Share

4. Apakah Ini Cinta?

Entah kenapa Thania kembali merasa debaran yang asing yang tak bisa dia pahami. Ada apa denganmu, Thania!

"Thania, maaf, sebenarnya lagu itu adalah gambaran aku saat ini. Sebenarnya sudah lama aku memendam rasa ini."

"Aku - suka kamu. Aku ingin menjadikanmu wanita terpenting dalam hidupku."

"Akankah kau menerima?"

Mendadak jari jemari Thania membeku, terasa dingin. Jantungnya berasa berhenti berdetak. Badannya berasa sangat ringan, seperti akan melayang. Entah apa nama rasa ini. Belum pernah dia merasa hal semacam ini.

Thania hanya diam mematung tak bergerak ketika Alfredo mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jasnya. Kotak kecil yang diam-diam, terus dia bawa kemanapun. Sebagai saksi penantian akan waktu yang tepat ini.

Alfredo berlutut di depan Thania yang masih duduk terpaku. Di raihnya jemari tangannya dengan lembut dan memasangkan sebentuk cincin bermata satu yang tampak manis dengan motif lengkung hibiscus leave.

Terpasang dan tampak cantik di jari manis tangan kiri Thania. 

Seperti terhipnotis, Thania hanya menerima semua perlakuan Alfredo tanpa adanya penolakan.

Dia yang tidak tahu, harus berbuat apa di saat seperti itu, tiba tiba seperti tersadar. "Alfredo, maaf, aku belum sepenuhnya mengenalmu bahkan keluargamu. Aku pun belum tahu, apa aku bisa menerimamu."

"Aku tidak mau, kehadiranku di hidupmu, membuat seseorang yang lain merasa dirugikan."

"Ow ow, sebentar, Thania. Seseorang? Siapa menurutmu yang akan merasa dirugikan jika kita bersama?" Alfredo terkejut.

"A - aku hanya tidak mau menjadi orang ketiga yang menjungkir balikkan dunia" 

"Bukankah sudah aku katakan bahwa aku ingin kau menjadi wanita terpenting dalam hidupku karena itu berarti belum ada seorang wanita pun yang penting di dalam hidupku. Kecuali - "

Alfredo tersenyum

"Dia, ibuku yang sedang berada di surga " 

"Alfredo, maaf. Aku tidak bermaksud,"

"Ya. Please, jangan menolak. Kita jalani pelan pelan supaya kau mengenal aku, seperti aku mengenalmu."

"Baiklah. Kita akan mencoba hubungan ini, Alfredo. Tetapi aku tidak ingin seisi kantor kita tahu tentang hal ini."

"OK. As you wish Thania" 

--------------------------

Nichole duduk di sudut ruangan caffe, jam 7 malam itu. Tangannya mengaduk aduk hot machiatto pesanannya. Matanya sesekali melihat jam di tangannya dan sesekali melihat jalanan. Mencari sosok yang dia tunggu.

Dia tersenyum manis ketika melihat sosok Andrew memasuki caffe dan duduk di sampingnya.

"Sudah lama, sayang?"

"Lumayan. 30 menit lah."

"Biasanya kamu yang molor nih janjinya. Ga biasanya datang lebih awal. Ada apa nih. Kangen ya? Sini sini. Aku peluk" 

"Iya deh, kangen. Juga aku punya berita nih buat kamu." 

"Berita apa?  Jadi pingin tahu nih"

Nichole membuka tas kecilnya dan mengeluarkan benda pipih berukuran 15cm dari dalamnya. Lalu memberikannya pada Andrew yang kemudian memekik.

"DAMN!!"

"Kenapa Andrew? Bukankah ini termasuk berita gembira?"

"Iya - iya. Aku juga ingin kita punya anak. Tapi tidak sekarang, Nichole. Apa kata orang tua ku nanti. "

"Dan apa kata orangtuaku nanti jika perutku sudah mulai membesar, Andrew" katanya sambil terisak.

"Sudahlah. Jangan menangis lagi. Kita hadapi bersama. " 

Setelah keluar dari caffee, mobil Andrew melaju menyusuri jalan yang bersisian dengan sungai yang panjang menuju apartemennya di Riverside. 

"Apa kau sudah makan?"

"Sudah. Sebelum ke kafe tadi."

Kata Nichole sambil memilih film di tumpukan kepingan CD. 

"Kita nonton ini aja yuk... "

"Ok, wait" 

Andrew mengambil beberapa kaleng minuman dan meletakkan di atas meja sebelum kemudian duduk di sebelah Nichole.

Di layar televisi tampak film komedi dengan adegan klise nya terpleset jatuh bangun dan terpeleset lagi. Nichole hanya menarik napas, terasa ada beban berat di kepalanya. 

"Kita ganti ya? " kata Andrew mengerti kegalauan hati pasangannya.

Kemudian di layar televisi, muncul adegan romantis. Seorang pemuda dengan seragam militernya kembali dari medan perang. Dan seorang wanita berlari memeluk dan menciumnya.

Tangan Andrew yang semula berada di bahu Nichole, tiba-tiba mulai bergerilya. Bergerak ke arah rambutnya, dadanya, lalu turun lebih ke bawah lagi. Bibirnya mulai menyerang bagian leher, mulut telinga, dada.

Ah... Nichole hanya mendesah menginginkan lebih. Dan tanpa terasa keduanya telah larut dalam birahinya. Terlupakan sudah semua masalah yang mereka hadapi malam itu.

-------------------

"Andrew... kau harus segera mengenalkanku pada orang tuamu. Dan aku juga harus secepatnya memperkenalkanmu pada mom and dad."

"Ok Nichole. Atur sajalah. "

"Atau kau mau aku bertemu orang tuamu sekarang? Selagi kita sudah sampai di depan rumahmu?"

"Sekarang? Ayolah! Bagaimanapun mereka harus mengenalmu."

Mr and Mrs. Smith sedang ada di ruang keluarga, melihat berita di televisi seperti yang biasa mereka lakukan.

"Mom, Dad. Ini Andrew. Kekasih Nichole."

"Selamat malam, Mr and Mrs. Smith. Senang berkenalan denganmu"

" Oh. Hai Andrew."

"Sudah lama kenal dengan Nichole?"

"Eh..sudah sekitar 6 bulan, Sir"

"Apa pekerjaanmu, Andrew?"

"Aku membantu ayahku menjalankan bisnis kopi, Sir." 

"Jadi siapa nama ayahmu, nak?"

"Harrison Leigh."

"Ah.  Harrison Leigh." 

"Hai Dad, hai mom.Thania pulang"

"Oh, hai Nichole, hai Andrew." 

Begitu memasuki rumah, Thania memberi salam dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Mrs. Smith berdiri dan mengikutinya, tidak ingin mencampuri interogasi suaminya atas kekasih anaknya.

"Thania, apa semuanya berjalan lancar, sayang?"

"Semua berubah menjadi dinner berdua, mom. Mr. Geoffrey tidak bisa menghadiri meeting."

"Lalu- yah. Mr. Alfredo tiba-tiba menyatakan perasaannya padaku, dan memberikanku ini, mom"

Thania menunjukkan jari manis tangan kirinya.

"Ok Thania, ada pertanyaan lain. Bisa kau jawab dengan jujur sayang?"

"Tentu mom. Aku tak akan berbohong padamu"

"Bagaimana kau bisa menyapa kekasih kakakmu? Apakah kau mengenalnya? Siapakah dia? Apakah dia lelaki baik-baik?"

Thania tertawa.

"Mom, seandainya aku cerita yang sebenarnya, aku rasa mom tidak akan percaya. Apalagi setelah mendengar tentang apa hubungan dia denganku."

"Ceritakanlah Thania. Mom janji. Mom lebih percaya pada anak mom"

"Siapakah dia? Apa hubungannya denganku... Dia adalah teman Ethan, suami dari Letha temanku. Mereka yang mengenalkannya denganku. Lalu kami semakin akrab dan dia membawaku ke pertemuan keluarganya sekitar bulan Juli tahun lalu. Entah kenapa semuanya menjadi kacau, dan beberapa hari yang lalu kita putus hubungan."

"Jadi, dengan kata lain, dia kekasih kamu?"

"Tidak mungkin Thania. Dia kekasih kakakmu.. Bagaimana mungkin kamu jadi kekasihnya juga, menjadi orang ketiga dalam hubungan kakak kandungmu sendiri."

"Bagaimanapun juga, Thania, tolong jangan jadi pihak ketiga dalam hubungan mereka."

Thania tertawa terkekeh.

"Seperti yang aku bilang, mom tidak akan percaya padaku. Sudahlah, aku tidak akan mengatakan apapun sekarang. Karena itu percuma."

Thania meninggalkan ibunya dalam kebingungan. 

Di kamar mandi, Thania menikmati berendam air panas, melihat benda berkilau di jari manis nya. Sambil mengingat makan malam romantisnya, jantungnya kembali berdegup kencang. "Ah, memikirkanmu saja, jantungku berdetak kencang. Apa ini cinta"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status