Dia tidak akan mati, tapi hidupnya lebih sengsara daripada kematian!Sara tidak bisa mengerti perasaan Ivan seluruhnya.Yang dia tahu, Ivan pasti sangat menderita sampai dia ingin mati.Kehidupan macam apa yang dia jalani di Kota Ostia selama setahun terakhir ini!Orang sebaik dia, kenapa bisa menderita depresi berat?!Sara memandang Ivan yang tersenyum cerah. Dia sungguh tidak tahan dan membiarkan air mata mengalir di kedua pipinya ...Dia kehilangan kekasih hatinya, kehilangan kakinya dan menderita depresi berat. Mengapa hidup Ivan begitu sulit?"Ada yang bilang, beberapa orang dilahirkan di dunia ini untuk melewati ujian yang akan mengangkat derajatnya di kehidupan selanjutnya. Jadi, Kak Sara, kamu nggak perlu merasa kasihan padaku."Ivan mengambil tisu dari meja dan menyerahkannya. Sikap lembut pria itu membuat Sara merasa bahwa dialah orang terbaik di dunia."Ivan, karena kamu bilang kamu nggak akan mati karena dia, kamu harus hidup sebaik mungkin dan jangan memikirkan yang macam-
Pikiran Sara dipenuhi rasa khawatir soal Ivan dan sedang tidak mood untuk pergi ke pesta dansa, tetapi Lilia sudah lama sudah berkali-kali mengajaknya, dia merasa tidak enak kalau tidak pergi.Setelah dia sampai ke rumah dan mandi, dia mengenakan gaun malam berwarna kuning gading keemasan. Gaun itu tidak terlalu berlebihan, sederhana dan agak formal.Dia pergi membawa tasnya dan segera tiba di Hotel Obsidian.Di ruang perjamuan, dalam sinar lampu yang redup, pria dan wanita berjas dan pakaian formal berdiri berkelompok, memegang gelas anggur, mengobrol penuh senyum.Dengungan pelan dan lembut musik Barat membuat suasana hati Sara yang awalnya murung menjadi lebih baik.Dia mengambil foto ruang perjamuan dan mengirimkannya ke Ivan:"Ivan, aku mau kencan buta lagi. Lihat pengalamanku, setelah melalui hubungan yang sangat gagal, aku akhirnya berhasil melepaskan diri. Kamu juga harus selalu semangat."Kata-kata penyemangat memang tidak kecil artinya, tetapi itu tetap membuat Ivan tersenyum
Gadis kecil itu sangat antusias. Begitu Sara duduk, dia mendekat ke telinganya dan berbisik,"Bibi Sara, ada yang ganteng di arah jam dua.""Aku sudah lama mengawasi dia untukmu. Ayo Bibi, kamu suka nggak? Kalau kamu suka, nanti aku bantu bawa ke sini."Sara memijat keningnya sambil menggeleng tanpa daya. Namun, melihat ke arah yang dikatakan Gisel ....Di area sofa yang ada di sudut memang ada seorang dokter berjas hitam dengan rambut potongan sedang yang ditata kasual.Kacamatanya berbingkai perak. Dia terlihat sangat elegan, baik-baik, dan auranya seperti orang pintar."Hmm ... penampilan dokter ini lumayan masuk tipenya.Sara menyelipkan rambut ke belakang telinganya dan mengangkat dagunya ke arah Gisel dengan sedikit malu-malu."Bawa dia ke sini.""Oke!"Gisel segera berdiri dan berlari ke arah pria tampan itu dengan penuh semangat.Sara melihat Gisel menepuk tangan dokter itu, lalu si dokter memandang Gisel dan tersenyum lembut.Segera, dia memberi beberapa potong kue kepada Gise
SMA Utara adalah sekolahnya, sementara Sandy Timothy ... adalah ketua OSIS kelas tiga.Dulu, setiap kali dia terlambat, seorang siswa laki-laki bernama Sandy akan menangkapnya dan memberinya poin.Sandy dalam ingatan Sara adalah tipe pemuda yang memakai kacamata berbingkai tebal, berkulit agak gelap dan tidak suka bicara.Namun, Sandy di hadapannya berkulit putih, tampan, sama sekali tidak terlihat seperti dirinya saat masih SMA."Kamu ... beneran Sandy Timothy?"Sara agak sulit percaya dan menatapnya dari atas ke bawah, "Kenapa kamu beda banget dari sebelumnya?"Sandy mengatupkan bibirnya dan tersenyum, "Waktu sekolah, aku cuma fokus belajar dan nggak pernah mengurus diri."Sara sangat malu pada awalnya, tetapi sekarang, setelah dia tahu bahwa pria ini teman sekolahnya di SMA, dia jadi santai.Dia memandang Sandy dan mendesah berulang kali. "Perubahanmu luar biasa, aku bahkan nggak kenal ...."Dia dulu berpikir bahwa dia tidak tampan. Tak disangka, latar belakang keluarganya juga sang
Menyentuh topik ini, Sara merasa sedikit sadar diri dan menundukkan kepalanya."Waktu masih sekolah memang banyak yang mendekatiku, tapi itu sudah lama sekali.""Lagi pula, aku janda. Aku bisa datang pesta kencan buta para dokter ini berkat direkturmu."Sara tidak berani menatap Sandy. Dia tidak tahu ekspresi apa yang ada di wajahnya, dia hanya mendengarnya berkata ...."Memangnya kenapa kalau janda? Jangan paksakan diri untuk menjalani sisa hidupmu dengan orang yang salah.""Karena pernikahan bukan belenggu, tapi rumah dan keluarga yang hangat."Pernikahan bukanlah belenggu, tetapi rumah dan keluarga ....Sara perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Sandy di seberangnya.Dia menghadiri kencan buta ini dengan niat melihat-lihat saja.Sekarang, dia tiba-tiba merasa, mungkin jika dia bertemu pria baik, bukan tidak mungkin dia mempertimbangkannya lagi.Namun, Sara melirik Sandy dan bertanya ragu-ragu, "Kak Sandy, kamu tahu tempat hiburan terkenal di Kota Aster?"Sandy hanya fokus belaja
Jefri sedang duduk di ruang VIP Hotel Obsidian, bertukar gelas anggur dengan beberapa presdir grup multinasional terkenal.Karena dia bertindak sebagai presdir setiap Jihan pergi berlibur atau ada kepentingan lain, urusan presdir akan menjadi tanggung jawab Jefri.Dia tidak suka manajemen, tetapi dia jauh lebih baik daripada Jihan dalam bersosialisasi. Dia bisa minum lebih banyak, tahu cara menghibur rekan bisnis, dan pintar menegosiasikan proyek.Tentu saja, alasan utama mengapa proyek tersebut berjalan lancar adalah karena di belakangnya ada Grup Lionel. Kebanyakan dari mereka yang mengundangnya untuk bersenang-senang untuk memenangkan hatinya.Jefri mengetahui hal ini dan berencana minum sedikit sebelum pulang.Namun, orang di depannya mungkin tahu dia suka bermain, jadi dia memanggil gadis-gadis baru untuk menemaninya."Pak Jefri, gadis-gadis ini aku bawa dari luar negeri. Kamu mau coba?"Orang yang berbicara adalah bos dari Grup Sentosa, yang berpikir bahwa dengan membawa beberapa
Sara memang sudah lama tidak berdansa. Dia menginjak kaki Sandy beberapa kali, bahkan yang terakhir agak keras, sampai alis Sandy mengernyit kesakitan."Maaf, sudah ya berhenti saja? Ayo kutuntun ke sana, istirahat."Sandy berkata tidak apa-apa, tetapi Sara tidak ingin berdansa lagi. Bisa-bisa kaki Sandy terluka parah kalau terinjak sepatu hak tingginya beberapa kali lagi.Dia membantu Sandy meninggalkan lantai dansa. Sebelum mereka sampai ke sofa, dia diadang sesosok pria ramping dan tinggi.Jefri mengenakan setelan jas yang pas tubuh. Auranya berwibawa, tampan dan tinggi, serta memancarkan temperamen tenang khas pria kelas atas.Matanya hitam pekat, tetapi juga bersinar seperti bintang yang dingin dan tajam seperti pisau, menatap tangan Sara yang memegang Sandy."Nona Sara, bagaimana kencan butanya?"Sara terlalu malas untuk meladeninya bicara. Dia menggandeng Sandy dan mencoba memutari Jefri ke area sofa, tetapi pria itu menghentikan mereka dengan tangannya."Dokter Sandy, tahukah k
Sara memikirkannya. Jefri sudah berganti pasangan beberapa kali setelah mereka putus. Sara tidak mempermasalahkannya sama sekali.Sekarang, dia baru sekali ini pergi kencan buta, tetapi Jefri bersikap seolah-olah dia telah melakukan kesalahan.Apa yang Jefri inginkah? Hanya karena dia pernah bersama dengannya, dia tidak boleh pacaran lagi dengan orang lain?Aturan macam apa itu? Dia juga ingin pacaran!Sara merentangkan jarinya dan menyilangkan jari dengan Sandy, lalu mengangkat kepalanya dan menatap Jefri."Ya, aku menerimanya. Mulai sekarang, Dokter Sandy dan aku resmi berpacaran."Jefri tertawa marah."Haha, kalian baru kenal sehari, kamu sudah buru-buru mau jadi pacarnya? Kamu wanita gampangan, ya.""Siapa bilang kami baru kenal sehari?"Sara berpaling dari Jefri dan menatap Sandy yang selalu menatapnya."Dia kakak kelasku di SMA. Kami sudah saling kenal sejak lama. Kami bertemu lagi dan merasa cocok, jadi kami mulai berkencan. Apa itu disebut gampangan?"Hati Jefri tercekat menden