Share

Bab 55

Author: Danira Widia
Hanya Janice yang tahu. Vega adalah putri terbaik di dunia. Setelah Vega menjadi pengertian, setiap ulang tahun Vega, Janice selalu berharap Vega senang dan bahagia.

Vega selalu bilang, "Mama, ke depannya jangan menangis lagi ya?" Dia juga berkata, "Mama, anak orang lain biasanya dibantu papanya untuk pakai mahkota."

Kemudian, Vega mengerti bahwa ayahnya tidak menyukainya. Jadi, dia mengatakan bahwa dirinya akan lebih cantik jika ibunya yang bantu pakaikan.

Memikirkan hal ini, mata Janice seketika memerah. Akan tetapi, dia sudah berjanji kepada Vega tidak akan menangis lagi. Pada akhirnya, dia menahan tangisnya.

Janice mengangkat tangan untuk menyentuh mahkota di kepalanya, lalu sedikit melihat ke atas. Dia membatin, 'Vega, Mama sudah membuatkan mahkota untukmu. Kamu suka nggak?'

Tanpa memikirkan kejadian sebelumnya, Amanda sangat mengagumi kemampuan Janice. Desain dan idenya lebih inovatif daripada Vania. Karya Vania juga sangat bagus. Sayangnya, hanya ada satu kekurangan, yaitu cinci
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 56

    Setelah beberapa saat, Amanda bertutur, "Lanjutkan kompetisinya."Pembawa acara segera berkata, "Kalian berdua silakan istirahat dulu. Mari kita sambut peserta selanjutnya untuk maju."Janice turun dari panggung sambil tersenyum. Vania yang ada di belakang menyusulnya. Dia bertanya, "Kamu sudah tahu dari awal, 'kan?""Vania, apa yang kamu katakan? Kenapa aku nggak mengerti? Bukannya itu karyamu? Apa yang bisa aku tahu?" balas Janice yang pura-pura bingung.Vania melihat ke sekeliling, lalu bertanya dengan memelankan suaranya, "Kenapa kalungnya bisa putus?"Janice tersenyum tipis sembari menimpali, "Setelah curi desain sampelku, kamu nggak tahu cara mengubah data? Menyalin pun bisa salah?"Selesai berbicara, Janice berbalik dan pergi. Setelah berjalan dua langkah, dia berhenti dan melirik Vania sambil mengingatkan, "Saat kamu dapat desainnya, Jason nggak memberitahumu jangan menambahkan hal yang nggak perlu? Cincinmu benar-benar jelek.""Janice!" teriak Vania. Dia sangat kesal sampai ci

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 57

    Janice menatap penonton dengan ekspresi datar. Dia menerima piala yang berat.Janice merasa seolah-olah ada tangan tak kasat mata yang mencekik lehernya. Rasa sesak itu seperti sedang memberitahunya betapa sulitnya untuk melarikan diri dari takdir, terutama saat berhadapan dengan lawan yang memiliki pendukung.Sesaat kemudian, Janice menggenggam piala dengan erat. Di kehidupan lampau, dia sama sekali tidak memenuhi kualifikasi untuk mengikuti kompetisi. Di kehidupan ini, dia bisa mengancam posisi Vania dan meraih piala.Setidaknya takdir yang menyebalkan sudah berubah. Suatu hari nanti, takdir akan berjalan sesuai keinginannya.Janice menengadah dan tersenyum kepada penonton dan pemilik mata gelap, yaitu Jason. Tidak akan ada yang bisa menjatuhkannya lagi, kecuali dia jatuh sendiri.Di bawah panggung. Norman berjalan ke sisi Jason. Dia sedikit membungkuk dan melaporkan, "Pak Jason, sudah beres.""Hm," sahut Jason. Pria ini mengangkat cangkir teh sembari bertatapan dengan Janice. Dia me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 58

    Herisa belum tentu ingin mendekati Jason. Akan tetapi, jika dia bisa berfoto dengan posisi di samping Jason, fotonya pasti akan viral di internet. Dengan begitu, dia juga akan mendapatkan ketenaran.Orang harus memikirkan diri sendiri karena dunia tidak akan berbelas kasihan. Herisa tidak salah.Janice memberikan jalan kepada Herisa. Dia berkata sambil tersenyum, "Kamu ke sana saja. Gaun yang kamu pakai hari ini bernuansa gelap. Terlihat sangat bagus kalau berfoto di samping Jason."Janice bahkan sudah menyiapkan alasan. Herisa tertegun. Setelah mengucapkan terima kasih, dia berjalan ke sisi Jason. Janice berdiri di paling pinggir.Ketika semua orang sedang berpose, Jason menghalangi kamera. Dia berkomentar, "Seharusnya peserta berdiri di tengah."Selesai berbicara, Jason menepis tangan Vania dan berjalan ke paling pinggir, tepatnya di sebelah Janice.Janice secara refleks hendak menghindari Jason, tetapi ada sebuah tangan yang memegang punggungnya. Sentuhan lembut telapak tangan itu m

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 59

    Kejadian ini memang di luar dugaan Janice. Vania benar-benar bisa melakukan apa pun untuk menekannya. Vania tahu jelas siapa yang menyalin. Sekarang, bisa-bisanya Vania menuduhnya plagiat.Penggunaan kata inspirasi benar-benar bagus. Wartawan itu juga mengingatkan semua orang bahwa Janice telah melihat sketsa desain Vania sebelumnya.Jika Janice mengaku dirinya terinspirasi dari desain Vania, itu berarti dia mengakui Vania lebih hebat darinya, sampai harus meniru karya Vania untuk ikut kompetisi. Jika tidak mengaku, Janice akan dikatakan keras kepala dan memenangkan juara kedua dengan tidak terhormat.Vania berusaha mencairkan suasana dengan berkata, "Semuanya jangan bicara seperti itu. Aku merasa terhormat kalau Janice mendapatkan inspirasi dari desainku."Kemudian, Vania berujar dengan ekspresi sedih, "Tapi, kali ini aku menambahkan elemen matahari ke dalam karyaku. Alasannya karena aku menganggap Jason sebagai matahari. Cahaya yang dia pancarkan membuat segalanya menjadi indah.""Ka

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 60

    "Jangan bergerak," bisik Yoshua."Ada apa?" tanya Janice dengan heran."Ada pita di kepalamu. Biar aku bantu mengambilnya," jawab Yoshua. Dia membelai rambut Janice dengan lembut. Begitu melihat tatapan Janice berubah, Yoshua mendekat untuk mencium rambutnya.Ketika merasakan Yoshua mendekat, wajah Janice memerah. Dia menutupi kepalanya dengan satu tangan sembari bertutur, "A ... aku lupa mencuci rambutku. Apa baunya sangat aneh?"Yoshua tersenyum seraya membalas, "Nggak kok. Sangat wangi.""Kak, kamu benar-benar pandai bercanda," kata Janice dengan malu."Ayo, mobilku ada di pintu samping," seru Yoshua."Hm," sahut Janice.Janice dan Yoshua berjalan berdampingan. Janice tanpa sadar menyentuh rambutnya. Gerakan kecil ini hanya dia lakukan saat malu-malu.Ketika melihat pemandangan ini, Jason menggertakkan giginya. Aura di sekujur tubuhnya begitu menakutkan. Dia menoleh untuk menyalakan rokok. Setelah mengisapnya, dia berbalik dengan perlahan.Di koridor, panitia ditangkap oleh Norman d

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 61

    Di restoran, Janice menyadari bahwa semua hidangan yang disajikan pelayan adalah favoritnya. Dia berkata dengan nada terharu pada Yoshua, "Kak, nggak kusangka kamu masih ingat."Sambil memberikan Janice semangkuk sup iga, Yoshua tersenyum dan menyahut, "Ingat, dong. Aku tahu kalau kamu sebenarnya tukang makan, hanya saja kamu nggak berani makan banyak di rumah."Janice memandang sup iga yang masih panas itu dengan perasaan sentimental. Dia tidak bisa menahan diri untuk mendongak dan menatap sendu pria berhati lembut dan perhatian di depannya.Akhir cerita Yoshua terlalu tragis. Dia kehilangan segalanya dan diasingkan ke negeri yang jauh tanpa ada harapan untuk kembali. Bahkan Tracy pun ditolak saat ingin pulang kampung sebelum meninggal.Semua itu karena Jason. Betapa kejam dan tidak berperasaannya pria itu.Di kehidupan sebelumnya, Janice dikontrol dengan ketat oleh Jason. Jadi, dia tidak tahu banyak. Dia hanya tidak sengaja mendengar hal ini ketika melewati pintu ruang kerja Jason.L

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 62

    Jason memanfaatkan kepolosan Janice sebagai tameng. Setelah satu malam panas di kehidupan sebelumnya, pria itu juga menggunakannya untuk menangkal rumor.Jason menggunakan kerja keras Janice untuk memuluskan jalan Vania. Sekarang dia kembali melakukan hal yang sama.Hilang sudah nafsu makan Janice. Dia menaruh ponselnya dengan lemah dan berbalik memandang ke luar jendela. Dadanya terasa sesak.Yoshua yang duduk di depannya mengernyit dan bertanya, "Kenapa? Kok wajahmu masam sekali?""Nggak ada apa-apa. Aku sudah kenyang," sahut Janice sambil minum untuk menenangkan emosinya. Masalah ini tidak berkaitan dengan Yoshua, dia tidak ingin melibatkannya.Yoshua menatap Janice dengan lembut, lalu mengulurkan tangannya ke arah gadis itu sambil berkata, "Sudah sebesar ini, makanmu masih berantakan.""Hah?" Sebelum Janice sempat menanyakan maksudnya, tangan Yoshua sudah menyeka sudut bibirnya dengan lembut. Dia terkejut dan refleks menghindar."Bi ... biar aku yang lap sendiri," ucap Janice."Sud

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 63

    Begitu tiba di asrama, Janice melihat teman-teman sekamarnya sudah menyiapkan kue dan bunga untuknya."Selamat, Janice!""Terima kasih," ucap Janice penuh haru."Janice, waktu mendengar penjelasan desainmu di internet, nggak tahu kenapa aku jadi ingin menangis.""Apalagi waktu kamu mengonfrontasi Vania, itu keren banget!""Oh iya, nggak usah khawatir soal rumor di internet. Kami sudah mengunggah semua prestasimu selama ini. Kebanyakan netizen nggak bodoh, kok. Mereka akan tahu kalau kamu memang siswa nomor satu sejurusan! Vania pasti lagi menyesal karena sudah menyukainya unggahan nggak jelas itu."Janice sedikit terkejut. Dia pun segera memeriksa ponselnya. Meski reaksi netizen tidak terlalu heboh, kebanyakan orang sudah mengetahui kebenarannya.[ Ini prestasi yang disertifikasi kampus. Janice nggak mungkin tidur dengan semua dosen, 'kan? Lagi pula, ada banyak dosen wanita di antara mereka. ][ Nggak sengaja terpencet? Kurasa hanya orang dengan otak nggak berfungsi yang akan berbuat s

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 500

    Saat Janice buru-buru tiba di rumah sakit, dia langsung melihat sekelompok wartawan mengerumuni dua sosok yang baru saja keluar dari pintu utama.Jason dan Rachel.Rachel memeluk buket mawar di lengannya, pipinya merona karena malu. Seorang wartawan bertanya, "Bu Rachel kenapa dirawat di rumah sakit?"Rachel tampak agak terkejut, lalu refleks menggenggam erat buketnya dan melirik ke arah Jason.Jason melindunginya dengan satu tangan dan menjawab dengan tenang, "Nggak ada masalah besar, cuma pemulihan."Mendengar kata pemulihan, semua orang langsung berpikir tentang pernikahan mereka yang akan berlangsung dalam waktu dekat. Seketika, mereka memahami maksud pernyataan Jason.Wartawan tersenyum dan bertanya lebih jauh, "Sepertinya Pak Jason menantikan kabar bahagia ya."Jason tidak menjawab, tetapi sikap diamnya dianggap sebagai persetujuan. Saat Rachel menyadari bahwa semua orang mulai menatap perutnya, wajahnya semakin memerah.Begitu masuk ke mobil, Rachel tanpa sadar menyembunyikan wa

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 499

    Saat Rachel berhasil diselamatkan, langit malam yang kelam mulai memudar sedikit demi sedikit. Jason bersandar di jendela, memainkan rokok yang sudah lemas di antara jarinya.Arya menatapnya dengan serius. "Dia selamat, tapi tetap saja, sebaiknya lebih berhati-hati ke depannya.""Mm." Ekspresi Jason tetap datar, matanya tertunduk, bayangan dari bulu matanya menambah kesan gelap di wajahnya.Beberapa saat kemudian, Landon membuka pintu dan masuk. Dia terlebih dahulu melihat keadaan Rachel, lalu berjalan ke arah Jason."Terima kasih."Jason tidak menjawab.Landon merapikan tirai di sekitar ranjang Rachel, lalu membuka sedikit jendela, kemudian mengambil dua batang rokok dan menyodorkannya ke Jason serta Arya. Jason tidak mengambilnya.Arya menyadari ada sesuatu yang perlu dibicarakan antara keduanya, jadi dia beralasan, "Aku masih ada pekerjaan. Kalian ngobrol saja dulu."Setelah Arya pergi, Landon menyalakan rokoknya di dekat jendela dan membiarkan asapnya perlahan-lahan menyebar ke uda

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 498

    Janice tidak mengerti maksud kata-kata Jason. Namun, sebelum dia sempat bertanya, Jason buru-buru menjawab telepon. Dari seberang, terdengar suara lembut Rachel."Kapan kamu pulang? Aku tungguin.""Sebentar lagi."Bahkan Jason sendiri tidak sadar, nada bicaranya jadi lebih pelan saat menjawab panggilan tersebut. Tangannya juga refleks melepaskan lengan Janice.Janice menunduk sambil mengusap pergelangan tangannya. Tanpa menunggu lebih lama, dia turun dari mobil dan pergi.Saat Jason menutup telepon, dia baru menyadari bahwa Janice sudah menghilang. Dia menoleh ke arah Norman. "Kapan dia pergi?"Norman hanya bisa menghela napas. "Waktu Pak Jason menjawab telepon.""Apa yang dia bilang?""Bu Janice ... nggak bilang apa pun." Suara Norman jadi semakin pelan.Mendengar ucapan itu, Jason bersandar ke belakang dan tubuhnya tersembunyi dalam kegelapan. Dia tetap diam sambil menyalakan sebatang rokok. Auranya menjadi mencekam dan tidak bersuara sama sekali."Ayo jalan. Besok, pesankan satu buk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 497

    Pria yang menjadi pemimpin di antaranya, menghajar wajah pria VIP itu hingga batang hidungnya patah."Jangan sentuh orang yang nggak seharusnya kamu sentuh," ucapnya memperingatkan."Baik, aku nggak berani lagi," mohon pria VIP itu sambil berlutut. Kini dia tidak lagi terlihat angkuh seperti sebelumnya.Arya melontarkan godaan, "Sepertinya ada yang bantu seseorang untuk balas dendam." Sambil berkata demikian, dia melirik ke arah Janice dan bertanya, "Sudah lebih puas sekarang?"Janice terkekeh-kekeh, "Oh, tentu saja. Aku bahkan pengen ngasih plakat penghargaan sama orang itu sebagai pahlawan pembasmi kejahatan."Siapa pun bisa mendengar sarkasme dalam kata-katanya.Arya mengerutkan kening. "Dia sudah dipukuli sampai begitu, kamu masih nggak senang? Bukannya dia baru saja melecehkanmu?"Janice menjelaskan dengan tenang, "Nih kukasih contoh yang mungkin agak kurang sopan ya. Kalau dia perkosa seseorang, kenapa harus balas dendam setelahnya, padahal bisa nolong dia di saat kejadian?""Ada

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 496

    Janice terbentur ke bahu Jason.Meskipun pencahayaan di bar cukup redup, dia masih bisa merasakan tatapan pria itu yang menunduk ke arahnya. Di balik matanya yang hitam pekat, ada sesuatu yang berkecamuk. Pada akhirnya, dia hanya menelan ludah pelan."Kenapa takut?" Suara Jason rendah dan serak, terdengar seperti sedang menahan diri.Janice menundukkan matanya sesaat, lalu segera menatapnya dengan tenang. "Orang yang lebih muda memang seharusnya bersikap seperti ini di hadapan seniornya, 'kan?"Jason menatapnya dengan lekat, memperhatikan setiap perubahan sekecil apa pun dalam ekspresinya. Aura tekanan dari dirinya begitu kuat hingga membuat orang sulit bernapas.Namun, Janice hanya menatapnya dengan kebingungan dan tanpa emosi apa pun.Jason mendengus dingin, seolah-olah sedang mengejek dirinya sendiri dan bercampur emosi lain yang rumit. Namun, dia tetap tidak melepaskan genggamannya.Dengan ekspresi datar, dia bertanya, "Aku sudah bantu kamu. Sekarang, seharusnya kamu juga bantu aku

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 495

    Janice menolaknya dengan sopan. Biasanya, pria kaya seperti ini punya harga diri yang tinggi dan tidak akan memaksa jika ditolak dengan baik. Namun, kali ini dia salah perhitungan.Pria itu meneguk sedikit minumannya, lalu menyeringai sinis. "Terus saja pura-pura. Aku sudah perhatiin kamu sejak kamu masuk. Kamu sendirian.""Dia akan segera datang," jawab Janice dengan tenang."Baiklah, aku mau lihat kapan pacarmu akan muncul." Pria itu jelas sudah berpengalaman menghadapi penolakan seperti ini dan tidak termakan oleh alasan Janice.Menyadari ada sesuatu yang tidak beres, Janice diam-diam menekan panggilan cepat ke Landon di dalam tasnya. Landon seharusnya masih ada di sekitar area ini.Namun, tidak ada respons.Pria itu tampaknya menyadari kegelisahan Janice. Dia melangkah maju dengan perlahan dan menunjuk ke dalam bar."Teman-temanku ada di meja itu. Ayo gabung minum sama mereka.""Nggak usah. Sudah kubilang, pacarku datang sebentar lagi," Janice tetap menolak.Ekspresi pria itu langs

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 494

    Begitu menyebut nama Ivy, mana mungkin Anwar tidak langsung mengerti maksudnya? Dia dan Elaine saling bertukar senyum penuh arti."Bu Elaine, kalau urusan ini berhasil, aku akan berikan yang kamu inginkan.""Terima kasih, Pak Anwar."Setelah menyelesaikan pembicaraan, Elaine berbalik untuk pergi. Namun, sebelum benar-benar melangkah keluar, dia sempat menoleh ke arah perginya Zachary dan Ivy.'Zachary, kamu pasti akan menyesal telah memilih Ivy!'....Di perjalanan menuju restoran, Janice menyempatkan diri melakukan panggilan video dengan Ivy.Dalam video, Ivy dan Zachary terlihat begitu mesra hingga Janice sendiri merasa tidak nyaman memperlihatkannya kepada Landon. Setelah mengobrol sebentar, dia pun segera menutup panggilan.Landon terbatuk pelan. "Mereka kelihatannya mesra banget ya.""Ya." Janice mengangguk."Sebenarnya, kamu juga bisa seperti itu."Mendengar kata-kata itu, Janice menoleh dan menatap Landon. Dia berkata dengan serius, "Pak Landon, kamu juga tahu situasiku sekarang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 493

    Orang yang berdiri di sana adalah Zachary dan Ivy.Zachary mengeluarkan sekotak camilan dari mantel panjangnya. Meskipun jaraknya cukup jauh, Elaine merasa seolah-olah dia masih bisa melihat uap hangat yang mengepul dari camilan tersebut.Bertahun-tahun lalu, Zachary juga melakukan hal yang sama untuknya.Saat itu, dia masih seorang mahasiswi, sementara Zachary sudah menjadi sosok penting yang memimpin salah satu cabang perusahaan keluarga. Dulu, Zachary bukanlah pengecut seperti sekarang.Apa pun yang diinginkan Elaine, dia cukup menelepon Zachary dan pria itu akan menunggu di depan sekolah dengan makanan favoritnya di tangan.Namun sekarang ....Ivy menatap Zachary dengan ekspresi penuh kagum, seperti gadis kecil yang sedang jatuh cinta. Elaine tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi dari gerakan bibir Ivy, dia bisa melihat bahwa Ivy sedang memanggilnya "Sayang".Huh! Memangnya wanita itu pantas?Zachary mengatakan sesuatu, lalu menggenggam tangan Ivy dan berjalan perg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 492

    Mendengar kata-kata Elaine, tangan Rachel gemetar dan teh di cangkirnya tumpah ke meja. Dia buru-buru meraih tisu dan menunduk untuk mengelapnya.Melihat reaksinya, Elaine langsung memahami situasinya. Volume suaranya langsung naik, "Dia nggak pernah menidurimu!""Bibi! Ini urusan pribadiku! Bisa nggak kamu nggak usah nanya?" Rachel panik. Tangannya sibuk mengelap meja, tetapi airnya malah tersebar ke mana-mana, bahkan ada beberapa tetes yang mengenai kakinya.Air menetes menuruni ujung roknya. Namun, dia tidak bisa merasakan apa-apa dari lutut hingga ke bawah. Dia menatap kaki palsunya. Gerakan tangannya berhenti, ekspresinya pun semakin muram.Jason memang tidak pernah menyentuhnya.Jika dia tidak menyentuhnya karena jijik dengan keadaannya yang cacat, Rachel bisa menerimanya. Hanya saja, Jason selalu bersikap baik padanya. Kadang, ketika kaki palsunya terasa tidak nyaman, Jason bahkan berjongkok untuk membantunya memperbaiki posisinya.Di matanya, tidak pernah ada rasa jijik. Namun,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status