kali. Percayalah, jurus itu tak ada yang memiliki kecuali diriku. Maka carilah pakaianku dan kau akan kuajarkan jurus te

  • Pendekar Kera Sakti   1161. Part 17

    "Ahg...!" Dampu Sabang tersentak dan diam seketika dengan tangan masih mau disentakkan. Lama sekali dia tak bergerak. Kelana Cinta dan Raja Hantu Malam sempat merasa heran melihat Dampu Sabang bagaikan menjadi patung. Tetapi ketika angin berhembus kencang, mereka terkejut melihat tubuh Dampu Sabang berhamburan ke mana-mana. Rupanya pada saat itu Dampu Sabang sudah tak bernyawa lagi. Pisau-pisau kecil itu telah membuat Dampu Sabang berubah menjadi debu yang masih saling bergumpalan. Itulah kehebatan dan kedahsyatan jurus 'Manggala' milik Pendekar Kera Sakti, pemberian dari Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi, calon mertuanya itu.Dengan terbunuhnya tubuh Dampu Sabang, maka persoalan Raja Hantu Malam palsu pun terselesaikan. Ki Randu Papak segera ditolong olah Baraka menggunakan hawa ‘Kristal Bening’-nya, dan Baraka meminta maaf kepada tokoh tua yang bijak itu. Sedangkan Ratu Asmaradani tubuhnya menjadi pulih seperti sediakala, terbebas dari pengaruh 'Racun Siluman' yang ju

  • Pendekar Kera Sakti   1160. Part 16

    Praaak...! Terdengar seperti suara cermin pecah. Lalu sinar biru itu menghantam tubuh Raja Hantu Malam.Zruub! Tepat mengenai iga kanan Raja Hantu Malam."Aaahhhg...!" Raja Hantu Malam mengejang dengan kepala terdongak dan kedua kakinya menekuk ke depan. Sekujur tubuhnya berasap, warna kulitnya menjadi merah retak-retak.Baraka terbelalak melihat keadaan Raja Hantu Malam. Lukanya sangat parah, tapi agaknya ia bertahan untuk tetap lakukan serangan ke arah Dampu Sabang. Tapi serangannya sangat lunak dan mudah dihindari Dampu Sabang yang tertawa terbahak-bahak kegirangan. Baraka dalam kebimbangan. Mau menolong, tapi yang ditolong adalah yang menjadi musuhnya dan ingin dibinasakan jika tak mau tawarkan racun yang mengenal Ratu Asmaradani. Jika ia tidak menolong, ia tak tega melihat orang yang pernah dikagumi itu menderita siksaan begitu keji.Dalam keadaan bimbang itu, tiba-tiba Baraka dikejutkan oleh gerakan halus yang datang dari arah belakangnya. Baraka ce

  • Pendekar Kera Sakti   1159. Part 15

    Rupanya Ki Randu Papak berlari menuju arah datangnya sinar merah yang meletup di angkasa tadi. Tetapi gerakannya mampu dipatahkan oleh Baraka yang tahu-tahu menghadang langkahnya.Jleeg...!"Mau lari ke mana kau, Raja Hantu Malam!" tegur Baraka tak ramah lagi."Baraka, minggirlah dulu. Aku punya urusan dengan seseorang! Setelah kuselesaikan urusanku ini, kita bicara lagi mencari kebenaran fitnah itu!""Tak kubiarkan kau lari tinggalkan tanggung jawabmu. Raja Hantu Malam!""Jangan paksa aku melukaimu, Baraka!""Tidak. Aku hanya ingin paksa dirimu mengobati Ratu Asmaradani yang terkena 'Racun Siluman' itu!""Itu bukan tanggung jawabku, Baraka! Aku tidak melakukannya!" sentak Ki Randu Papak. "Tapi kalau kau ingin aku membantumu, aku sanggup membantumu. Tapi nanti, setelah kuselesaikan urusanku dengan Dampu Sabang!""Sekarang juga kau harus lakukan penyembuhan terhadap Ratu Asmaradani!""Tidak bisa! Aku sudah punya janji unt

  • Pendekar Kera Sakti   1158. Part 14

    Perubahan wajah yang ada pada Ki Randu Papak tampak jelas sebagai ungkapan rasa kaget, namun juga rasa tidak percaya. Baraka sengaja diam untuk menunggu kata-kata dari sang kakek itu."Apa maksudmu dengan mengatakan aku menipumu, Pendekar Kera Sakti? Kata-katamu menyimpang dari watak kependekaranmu yang harus bicara jujur.""Aku bicara yang sebenarnya, Ki Randu Papak. Kau boleh buktikan sendiri ke Lembah Sunyi. Hanya ada dua murid yang selamat dari pembantaian sadis itu, karena mereka sedang diutus ke pesisir selatan.""Sepertinya kau bicara mengigau. Tapi baiklah, kucoba untuk mempercayai kata-katamu. Lalu, bagaimana dengan Resi Wulung Gading sendiri? Apakah dia ikut menjadi korban?"Baraka menggeleng berkesan dingin, "Resi Wulung Gading bertapa di Gua Getah Tumbal. Mungkin sampai sekarang belum mengetahuinya.""Kalau begitu aku harus ke Gua Getah Tumbal untuk memberitahukan hal itu kepada Resi Wulung Gading!" tegas Ki Randu Papak.Tiba-tib

  • Pendekar Kera Sakti   1157. Part 13

    Blaaar...!Sinar hijau itu pecah menjadi lebar, lalu padam seketika. Tubuh Siluman Selaksa Nyawa terpelanting dalam keadaan mengepulkan asap. Kerudung kain hitamnya hangus sebagian. Mulutnya keluarkan darah kental. Matanya menjadi merah bagai digenangi cairan darah. Tongkat El Mautnya menjadi putih bagaikan dilapisi busa-busa salju."Keparat!" gumamnya lirih, lalu ia sentakkan kaki dan lari tinggalkan tempat itu secepatnya. Baraka pun bergegas mengejar, tetapi Sumbaruni segera berseru, "Biar kubereskan dia!" dan perempuan cantik itu segera melesat dengan cepat mengejar Siluman Selaksa Nyawa. Sedangkan Baraka segera berpaling ke belakang untuk melihat siapa orang yang telah selamatkan jiwanya dari serangan lima larik sinar hijau tadi."Oh, kau...!" Baraka terkejut bukan kepalang.Ternyata orang yang melepaskan sinar merah berbentuk lingkaran tadi adalah Raja Hantu Malam, alias Ki Randu Papak."Kau terlambat sedikit, Baraka! Sinar hijau itu harus dib

  • Pendekar Kera Sakti   1156. Part 12

    Bukit itu tidak terlalu tinggi. Tanamannya tidak begitu rimbun. Bagian puncak bukit termasuk datar dan mempunyai tempat yang enak untuk sebuah pertarungan. Rimbunan semaknya tumbuh secara berkelompokkelompok. Dan di salah satu rimbunan semak berdaun lebar itulah Baraka bersembunyi mengintai sebuah pertarungan. Ternyata pertarungan itu adalah pertarungan yang tidak disangka-sangka oleh Baraka. Bukan pertarungan Raja Hantu Malam melawan Dampu Sabang, melainkan pertarungan antara Sumbaruni dengan orang berkerudung kain hitam dan membawa senjata tombak El Maut yang ujungnya mirip sabit.Orang itu adalah tokoh sesat yang diburu-buru oleh Pendekar Kera Sakti selama ini. Dia tak lain adalah Siluman Selaksa Nyawa, yang mempunyai wajah pucat dan dingin.Tentu saja Pendekar Kera Sakti terkejut sekali melihat tokoh sesat itu muncul di bukit tersebut dan lakukan pertarungan dengan Sumbaruni. Apa persoalan mereka, Baraka tidak tahu secara pasti. Tetapi sebagai orang yang sudah bebe

  • Pendekar Kera Sakti   1155. Part 11

    "Jadi... selama ini kaulah yang memberi kabar tentang pemuda-pemuda yang akan diculiknya?""Ya. Karena itu syarat untuk menjadi muridnya.""Kau salah, Sundari. Kau tidak boleh membantu pihak yang sesat seperti Nyai Sedah itu.""Tapi aku ingin memiliki ilmu seperti yang dimilikinya!""Ada jalan lain, tanpa harus membantunya melakukan kejahatan."Sundari kian menangis di sela malam bercahaya rembulan. Baraka mencoba memahami jalan pikiran lugu gadis desa itu. Akhirnya ia bertanya, "Lalu mengapa kau tadi mau dibunuhnya?""Sejak kemarin ia mencarimu, tapi aku tak mau kasih tahu di mana dirimu! Aku takut kau dijadikan korban seperti pemuda lainnya. Lalu, malam ini ia mendesakku lagi, tapi tidak percaya kalau kukatakan bahwa kau ke puncak. Rupanya dia bermaksud serahkan dirimu kepada suaminya, yang juga sebagai gurunya, ia merelakan diperistri oleh suaminya itu hanya untuk dapatkan ilmu-ilmu sakti seperti yang dimilikinya sekarang ini. Tapi menuru

  • Pendekar Kera Sakti   1154. Part 10

    "Dia ke puncak! Carilah di puncak sana!" jawab Sundari dengan rasa marah yang tak mampu dilampiaskan. Tangisnya kian terdengar jelas dari tempat Baraka bersembunyi di atas pohon."Tidak mungkin, Sundari! Aku bukan orang bodoh yang bisa kau bohongi! Kau ingin menjebakku di puncak sana, bukan!""Ttt... tidak!""Kau bohong! Aku jadi muak padamu!"Sreeet...!Orang berkerudung hitam itu mencabut pisau sepanjang dua jengkal dari balik baju hitamnya. Pisau itu hendak ditikamkan ke dada Sundari. Tapi Baraka segera lepaskan pukulan 'Jari Guntur'-nya lewat sentilan tangan.Taaas...!Tenaga dalam yang dilepaskan lewat sentilan tangannya itu tepat kenai pelipis orang berpakaian hitam.Dees...!Orang itu pun tersentak dan terpelanting ke samping bagaikan terkena tendangan kuda binal. Ia berguling-guling tiga kali, lalu cepat ambil sikap berdiri lagi.Wuuut...! Jleeg...!Baraka turun dari atas pohon langsung berhadapan d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status