"Ayo, Om, kejar aku. Hahahhahaha." Teriak Clara sambil tertawa lepas. Dia berenang lebih jauh lagi supaya dikejar oleh Gracio.Gracio seakan terpanah oleh kecantikan Clara yang meningkat berkali lipat saat tertawa begitu lepas. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang menari di hatinya, merubah warna hidupnya yang semula abu-abu menjadi cerah hanya sekedar melihat perjuangan gadis tengil itu demi menggapai cintanya. Seolah ada kekuatan magnet di gelombang arus lautan, menarik tubuh Gracio untuk mengejar Clara ke tengah-tengahnya. Bolehkah jika Gracio egois? Melupakan sejenak masalah yang terjadi dalam rumah tangganya? Berdosa kah jika dia tergoda dengan rayuan manis Clara yang begitu memabukkan? Jika benar apa yang dilakukannya adalah sebuah dosa besar, biarkan Gracio hanyut di dalamnya walau hanya sekejap. Percikan air mengenai wajah tampannya akibat ulah Clara. Mereka seperti sepasang kekasih yang memamerkan kemesraan pada dunia. Udara pun merasa cemburu karena tak bisa melakukan hal yan
"Apa Om demam?" Clara menyentuh kening Gracio yang sama sekali tidak panas. "Ck!" Gracio berdecak kesal atas sikap Clara. Tiada hentinya dia merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya berkata menjijikkan seperti tadi. Dia tidak pernah menggombali seorang wanita kecuali istrinya, lalu kenapa barusan dia malah bersikap manis terhadap Clara? Pasti ada yang salah di sini. "Sikap Om aneh banget tauk," dengus Clara akhirnya kembali pada kursi duduknya. Hingga pesanan mereka datang dan ditata rapi di atas meja. Mata Clara berbinar tatkala melihat semua menu pesanannya. Perutnya semakin lapar ketika aroma ayam goreng kecap menguar di indera penciumannya. "Selamat makan, Om." Serunya langsung mengeksekusi makanan tersebut satu persatu. Gracio menjadi tak berselera makan, karena terus kepikiran dengan ucapannya yang tadi. 'Jika Violetta tahu, pasti dia akan sangat marah." Batin Gracio dengan wajah masam. Seusai makan, Clara justru tidak mau pulang, dia merengek minta diantarkan ke mall bu
Clara turun dari kamar dengan wajah kesalnya. Bahkan penampilannya pun acak-acakan, menggunakan piyama tidur berwarna hitam dan tidak nerawang. "Selamat malam, Pak Sean," sapa Clara begitu malas. "Malam, Cla," balas Sean sedikit gugup. Ia seakan terpanah dengan penampilan Clara yang sangat indah nan cantik walaupun hanya menggunakan piyama. "Ada perlu apa ya, Pak, Anda datang kemari?" tanya Clara blak-blakan, ia tidak mau berbasa-basi karena kepalanya cukup pusing akibat memikirkan Gracio."Em," Sean menjadi salah tingkah ditanya seperti itu oleh mahasiswinya sendiri, apalagi ada kedua orang tua Clara di hadapannya, membuat Sean tak bisa bergerak bebas. "Kenapa kamu bertanya seperti itu, Clara, nggak sopan sama Dosen kamu sendiri. Mungkin ada hal penting yang ingin dibahas, kalau begitu Papa sama Mama ke belakang dulu. Kalian berbicaralah di sini," ujar Robert, langsung mengajak istrinya pergi dari sana. Hening! Tidak ada yang membuka suara di antara Clara dan Sean. Padahal sebelu
Seperti biasa, Clara dijemput oleh Gracio di halte dekat rumahnya. Nanti siang adalah jadwal pertemuan Clara bersama Xander di markasnya. Clara merasa ada yang aneh dengan sikap Gracio yang sangat dingin, memang pria itu selalu dingin, hanya saja sekarang jauh lebih dingin lagi daripada biasanya. "Om, kenapa?" tanya Clara memberanikan diri. Dia tidak lagi mengungkit soal perasaannya terhadap Gracio karena ia ingin mendengar sendiri bagaimana pria itu memutuskan pilihannya. Gracio sama sekali tidak menggubris pertanyaan gadis di sampingnya, ia masih kesal dengan pemandangan semalam yang ia lihat sendiri bagaimana Clara bermesraan dengan seorang pria yang ternyata adalah dosennya di kampus. 'Dia kenapa?' Batin Clara merasa heran. Ia menatap wajah Gracio yang sama sekali tidak meliriknya. Hingga sampai di kampus pun, tetap tidak ada yang berbicara diantara keduanya. "Kalo aku ada salah ngomong dong Om, jangan diemin aku kayak gini. Apa karena desakan aku soal kemarin? Kalo Om keberat
"Hati-hati di dalam, jika dia berbuat sesuatu segera hubungi aku," ucap Gracio mewanti-wanti sang kekasih. Yeah, dia dan Clara sudah resmi menjalin kasih sejak beberapa waktu yang lalu. Gracio sudah mantap dengan pilihannya, ia mengikuti nalurinya yang mendorongnya untuk menjadikan Clara sebagai miliknya. "Iya, Om. Aku akan menjaga diri baik-baik," jawab Clara tersenyum manis. "Ck! Om lagi, kapan panggilan itu berubah dengan yang lebih manis sedikit saja," protes Gracio memasang wajah kesalnya. "No, nggak ada nama lain kecuali panggilan Om, karena aku menyukai panggilan itu," Clara bergelayut manja di lengan Gracio sebelum akhirnya keluar dari dalam mobil dan masuk ke Markas Xander dengan sangat hati-hati. Kali ini perasaan Clara sedikit cemas, tak seperti hari-hari sebelumnya ia datang ke markas Xander. Takut, itulah yang dia rasakan. Setibanya di dalam sana, Clara melihat Xander yang sedang berkacak pinggang di depan segerombolan pria berbaju hitam. Pria tua yang sedang berdis
Belum sempat Robert memasuki mobilnya, ternyata ada sebuah mobil yang berhenti di depan gerbang rumahnya. Dia sangat hafal milik siapa mobil tersebut, maka dari itu ia bergegas menghampiri sang empunya mobil itu. "Turun kau Xander sialan!" Teriak Robert sambil menggedor pintu mobil berwarna hitam milik Xander. Dengan amarah yang membuncah, Xander pun keluar dari dalam mobil dan menatap tajam pada Robert. Kedua rekan tersebut bersikap layaknya rival yang sedang menuju ke ring pertarungan.Robert menarik kerah baju Xander lalu mendaratkan bogeman mentah di wajah atasannya tersebut. Persetan dengan kedudukannya yang jauh di bawah Xander, sebab yang paling utama sekarang adalah keselamatan sang putri tercinta. Robert takut jikalau Xander sudah berbuat hal jahat kepada Clara. "Kurang ajar kau Xander! Berani sekali menggoda putriku," teriak Robert sambil melayangkan tinjunya yang mengenai pelipis Xander. Tidak mau kalah, Xander membalas pukulan Robert dengan membabi buta. Dia yang semul
Gracio menatap wajah cantik Clara yang terlelap dalam tidurnya di kursi mobil. Terbersit rasa bersalah karena mungkin saja ia menempatkan gadis cantik itu pada masalah tak berujung. Awalnya Gracio mengurungkan niatnya untuk mengirim video Clara bersama Xander kepada Robert. Namun, setelah ia mendapatkan pesan dari Violetta, ia mendapatkan dorongan keras supaya melakukan hal tersebut. Sehingga terjadi perkelahian antara Xander dan Robert akibat perbuatan Gracio yang ingin membalaskan dendamnya satu persatu. "Maaf." Ucapnya seraya membelai wajah cantik Clara. "Aku mencintaimu, tapi aku juga tidak bisa melepaskan istri dan anakku." Suara Gracio terdengar sangat lemah, ia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Clara jika tahu dirinya sangat egois."Om." Clara terbangun dari tidurnya, dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Gracio. "Kenapa wajah Om terlihat sedih?" tanyanya menelisik wajah Gracio yang tampak layu. "HP kamu dari tadi berdering, lihatlah," uja
Gracio datang ke markas dengan membawa dua dokumen penting hasil kerja keras Clara. Ia ingin segera menyelesaikan balas dendamnya supaya bisa lebih tenang dan fokus pada kisah asmaranya bersama dengan Clara. Gracio sampai lupa dengan status Violetta yang masih sah menjadi istrinya. "Bos," sapa Brace kepada Gracio. Ia menyambut kedatangan sang atasan yang diikuti oleh Vero dan Lewis. Karena sebelumnya Gracio sudah mengabarkan bahwa akan membahas hal penting dengan mereka mengenai kasus Xander dan Robert. "Tutup semua pintu dan jendela, kita akan rapat penting sekarang," titah Gracio sambil melangkah ke arah ruang pribadi miliknya yang sering digunakan saat ada rapat penting bersama orang-orang kepercayaannya. Wajah Gracio terlihat sangat dingin sehingga menambah kesan mencekam di sana. Kini, ia berkumpul dengan ketiga temannya untuk mendiskusikan tentang penyerangannya terhadap Xander dan Robert. "Dari data yang kita dapatkan mengenai kasus Xander dan Robert, sepertinya kasus merek