Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 75. Kitab Tiga Dewa

Share

75. Kitab Tiga Dewa

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-13 01:03:07

"Aku tahu Banyak Langkir adalah seorang tokoh yang amat licik dan kejam. Amat berbahaya apabila dia menguasai ilmu 'Raja Tiwikrama' dengan sempurna...," gumam Ksatria Topeng Putih. "Aku harus mencegahnya! Aku harus dapat merampas Katak Wasiat Dewa! Soal Pedang Naga Kresna biarlah nanti kuurus di lain waktu. Tentang cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' biar Ratu Perut Bumi sendiri yang mengurusnya...."

"Ayo, tunggu apa lagi!” seru Raja Penyasar Sukma, semakin tak sabaran.

"Hmmm.... Soal menyerahkan Katak Wasiat Dewa adalah suatu hal yang amat mudah...," sahut Iblis Seribu Wajah. "Tapi, dapatkah kau memegang kata-kata yang kau ucapkan dulu, Ba... eh, Raja Penyasar Sukma?"

"Kata-kataku yang mana, heh!” bentak Raja Penyasar Sukma. "Apa kau lupa bila Gamabunta yang kau tunggangi itu adalah milikku yang kini telah kuserahkan dan ku jinakkan untukmu?"

"Ya! Ya, aku tetap ingat bila katak raksasa yang maha hebat ini adalah pe

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   76. Ratu Perut Bumi

    "Ya, Dewata yang agung...," Pendekar Kera Sakti menyebut nama Sang Penguasa sekali lagi. Tubuhnya gemetaran dengan jantung berdegup kencang. Tanpa terasa, keringat dingin bercucuran. Di hadapan pemuda remaja berwajah lugu itu, nampak sesosok tubuh manusia yang sungguh-sungguh bisa membuat siapa saja yang melihatnya menjadi bergidik ngeri. Wujud manusia yang baru muncul dari dalam tanah itu merupakan perpaduan antara manusia dengan ular!Dari pinggang ke atas, sosok tubuh itu berupa seorang wanita berwajah cantik mengenakan baju merah gemerlap seperti layaknya seorang ratu. Di kepalanya bertengger sebuah mahkota emas bertahtakan intan berlian. Sementara, dari pinggang ke bawah, sosok tubuh itu berbentuk ekor ular yang panjang melingkar dan berwarna hijau berkilat!"Jangan takut!" seru sosok tubuh itu. "Aku adalah Ratu Perut Bumi. Aku bukan makhluk jahat! Kedatanganku justru untuk menolongmu.""Ratu... Ratu Perut Bumi...," desis Pendekar Kera Sakti, tergagap.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Pendekar Kera Sakti   77. Melarikan Katak Wasiat Dewa

    Dan karena dia pun, telah berhasil menguasai dengan sempurna ilmu 'Dewa Angkasa' yang merupakan salah satu bagian dari isi Kitab Tiga Dewa, kakek itu mampu menerbangkan tubuhnya sambil duduk bersila di atas lempengan batu. Kemampuan itu diperolehnya dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalam yang bersifat mendorong, dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga dia dapat membuat tubuhnya seolah-olah memang terbang di angkasa.Sambil mengeluarkan kemampuannya itu, Banyak Langkir membungkus tubuhnya dengan ilmu 'Sinar Kuning Penyamar Raga', sehingga tubuhnya tersamar oleh gumpalan cahaya kuning yang terus memancar."Segera tampakkan batang hidungmu, Keparat!" seru Banyak Langkir atau Raja Penyasar Sukma, keras menggelegar. Wajah kakek itu tampak menegang dengan bola mata melotot besar. Bahunya terlihat naik turun terbawa dengus nafasnya yang memburu karena desakan hawa amarah. "Kembalikan Katak Wasiat Dewa kepadaku, Keparat!" Raja Penyasar Sukma berteriak lebih lantang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Pendekar Kera Sakti   78. Bersatu padu

    "Astaga...!" Mendadak, Iblis Seribu Wajah berseru kaget. Tanpa sadar, kedua telapak tangannya menekan kepala Gamabunta. Akibatnya sang katak raksasa menghentikan lompatannya. Bola mata Iblis Seribu Wajah tampak melotot besar. Demikian pula dengan Gamabunta. Kedua makhluk berlainan jenis itu sama-sama menatap permukaan tanah yang meletup-letup seperti ada kekuatan aneh yang mendorong dari dalam. Dari jarak sekitar dua puluh tombak, mereka terus mengarahkan pandangan tanpa berkedip. Hingga sampai akhirnya....Brummmm...! Swosss...!Permukaan tanah yang meletup-letup tadi jebol karena memang ada kekuatan dahsyat yang mendorong dari dalam. Lalu bersamaan dengan gumpalan tanah dan butiran pasir yang menyembur ke atas, melesat sesosok bayangan besar panjang berwarna hijau kehitaman."Khrokkk...!"Gamabunta mengeluarkan suara ngorok keras. Tubuhnya bergetar karena terhantam keterkejutan. Setelah Iblis Seribu Wajah yang duduk di leher katak raksasa itu pun tampak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Pendekar Kera Sakti   79. Melepas roh

    Dari balik topeng baja putihnya, lelaki yang sengaja menyembunyikan jatidirinya itu menatap mentari yang tengah memayung di atas kepala. Merasakan jalannya waktu yang berputar cepat, dia menarik napas panjang seraya melanjutkan gumamannya. "Aku harus segera menemui Pendekar Kera Sakti. Katak Wasiat Dewa harus kuserahkan kepadanya. Dia memang berhak."Ksatria Topeng Putih mengeluarkan sebuah kantong putih dari balik bajunya. Hati-hati sekali dibukanya tali pengikat kantong itu. Ternyata, di dalamnya terdapat gumpalan cahaya putih, dan di dalam gumpalan cahaya putih itu terdapat gumpalan cahaya lain yang menyerupai seekor katak berwarna emas. Gumpalan cahaya itulah yang disebut sebagai Katak Wasiat Dewa! Sebentar saja Ksatria Topeng Putih mengamati benda ajaib yang berasal dari dalam perut ikan Mas Dewa itu. Tali kantong segera diikatnya kembali. Lalu, kantong putih berisi Katak Wasiat Dewa disimpannya lagi di balik pakaiannya."Benda ajaib ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Pendekar Kera Sakti   80. Cambuk Api Neraka

    Namun, sekali lagi Dewi Pedang Halilintar berseru lantang. "Tunggu...! Sebenarnya, aku bukan tak mau meladeni sikap sombong dan congkak mu ini. Tapi karena aku mempunyai urusan yang amat penting, harap kau sudi membiarkan aku pergi.""Ha ha ha...!" Iblis Pemetik Bunga tertawa bergelak. "Di kotapraja, kau telah meneriaki ku dengan sebutan 'Penjahat Culas Penculik Dayang'. Tentu kau tahu dengan mata kepala sendiri. Sebelum aku berhasil melarikan wanita yang kuinginkan, puluhan prajurit telah datang mengepung ku. Hmmm.... Kini, aku telah menjadi seorang buronan. Semua itu gara-gara ulah mu, Nenek Gendeng!""Ngaco belo!" maki Dewi Pedang Halilintar, keras menggelegar. Mendengar tuduhan Iblis Pemetik Bunga, nenek yang punya sifat keras kepala ini agaknya mulai naik pitam. "Pandai sekali kau menjatuhkan kesalahan pada orang lain, Lelaki Busuk! Sejak dulu kau telah menjadi buronan kerajaan! Itu bukan salahku! Siapa pun tahu kalau kau adalah seorang penjahat edan yang suka men

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Pendekar Kera Sakti   81. Lembah Rongga Laut

    "Kau terkejut melihat senjata yang kubawa ini?" cibir Iblis Pemetik Bunga. "Kau ingat pada kakek jompo bergelar Dewa Keadilan. Hmmm.... Ketahuilah, Nenek Gendeng, bekas kekasihmu itu telah menerima keadilannya sendiri. Tubuhnya telah kucincang untuk menjadi santapan tikus-tikus pemakan daging di Lembah Kebencian! Dan..., hemmm..., beruntung sekali diriku. Dewa Keadilan mati, senjata andalannya menjadi milikku! Ha ha ha...!"Iblis Pemetik Bunga tertawa sombong penuh kegembiraan. Dewi Pedang Halilintar yang tak pernah menyangka bila Dewa Keadilan telah menemui ajal di tangan lelaki bertopeng itu tampak menundukkan kepala. Batinnya terpukul. Telah lama dia berpisah dengan Dewa Keadilan yang pernah mengukir kenangan indah di dalam ingatannya. Tapi sekarang yang muncul justru berita kematiannya. Maka, siapa yang tak akan menjadi sedih dan berduka. Tanpa terasa, air bening bergulir dari sudut mata Dewi Pedang Halilintar. Beban batinnya bertambah lagi. Dewi Pedang Kuning muridnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Pendekar Kera Sakti   82. Kutukan Ratu Perut Bumi

    "Hmmm.... Pemuda lugu itu tahu kalau aku membawa batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' karena diberi tahu oleh Ratu Perut Bumi. Sungguh aku tak menduga. Kiranya, Ratu Perut Bumi benar-benar memiliki mata siluman yang bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa...," pikir Iblis Seribu Wajah.Karena khawatir kata-kata Baraka tadi didengar oleh Raja Penyasar Sukma, Iblis Seribu Wajah mengedarkan pandangan ke segenap penjuru. Namun, kekhawatirannya tidak beralasan karena Raja Penyasar Sukma tak terlihat."He, kenapa kau malah tengok sana tengok ini, Mahisa Birawa!” tegur Baraka."Jangan buat dosa lebih banyak lagi. Segera serahkan cermin ajaib yang diminta oleh Ratu Perut Bumi! Serahkan pula batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air'! Kemuning yang tidak bersalah apa-apa harus segera kuselamatkan...."Ucapan Pendekar Kera Sakti ditimpali Iblis Seribu Wajah dengan tawa bergelak."Ha ha ha...! Kau meminta seperti seorang raja

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Pendekar Kera Sakti   83. Perisai Brahmananda

    Walau dia berhasil meredam angin pukulan senjata mustika Baraka, tak urung darah segar meleleh dari sudut bibirnya. Itu tandanya bila luka dalam yang diderita Iblis Seribu Wajah telah bertambah parah.Namun, sebagai tokoh tua yang sudah punya nama besar di rimba persilatan, tentu saja Iblis Seribu Wajah tak sudi dipecundangi oleh seorang tokoh muda yang belum begitu ternama macam Pendekar Kera Sakti. Maka, dicarinya daya upaya untuk dapat memukul roboh pemuda lugu itu."Luka dalam yang ku derita tak memungkinkan aku untuk bertempur," kata hati Iblis Seribu Wajah."Jalan satu-satunya untuk dapat meloloskan diri adalah dengan mengandalkan kekuatan Gamabunta."Mengikuti pikiran di benaknya, kakek berwajah pemuda itu menepuk lagi leher sang katak raksasa Gamabunta seraya memerintah, "Keluarkan Lidah Mautmu, Gamabunta! Rampas senjata di tangan bocah geblek itu! Lalu, potong-potong tubuhnya sesukamu!""Khrokkk...! Khrokkk...!"Sang katak raksasa G

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1162. Part 18

    "Kalau kau membentak-bentakku, sebaiknya aku pergi saja dan silakan cari pakaianmu sendiri!" Baraka berpura-pura ingin pergi."Tunggu!" teriak gadis itu. "Baiklah, aku tidak membentakmu lagi," suaranya mereda. "Tolonglah, carikan pakaianku, nanti kuberi upah.""Apa upahnya?""Akan kuajarkan padamu sebuah jurus yang jarang dimiliki orang."Senyum Pendekar Kera Sakti melebar. "Jurus apa itu?""Jurus pukulan 'Malaikat Rela'," jawab gadis itu dengan suaranya yang selalu keras dan bening.Baraka sempat tertawa dalam gumam. "Lucu sekali nama jurus itu.""Jangan menertawakan. Kalau kau tahu kehebatan jurus itu kau akan terbengong-bengong!""Apa kehebatannya?""Pukulan 'Malaikat Rela' dapat merobohkan delapan pohon dalam satu kali hentakan. Jika dilepaskan kepada lawanmu, dia akan tumbang setelah bernapas tiga kali. Percayalah, jurus itu tak ada yang memiliki kecuali diriku. Maka carilah pakaianku dan kau akan kuajarkan jurus te

  • Pendekar Kera Sakti   1161. Part 17

    "Ahg...!" Dampu Sabang tersentak dan diam seketika dengan tangan masih mau disentakkan. Lama sekali dia tak bergerak. Kelana Cinta dan Raja Hantu Malam sempat merasa heran melihat Dampu Sabang bagaikan menjadi patung. Tetapi ketika angin berhembus kencang, mereka terkejut melihat tubuh Dampu Sabang berhamburan ke mana-mana. Rupanya pada saat itu Dampu Sabang sudah tak bernyawa lagi. Pisau-pisau kecil itu telah membuat Dampu Sabang berubah menjadi debu yang masih saling bergumpalan. Itulah kehebatan dan kedahsyatan jurus 'Manggala' milik Pendekar Kera Sakti, pemberian dari Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi, calon mertuanya itu.Dengan terbunuhnya tubuh Dampu Sabang, maka persoalan Raja Hantu Malam palsu pun terselesaikan. Ki Randu Papak segera ditolong olah Baraka menggunakan hawa ‘Kristal Bening’-nya, dan Baraka meminta maaf kepada tokoh tua yang bijak itu. Sedangkan Ratu Asmaradani tubuhnya menjadi pulih seperti sediakala, terbebas dari pengaruh 'Racun Siluman' yang ju

  • Pendekar Kera Sakti   1160. Part 16

    Praaak...! Terdengar seperti suara cermin pecah. Lalu sinar biru itu menghantam tubuh Raja Hantu Malam.Zruub! Tepat mengenai iga kanan Raja Hantu Malam."Aaahhhg...!" Raja Hantu Malam mengejang dengan kepala terdongak dan kedua kakinya menekuk ke depan. Sekujur tubuhnya berasap, warna kulitnya menjadi merah retak-retak.Baraka terbelalak melihat keadaan Raja Hantu Malam. Lukanya sangat parah, tapi agaknya ia bertahan untuk tetap lakukan serangan ke arah Dampu Sabang. Tapi serangannya sangat lunak dan mudah dihindari Dampu Sabang yang tertawa terbahak-bahak kegirangan. Baraka dalam kebimbangan. Mau menolong, tapi yang ditolong adalah yang menjadi musuhnya dan ingin dibinasakan jika tak mau tawarkan racun yang mengenal Ratu Asmaradani. Jika ia tidak menolong, ia tak tega melihat orang yang pernah dikagumi itu menderita siksaan begitu keji.Dalam keadaan bimbang itu, tiba-tiba Baraka dikejutkan oleh gerakan halus yang datang dari arah belakangnya. Baraka ce

  • Pendekar Kera Sakti   1159. Part 15

    Rupanya Ki Randu Papak berlari menuju arah datangnya sinar merah yang meletup di angkasa tadi. Tetapi gerakannya mampu dipatahkan oleh Baraka yang tahu-tahu menghadang langkahnya.Jleeg...!"Mau lari ke mana kau, Raja Hantu Malam!" tegur Baraka tak ramah lagi."Baraka, minggirlah dulu. Aku punya urusan dengan seseorang! Setelah kuselesaikan urusanku ini, kita bicara lagi mencari kebenaran fitnah itu!""Tak kubiarkan kau lari tinggalkan tanggung jawabmu. Raja Hantu Malam!""Jangan paksa aku melukaimu, Baraka!""Tidak. Aku hanya ingin paksa dirimu mengobati Ratu Asmaradani yang terkena 'Racun Siluman' itu!""Itu bukan tanggung jawabku, Baraka! Aku tidak melakukannya!" sentak Ki Randu Papak. "Tapi kalau kau ingin aku membantumu, aku sanggup membantumu. Tapi nanti, setelah kuselesaikan urusanku dengan Dampu Sabang!""Sekarang juga kau harus lakukan penyembuhan terhadap Ratu Asmaradani!""Tidak bisa! Aku sudah punya janji unt

  • Pendekar Kera Sakti   1158. Part 14

    Perubahan wajah yang ada pada Ki Randu Papak tampak jelas sebagai ungkapan rasa kaget, namun juga rasa tidak percaya. Baraka sengaja diam untuk menunggu kata-kata dari sang kakek itu."Apa maksudmu dengan mengatakan aku menipumu, Pendekar Kera Sakti? Kata-katamu menyimpang dari watak kependekaranmu yang harus bicara jujur.""Aku bicara yang sebenarnya, Ki Randu Papak. Kau boleh buktikan sendiri ke Lembah Sunyi. Hanya ada dua murid yang selamat dari pembantaian sadis itu, karena mereka sedang diutus ke pesisir selatan.""Sepertinya kau bicara mengigau. Tapi baiklah, kucoba untuk mempercayai kata-katamu. Lalu, bagaimana dengan Resi Wulung Gading sendiri? Apakah dia ikut menjadi korban?"Baraka menggeleng berkesan dingin, "Resi Wulung Gading bertapa di Gua Getah Tumbal. Mungkin sampai sekarang belum mengetahuinya.""Kalau begitu aku harus ke Gua Getah Tumbal untuk memberitahukan hal itu kepada Resi Wulung Gading!" tegas Ki Randu Papak.Tiba-tib

  • Pendekar Kera Sakti   1157. Part 13

    Blaaar...!Sinar hijau itu pecah menjadi lebar, lalu padam seketika. Tubuh Siluman Selaksa Nyawa terpelanting dalam keadaan mengepulkan asap. Kerudung kain hitamnya hangus sebagian. Mulutnya keluarkan darah kental. Matanya menjadi merah bagai digenangi cairan darah. Tongkat El Mautnya menjadi putih bagaikan dilapisi busa-busa salju."Keparat!" gumamnya lirih, lalu ia sentakkan kaki dan lari tinggalkan tempat itu secepatnya. Baraka pun bergegas mengejar, tetapi Sumbaruni segera berseru, "Biar kubereskan dia!" dan perempuan cantik itu segera melesat dengan cepat mengejar Siluman Selaksa Nyawa. Sedangkan Baraka segera berpaling ke belakang untuk melihat siapa orang yang telah selamatkan jiwanya dari serangan lima larik sinar hijau tadi."Oh, kau...!" Baraka terkejut bukan kepalang.Ternyata orang yang melepaskan sinar merah berbentuk lingkaran tadi adalah Raja Hantu Malam, alias Ki Randu Papak."Kau terlambat sedikit, Baraka! Sinar hijau itu harus dib

  • Pendekar Kera Sakti   1156. Part 12

    Bukit itu tidak terlalu tinggi. Tanamannya tidak begitu rimbun. Bagian puncak bukit termasuk datar dan mempunyai tempat yang enak untuk sebuah pertarungan. Rimbunan semaknya tumbuh secara berkelompokkelompok. Dan di salah satu rimbunan semak berdaun lebar itulah Baraka bersembunyi mengintai sebuah pertarungan. Ternyata pertarungan itu adalah pertarungan yang tidak disangka-sangka oleh Baraka. Bukan pertarungan Raja Hantu Malam melawan Dampu Sabang, melainkan pertarungan antara Sumbaruni dengan orang berkerudung kain hitam dan membawa senjata tombak El Maut yang ujungnya mirip sabit.Orang itu adalah tokoh sesat yang diburu-buru oleh Pendekar Kera Sakti selama ini. Dia tak lain adalah Siluman Selaksa Nyawa, yang mempunyai wajah pucat dan dingin.Tentu saja Pendekar Kera Sakti terkejut sekali melihat tokoh sesat itu muncul di bukit tersebut dan lakukan pertarungan dengan Sumbaruni. Apa persoalan mereka, Baraka tidak tahu secara pasti. Tetapi sebagai orang yang sudah bebe

  • Pendekar Kera Sakti   1155. Part 11

    "Jadi... selama ini kaulah yang memberi kabar tentang pemuda-pemuda yang akan diculiknya?""Ya. Karena itu syarat untuk menjadi muridnya.""Kau salah, Sundari. Kau tidak boleh membantu pihak yang sesat seperti Nyai Sedah itu.""Tapi aku ingin memiliki ilmu seperti yang dimilikinya!""Ada jalan lain, tanpa harus membantunya melakukan kejahatan."Sundari kian menangis di sela malam bercahaya rembulan. Baraka mencoba memahami jalan pikiran lugu gadis desa itu. Akhirnya ia bertanya, "Lalu mengapa kau tadi mau dibunuhnya?""Sejak kemarin ia mencarimu, tapi aku tak mau kasih tahu di mana dirimu! Aku takut kau dijadikan korban seperti pemuda lainnya. Lalu, malam ini ia mendesakku lagi, tapi tidak percaya kalau kukatakan bahwa kau ke puncak. Rupanya dia bermaksud serahkan dirimu kepada suaminya, yang juga sebagai gurunya, ia merelakan diperistri oleh suaminya itu hanya untuk dapatkan ilmu-ilmu sakti seperti yang dimilikinya sekarang ini. Tapi menuru

  • Pendekar Kera Sakti   1154. Part 10

    "Dia ke puncak! Carilah di puncak sana!" jawab Sundari dengan rasa marah yang tak mampu dilampiaskan. Tangisnya kian terdengar jelas dari tempat Baraka bersembunyi di atas pohon."Tidak mungkin, Sundari! Aku bukan orang bodoh yang bisa kau bohongi! Kau ingin menjebakku di puncak sana, bukan!""Ttt... tidak!""Kau bohong! Aku jadi muak padamu!"Sreeet...!Orang berkerudung hitam itu mencabut pisau sepanjang dua jengkal dari balik baju hitamnya. Pisau itu hendak ditikamkan ke dada Sundari. Tapi Baraka segera lepaskan pukulan 'Jari Guntur'-nya lewat sentilan tangan.Taaas...!Tenaga dalam yang dilepaskan lewat sentilan tangannya itu tepat kenai pelipis orang berpakaian hitam.Dees...!Orang itu pun tersentak dan terpelanting ke samping bagaikan terkena tendangan kuda binal. Ia berguling-guling tiga kali, lalu cepat ambil sikap berdiri lagi.Wuuut...! Jleeg...!Baraka turun dari atas pohon langsung berhadapan d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status