Share

Bab 2 ( Abian )

Setelah kepergian orang tua Mas Akbar, aku memutuskan untuk kembali melakukan aktivitasku yang tadi sempat terhenti.

Pekerjaan yang aku lakukan baru selesai saat jarum jam bergerak ke angka sembilan tepat. Bersamaan itu juga, aku yang hendak menaiki tangga rumah menuju kamar, melihat pintu rumah yang terbuka. Ya, siapa lagi kalau bukan Mas Akbar. Karena hanya dialah yang memiliki kunci cadangan rumah ini.

Aku bergegas menaiki anak tangga, malas jika harus berdebat tentang apa dan kenapa dirinya tak pulang Semalam.

"Sayang…apakah kau di dalam kamar mandi?"

Aku tidak menjawab panggilan Mas Akbar. Lebih baik bergegas untuk membersihkan diriku dari pada harus menjawab pertanyaan Mas Akbar.

***

"Apa kau marah karena semalam aku tidak pulang, sayang?" Mas Akbar terlihat terduduk di pinggiran kasur sembari memandangi wajahku.

"Tidak Mas, aku juga minta maaf karena semalam ketiduran. Jadi, aku tidak sadar semalam kau tidak pulang. Pagi ini, aku juga bangun kesiangan jadi berfikir bahwa Mas Akbar sudah berangkat ke kantor."

Kedua sudut bibir Mas Akbar terlihat tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman.

"Alhamdulillah, kalau dirimu tidak berpikiran macam-macam, sayang. Kemarilah…"

Aku melangkahkan kakiku menuju ke tempat dimana Mas Akbar duduk.

"Aku ada urusan mendadak soal pekerjaan. Karena Bosku sedang ada kencan buta, itulah sebabnya aku yang menggantikan beliau bekerja. Maafkan aku yang tidak memberikan dirimu kabar."

Aku hanya mengulas senyum sebisaku. Menahan rasa sesak di dada yang terasa semakin menggerogoti rasa sabar dalam jiwa.

"Sudah makan, Mas?"

"Belum. Sudah masak?" Mas Akbar mengelus lembut rambutku.

"Sudah, tapi aku ingin kita makan di luar Mas. Semalam, di grup Keluarga ada yang menanyakan keberadaan kita. Ada yang mengatakan bahwa hubungan kita sudah tidak seharmonis dulu. Menyebalkan, sekali Mas!"

Mas Akbar tampak gelisah.

"Kenapa tidak keluar saja dari grup mereka, sayang?"

Keningku berkerut mendengar Pernyataan Mas Akbar. dulu, aku sempat menolak untuk tidak masuk ke dalam grup tersebut. Tapi, Mas Akbarlah yang bersikeras agar aku bisa lebih dekat dengan keluarganya. Tapi, lihatlah sekarang. Mas Akbar memberikan ide agar aku keluar dari grup tersebut.

"Sudahlah Mas, tidak perlu dibahas. Aku akan bersiap-siap, kita berangkat satu jam lagi."

***

Aku dan Mas Akbar memilih untuk pergi ke Balikpapan super Blok, sebuah Mall terbesar di salah satu kota Balikpapan. Setelah Mas Akbar memarkirkan mobilnya di halaman parkiran yang terdapat di lantai paling bawah, aku dan Mas Akbar masuk melalui pintu yang sama di parkiran.

Kami disambut oleh berbagai macam permainan anak-anak.

"Mau makan di mana, sayang?"

Aku berpikir sejenak sembari memperhatikan para pengunjung Mall.

"Solaria?"

Mas Akbar mengelus lembut kepalaku yang tertutup oleh Hijab.

"Sudah lama, ya sayang?"

Aku mengangguk mengiyakan.

'kita sudah lama tidak jalan berdua seperti ini mas. karena kau lebih mementingkan wanita lain ketimbang istrimu sendiri.' Batinku.

Bagaimana bisa Mas Akbar begitu santai? Sepertinya tawaran yang diberikan oleh mertuaku pagi ini harus aku terima. Aku butuh bantuan agar semua rencana yang ada di kepalaku terlaksana dengan baik.

Saat Aku dan Mas Akbar akan memasuki Lift yang akan mempermudah jalan kami menuju ke lantai tiga, seorang wanita cantik dengan memakai rok sebatas lutut, ikut masuk ke dalam. Sebenarnya aku tidak terlalu suka naik lift, lebih tepatnya aku lebih menyukai menaiki Eskalator.

Saat tangan Mas Akbar akan menekan nomor di lantai tiga, wanita bertubuh seksi itu juga menekan tombol tersebut. Aku dapat melihat dengan jelas jari keduanya bersentuhan.

Anehnya, wanita itu sama sekali tidak terkejut. Justru, Ia mengangguk dan tersenyum pada Mas Akbar. Padahal, jika aku yang berada di posisinya, aku pastikan diriku akan sedikit terkejut dan menarik tanganku menjauh. Namun,wanita itu terkesan tidak Masalah dengan sentuhannya dengan Mas Akbar.

Aku sengaja menarik tubuh Mas Akbar agar mensejajarkan dirinya denganku. entah mengapa, aku tidak suka dengan gelagat wanita itu.

Setelah Lift berhenti, kami keluar dari lift dan berjalan menuju ke restoran yang akan kami tuju.

Aku melihat dari ekor mataku, saat ini wanita itu juga tengah berjalan di belakang tubuhku dan Mas Akbar. Menyebalkan sekali. Seperti penguntit saja.

***

Seorang pria dengan postur tubuh tinggi, serta memiliki wajah yang tampak angkuh, terlihat sedang duduk santai di teras rumahnya. Ia sedang menikmati hari liburnya.

"Maaf, Tuan. Ada sedikit kabar buruk soal Nona Mawar."

Alis pria berhidung mancung tersebut naik satu, menunggu kelanjutan perkataan sang pria bernama Aslan.

"Sepertinya Suaminya selingkuh."

"Terus awasi tentang gerak-gerik Akbar. Aku tahu Mawar bukanlah wanita yang bodoh. Kita lihat apa yang nanti akan dilakukannya. Kalau memang Ia butuh bantuanku, dengan senang hati aku akan membantunya."

"Tapi, Tuan…"

"Aku paling membenci kata 'tapi'." Pria itu menatap wajah Aslan dengan pandangan mata siap untuk menghancurkan lawan bicaranya.

"Maaf, Tuan Abian . Tapi sepertinya tadi pagi Keluarganya Akbar datang menemui Nona Mawar. Sepertinya pihak Akbar sebagian sudah mengetahui perihal perselingkuhan ini."

Abian mengusap wajah kasar dengan tangannya. Apabila Mawar mendapatkan dukungan dari keluarga suaminya, akan ada hal yang bisa membuat Mawar kembali lagi pada suaminya itu.

Abian harus memikirkan cara agar Mawar mau mengikuti langkahnya agar segera menceraikan suaminya itu. Abian sudah terlalu lama menunggu untuk bisa menjadikan Mawar sebagai pendampingnya. Kalau dulu Ia harus ditolak keluarga Mawar karena harta yang dimilikinya tidak sebanyak yang dimiliki oleh Akbar, kali ini hal itu bukanlah suatu hal yang harus Dikhawatirkan.

"Dimana Sekarang Mawar?"

"Ada di solaria, BSB."

"Sendirian?"

Aslan menggeleng cepat.

"Tidak Tuan. Nona Mawar bersama dengan suaminya."

Abian membuang nafas kasar. Kekesalan tiba-tiba saja merasuk memasuki seluruh persendian ototnya, membuat tubuhnya terasa panas mendengar Aslan berkata Mawar bersama dengan Suami. Ya, Suami Mawar, pujaan hatinya.

Yang ada di kepalanya saat ini adalah bagaimana caranya agar Ia bisa masuk kembali kedalam kehidupan Mawar tanpa dicurigai oleh wanita itu.

Mawar adalah wanita yang pintar, pasti Ia bisa membaca suasana yang sedang terjadi disekitarnya. Abian tidak menginginkan sebuah kata penolakan. Tapi, Ia juga tetap harus berhati-hati dengan keluarga Akbar.

Yang Abian ketahui adalah, keluarga Akbar merupakan salah satu pemilik stasiun televisi lokal. Sedangkan Akbar memilih untuk menjadi seorang pria yang bekerja di perusahaan orang lain. Aneh bukan?

Ini adalah salah satu dari sekian banyak kejanggalan dalam diri suami Mawar. Pria itu tidak tertarik sedikitpun pada hal yang dimiliki oleh keluarganya.

'kita lihat saja, sampai mana Akbar bisa bertahan dengan dua wanita di sisinya. aku bersumpah akan memberikan pelajaran pada pria brengsek yang telah mengkhianati Mawar.' Batin Abian.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Talis Saikmat
... Kren..alur certrax ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status