Share

Bab 3

Davina menyapa seluruh muridnya dengan ceria. Kebiasaan rutinnya setiap kali membuka kelasnya. Dan anak-anak itu juga membalas sapaannya dengan sama hebohnya. Gadis itu mengamati satu persatu muridnya yang hari ini tampak sangat menggemaskan dengan baju daerah.

Hari ini akan diadakan karnaval mini di lingkungan sekolah dan setiap anak wajib memakai pakaian adat dari berbagai daerah. Ada yang tampak memakai baju adat Jawa Tengah. Dan ada pula yang memakai baju kebesaran khas Bugis di tubuhnya. Semua anak ini terlihat menggemaskan dan rasanya Davina ingin memeluk mereka satu persatu.

"Okay, class! Seperti yang Miss katakan kemarin, kita akan mengadakan karnaval kecil di lingkungan sekolah kita kan?" Ujar Davina bersemangat.

"Iya, Miss!" Jawab muridnya serempak.

Davina menepuk kedua belah tangannya.

"Nah, jadi sekarang ayo kita berbaris membentuk kereta api dan berjalan keluar ya! Nanti kita akan bergabung dengan teman-teman dari kelas lain juga!" Ajak Davina lagi.

Dengan tertib, anak-anak itu membuat barisan panjang menuju pintu kelas. Sambil bernyanyi, kelas terdengar riuh dan semarak. Tak lupa iringan tepuk tangan dari Davina membuat murid-muridnya makin bersemangat melangkah.

Sepuluh menit kemudian, rombongan kelas Davina sudah tiba di lapangan sekolah. Anak-anak itu tersenyum sumringah seolah sangat senang menunjukkan pakaian mereka yang indah dan berwarna-warni.

Davina menghitung satu persatu muridnya namun jumlah muridnya kekurangan satu hari itu. Ada seorang murid yang tidak masuk dan murid itu adalah Clay. Davina baru menyadari ketidakhadiran Clay karena setiap muridnya tampak berbeda dengan riasan khas adat mereka. Pantas saja sejak tadi tidak terdengar celotehan khas Clay memenuhi kelasnya.

"Clay kemana ya? Kenapa Clay tidak masuk hari ini?" Gumam Davina merasa aneh.

Cukup aneh karena Clay tidak pernah bolos sekalipun sejak ia mulai bersekolah tiga bulan yang lalu. Jadi absennya Clay sedikit menimbulkan tanda tanya di kepala Davina. Gadis itu sudah memutuskan akan mencari tahu tentang murid favoritnya itu nanti setelah karnaval hari ini selesai.

***

Davina berjalan memasukki ruangan kantor guru di sekolahnya. Ia tersenyum pada beberapa rekan kerjanya dan duduk di mejanya. Tak berapa lama, ia melihat sebuah amplop tergeletak di atas mejanya. Davina membaca amplop tersebut yang ditujukan untuknya.

Jemari Davina membuka perekatnya dan mengeluarkan sebuah surat dari dalam amplop tersebut.

"Surat dokter? Siapa yang sakit ya?" Gumam Davina bingung.

Kedua matanya bergerak cepat membaca setiap baris surat tersebut. Surat keterangan dokter itu menyatakan bahwa salah satu muridnya yang bernama Clay sedang mengalami sakit sehingga tidak bisa masuk sekolah selama tiga hari ke depan. Davina mengangguk-angguk sembari membaca baris demi baris surat tersebut.

"Oh, jadi ternyata Clay sakit? Sakit apa ya?" Gumam Davina pada dirinya sendiri.

Davina sedikit merasa gelisah karena Clay tampak seperti anak yang sehat dan kuat. Absen dari sekolah berarti Clay sedang mengalami sakit yang cukup parah. Dan tentu saja, sebagai wali kelas yang baik Davina berniat untuk mengunjugi muridnya itu. Lagipula rasanya hati Davina tidak akan tenang jika belum memeriksa keadaan Clay dengan mata kepalanya sendiri.

Davina membuka kalendernya dan memeriksa jadwalnya. Jemarinya lalu menunjuk tanggal esok hari dimana jadwalnya cukup kosong. Gadis itu sudah memutuskan akan mengunjungi muridnya esok.

"Oke, besok aku akan menjenguk Clay."

***

Sepulang dari jadwal mengajarnya, Davina langsung meraih tasnya dan bergegas keluar dari sekolah. Ia segera menyalakan motornya dan memacu kendaraan roda dua itu membelah jalanan Jakarta. Hari ini Davina akan menjenguk bocah kesayangannya yang sedang sakitt.

Ia melirik pada bingkisan yang ia beli khusus untuk Clay. Puding buah-buahan buatan Davina yang sangat Clay sukai. Dulu ia pernah membawa puding itu ke sekolah dan Clay sangat menyukai makanan buatan Davina itu. Dan tentu saja Davina memutuskan akan membawa puding itu untuk Clay.

Davina memeriksa alamat yang ia tuju sekali lagi. Rumah Clay terletak di salah satu perumahan paling elit di Jakarta. Sudah pasti keamanan kompleks tersebut akan sangat ketat. Davina bahkan ragu apakah ia bisa masuk ke dalamnya atau tidak.

Dua puluh menit berkendara, Davina sampai di gerbang masuk perumahan tersebut. Seorang satpam berwajah ramah menyambutnya dengan senyum berwibawa.

"Selamat siang, Bu! Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Satpam itu ramah.

Davina segera melepas helmnya dan berbicara pada satpam itu dengan senyum yang sama ramahnya.

"Ah, iya Pak, saya Davina, guru sekolahnya Clay putera Pak Edwin. Saya dengar Clay sedang sakit, karena itu sebagai wali kelasnya saya ingin berkunjung dan menjenguknya, Pak." Jelas Davina mantap.

Pria itu mengangguk-angguk. Ia lalu mengeluarkan sebuah buku tamu yang harus diisi oleh Davina.

"Tolong isi buku ini dan tinggalkan KTP Ibu disini ya." Pinta Satpam tersebut dengan sopan.

Davina mengangguk setuju. Beberapa menit mengurusi tetek bengek itu, satpam tersebut kemudian mempersilahkan Davina untuk memasukki wilayah perumahan super elit tersebut. Portal terbuka dan motor Davina mulai menderu melewati jalanan mulus yang ada di dalam kompleks.

Ini pertama kalinya Davina mengunjungi rumah Clay dan ia tidak pernah menyangka bahwa rumah muridnya ini berada di tempat semegah ini. Davina selalu tahu bahwa Clay adalah anak salah satu pengusaha paling kaya di Indonesia, tapi ia tidak pernah menyangka bahwa levelnya akan setinggi ini.

Davina terperangah melihat deretan rumah megah yang silih berganti. Seolah ia berada di drama Korea SKY Castle yang sering menampilkan kalangan elit Korea Selatan. Gadis itu berdecak kagum dan merasa takjub dengan apa yang ada di depan matanya.

Setelah sempat kehilangan fokusnya karena pemandangan yang luar biasa, Davina kembali disibukkan dengan mencari rumah tinggal muridnya tersebut. Davina meminggirkan motornya sejenak dan kembali memeriksa alamat rumah Clay.

"Blok E3? Berarti dua blok dari sini?" Batin Davina.

Gadis itu seolah mengerti dan kembali memacu motornya. Tak berapa lama, ia tiba di depan sebuah rumah megah. Paling megah di antara yang lain. Rumah itu memiliki desain Perancis Klasik khas rumah orang kaya. Begitu indah dan hangat. Gaya arsitektur favorit Davina.

"Sepertinya ini rumahnya." Ucap Davina yakin.

Davina segera memarkirkan motornya dan turun dari kendaraan roda dua itu. Di tangan kanannya ia menenteng puding buah bingkisannya sementara di tangan kirinya tersampir tas kerja yang ia pakai sejak tadi. Davina melangka ke depan pintu masuk rumah tersebut. Tanpa ragu ia menekan bel dan bunyi dentingan tiga kali berbunyi.

Sepersekian menit kemudian, pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya tersenyum ramah menyambut Davina.

"Iya, mencari siapa Bu?" Tanya Mbak Murni sopan.

Davina tersenyum lebar. Ia segera memperkenalkan dirinya kepada wanita tua itu dengan ceria.

"Saya Davina, Bu. Dan saya wali kelasnya Clay."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status