David terpejam sejenak. "Jangan berpikir terlalu jauh Intan! Aku dan kamu tidaklah sama!""Kita memang tidak sama. Aku wanita dewasa dan kamu ...," bisik Intan di telinga David. "Pria yang sangat luar biasa."Tangan David terkepal di antara kedua sisi tubuhnya. "Ingat kedudukanmu! Aku siapa dan kamu siapa?!""Ups!" Intan mundur dua langkah ke belakang. "Ternyata kamu pria yang sangat sabar."David menatap tajam Intan. "Cepat ke luar dari sini!"Intan tersenyum. "Aku tidak mau," jawabnya santai malah duduk di sofa."Jangan menguji kesabaranku! Di mataku, kamu tidak lebih hanyalah wanita murahan! Hubungan kita hanya sebatas pelanggan, tidak lebih dari itu!"Intan mengangkat kedua kakinya ke atas meja tanpa rasa takut sedikit pun. "Tanpa kamu ingatkan pun, aku tahu akan hal itu.""Selama aku masih bisa bersabar, cepat angkat kakimu dari sini!" Teriak David.Intan menatap David. "Baiklah, baik. Tapi bisakah aku minta segelas air. Rasanya tenggorokan ini kering." Intan mengelus lehernya s
David tidak menghiraukan ucapan Intan, tubuhnya yang tidak tertutup sehelai benang langsung mengambil bathrobe yang tergeletak di lantai lalu pergi ke kamar mandi.Wajah Intan yang lelah, tersungging senyum. "Aku sangat puas. Rasanya aku sedang berada di surga ketika melihat wajah David yang berpeluh menghentak tubuhku dari atas. David benar-benar sangat perkasa. Dia bagai singa liar jika sedang terbakar gairah."Tidak lama, David ke luar dari kamar mandi, wajahnya terlihat jauh lebih segar. Langsung membuka laci dan mengeluarkan buku cek. Setelah menulis nominal angka, David segera melemparnya ke tubuh Intan."Apa ini?!" tanya Intan kaget mengambil secarik kertas yang ada di atas selimut. "Itu bayaranmu karena telah memuaskan aku barusan," jawab David sambil menyalakan rokok. "Cepat pakai bajumu dan pergi dari sini!"Intan tercengang. "Tapi bukankah, apa yang kita lakukan tadi ...."David segera memotong kalimat Intan. "Yang kita lakukan tadi, tidak lebih dari penjual dan pembeli. K
Brian menatap dalam iris mata wanita yang dicintainya. "Clara Aulia, sekali lagi aku tanya padamu. Apa kamu yakin akan pulang ke kota kelahiranmu?!""Yakin, sangat yakin." Clara tersenyum, hatinya senang melihat Brian sedikit melunak.Brian menghela napas. "Baiklah, jika keputusanmu tidak bisa diubah lagi, kita akan pulang."Senyum lebar langsung merekah dari bibir Clara. "Terima kasih. Terima kasih Brian.""Aku sudah mengingatkan resiko apa yang akan terjadi jika kita pulang," ucap Brian. "Jangan salahkan aku jika terjadi apa-apa."Clara memeluk erat Brian. "Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri.""Baiklah, kita akan pulang." Brian balas memeluk erat kekasih yang sangat dicintainya.Hati Clara luar biasa bahagianya, tersungging senyum licik dari bibir merahnya. "Sampai bertemu lagi Cleon Helios Lewis.".....Mobil Fortuner hitam, tepat berhenti di depan pagar rumah yang terlihat sederhana. "Ini rumahmu?" tanya Cleon melihat sebuah bangunan sederhana bercat putih yang warn
Seketika raut wajah Cleon langsung berubah begitu mendengar nama Clara. "Kenapa loe harus menyebut nama wanita itu?!""He-he-he." David terkekeh. "Ternyata loe masih belum bisa melupakannya!"Cleon meneguk kembali wine miliknya sampai habis tak bersisa. "Sialan!""Siapa nama gadis cantik yang si Ujang seruduk?!" David mengalihkan pembicaraan."Melodi!""Wow, nama yang indah!" David memuji. "Pasti kedua orangtuanya sangat menyukai musik."Cleon bangun dari duduknya. "Gue mau pulang! Rasanya pinggang mau copot, gue lelah sekali.""Loe bisa tidur di sini! Ini juga apartemen loe!" ujar David.Cleon menyimpan gelas kosongnya di atas meja. "Ogah gue! Tidur di atas ranjang yang loe pakai maksiat!""Sialan loe!" David melempar Cleon dengan dus tisu yang ada di atas meja.Cleon langsung pergi dengan terlebih dahulu mengingatkan. "Besok loe masuk kantor tepat waktu! Awas kalau telat! Gue potong gaji loe selama setahun!""Silahkan potong kalau berani!" Tantang David. "Gue kagak takut!"BLUUGH!!!
Cleon melihat jam tangannya. "Apa semua pekerjaan sudah kamu selesaikan?!""Sudah Pak!" jawab Gloria cepat."Baiklah. Sekarang kamu boleh pulang! Bersiaplah untuk nanti malam," ucap Cleon. "Pakai baju yang sopan, penampilanmu juga mewakili attitude perusahaan kita. Apalagi ini acara anniversary yang ke 25, banyak klien kita yang diundang.""Iya Bos!" Gloria bergegas pergi meninggalkan ruangan Bosnya.David mengambil ponsel yang bergetar di dalam saku celana panjangnya. Sebuah nomor asing masuk ke dalam panggilan teleponnya. "Siapa ini?!""Apa?" tanya Cleon tanpa melepaskan matanya dari laptop yang ada di depannya."Nomor asing. Siapa ini?" ucap David memandang layar ponselnya.Cleon menutup laptopnya. "Mungkin penggemar ranjangmu. Salah satu perempuan yang pernah loe tiduri."David menaruh ponselnya di atas meja. "Emang gue pikirin!""Loe mau pulang?!" Cleon berdiri dari duduknya. "Pulanglah! Gue juga mau bersiap ke acara anniversary perusahaan kita," jawab David ikut berdiri, menga
Melodi dan Lastri melihat gaun malam yang dipakainya. Hati mereka menciut begitu melihat salah satu tamu wanita datang dengan gaun malam yang terlihat seperti artis mau konser."Apa gaun yang aku pakai ini tidak norak?" tanya Lastri melihat gaunnya sendiri."Tentu saja tidak. Gaun yang kamu pakai itu sesuai dengan umurmu," jawab Mama. "Jangan melihat orang lain. Kamu dan mereka berbeda, yang penting kita berpakaian yang pantas dilihat orang."Papa tersenyum. "Benar apa kata Mama kamu. Ingat! Nanti di dalam sana, kalian berdua jangan berjauhan dan jangan membuat masalah, apalagi bikin rusuh. Hindari sesuatu hal yang akan membuat masalah, mengerti!""Iya Pa," jawab Lastri.Melodi dan Lastri menarik napas panjang, tas tangan yang ada di tangan masing-masing dipegang erat, seakan minta kekuatan agar tidak gugup.Ruangan yang begitu megah dengan penataan yang begitu apik, bertabur bunga-bunga segar di setiap tempat sangat memanjakan mata memandang. Melodi memandang takjub dengan apa yang
Melodi terkesiap, darahnya seakan berhenti mengalir dalam setiap aliran nadi begitu melihat wajah siapa yang berdiri di depannya. "Cleon."Senyuman tersungging di bibir. "Hai, Melodi Celena!"Kegugupan langsung melingkupi Melodi. "Hai.""Kupikir penglihatanku salah," Cleon tersenyum manis, senyum yang jarang sekali diperlihatkan pada orang lain. "Ternyata, ini memang kamu!"Melodi berusaha tersenyum agar tidak terlihat gugup. "I ... iya.""Dengan siapa kamu ke sini?" tanya Cleon to the point.Melodi menarik tangan Lastri agar berdiri di sampingnya. "Temanku."Cleon melihat Lastri, keningnya mengernyit seperti sedang mengingat. "Ini ...""Kita pernah bertemu di restoran Chinese food." Lastri membantu ingatan Cleon."O, iya, iya, betul! Aku ingat sekarang." Cleon tersenyum. "Kita pernah bertemu di restoran Chinese food."Gloria datang. "Bos, ada klien kita yang ingin bertemu.""Siapa?" "Tuan Abraham, perusahaannya cukup berpengaruh. Saranku, Bos menyapanya walau hanya sebentar," bisik
Melodi mengelus dadanya. "Apa tadi ada yang melihatku?!"Cleon mengangkat kedua bahunya. "I don't know!"Melodi melihat lagi gambar yang terpasang di dinding. "Sialan! Kenapa mataku salah melihat?!""What?!"Melodi hanya sekilas melihat Cleon, berlalu pergi ke arah toilet wanita.Acara anniversary semakin meriah. Beberapa tamu sudah melantai ditempat yang telah khusus disediakan, berdansa diiringi alunan musik biola yang begitu syahdu."Kamu mau berdansa denganku?" tanya David pada Gloria."Dengan senang hati." Gloria menerima uluran tangan David.Lastri bersama kedua orangtuanya hanya duduk sambil menikmati beberapa kue-kue, pandangannya menyapu ke sekeliling mencari Melodi yang tidak muncul-muncul. "Kenapa Melodi lama sekali, bilangnya tadi mau ke mana?" tanya Mama."Ke toilet," jawab Lastri. "Tapi kenapa lama sekali?! Apa perlu aku susul?!""Tunggu sebentar lagi. Mungkin antri," jawab Mama.Sementara itu, Melodi yang berada di dalam toilet sedang kebingungan, berusaha membuka pint