Pagi ini aku bangun dengan lebih bersemangat lagi, setelah semalam video call Nisa dengan penuh mesranya, ahay.
Hingga pagi ini masih sulit dilupakan wajahnya, dasternya dan apa lagi ya, apakah aku semakin cinta? Sepertinya, iya. Masalahnya andai aku melihat wajahnya merasa bahagia dan mendapatkan pesan darinya sudah sangat senang.Cling ....
Pesan masuk dan aku melihat pesan itu dari Nisa, segera aku membacanya.
"Assalammualaikum, pagi Mas, jangan lupa sarapan, ya."
Membacanya dengan tersenyum dan aku membalasnya dengan cepat.
"Walaikum salam Nis, iya nanti makannya, ini mau mandi dulu."
Aku membalasnya.
"Auuu ... Kelihatan nanti Mas, heee, ya dah sana mandi," canda Nisa.
"Awas jangan ngintip Nis, hee, ya sudah nanti sambung lagi Nis."
"Iya Mas, enggak ngintip, ya sudah nanti kabarin kalau sudah sarapan ya, Mas."
"Iya Nis."
Aku menyudahi dulu senyum-senyumnya, bisa saja Nisa meledekku, a
Aku harus mencari orang untuk sementara menggantikan karyawanku yang akan mudik hari senin nanti, Oh iya! Coba aku tanyakan saudaranya Nisa, mungkin saja ada yang mengganggur. Telepon atau ngomongnya kapan, ya? Hemm ... Sekarang aja kali, deh.Rencana akan bertemu Nisa lagi esok hari. Mungkin akan berbeda lagi dikarenakan anak-anaknya ikut semua. Wah! Harus siap dan bersikap dewasa lagi nih."Nak, kenapa kamu tidak telepon Bapak!" Pesan masuk dari bapakku.Aduh Bapakku tiap hari menanyakan itu terus, jadinya aku malas menelponnya. Aku harus bilang apa, lagian sudah gak mungkin juga aku mau dengan gadis itu lagi.Semoga saja Bapak sadar dengan caraku seperti ini, supaya tidak menjodohkanku terus."Bunda, lagi apa?"Aku mengirim pesan dengan penuh cinta.Pesan dibalasnya dengan cepat."Lagi sama anak-anak nih, Ayah," balas Nisa."Besok jadi ketemuannya, Bun.""Ya, terserah Ayah, Bunda ikut saja."
Setelah menutup kios aku mengambil ponselku. Masuk pada aplikasi hijau dan mengklik histori chat paling atas, siapa lagi kalau bukan seseorang yang saat ini dekat denganku yaitu Nisa. Kemudian aku mengirimkan pesan hendak menanyakan kelanjutannya besok."Bunda kok belum ada kabar? Jadi bagaimana," pesan aku tambahkan emot harapan.Tidak lama kemudian masuk pesan balasan."Maaf ya Ayah, tadi Bunda sibuk mempersiapkannya , dah gitu mau tahu enggak Yah, anakku yang Gadis ngambek ingin ikut juga, ini Bunda dari tadi membujuknya agar engggak usah ikut dan di rumah saja. Terus gimana Yah? Boleh enggak, soalnya kekeh mau ikut juga."Hemmm ... Ya sudah ajak saja Bun, tapi enggak apa-apa gitu tidurnya nanti, soalnya Ayah sewa kontrakannya kecil."Yah enggak masalah Ayah, yang penting bisa tidur, besok mau jemput jam berapa Yah atau Bunda naik mobil online saja.""Nah, bener tuh Bun, ide bagus naik online saja, jadi Ayah ya
Pagi ini langit nampak cerah, secerah hatiku yang sedang menantikan kedatangan Nisa bersama ketiga anaknya. Bagaikan bunga yang tumbuh mekar di taman, sedap dipandang dan indah dimata. Semua terlihat mempesona, menenangkan hidup dan mendamaikan hatiku.Aku telah memberikan alamat lokasi yang akan di tuju. Ya, kontrakan rumah nantinya Nisa dan anak-anaknya tempati, mereka jadi lebih dekat dari kios dan tempat tinggalku.Ting ....Bunyi pesan masuk dan segera aku membukanya."Ayah, sebentar lagi Bunda berangkat, ya."Pesan itu dari Nisa, wanita yang sedang aku tunggu dan nantikan. Segera aku membalasnya."Ya sudah Bun, hati-hati ya, jangan sampai ada yang tertinggal, kabarin ya Bun, kalau sudah mau sampai.""Iya, Ayah."****"Kalian nanti kalau di sana jangan minta ini itu ya, sama calon Ayah kamu."Tanya Nisa kepada anak-anaknya saat hendak menunggu mobil online yang telah dipesan."Iya B
Memulai hari ini dengan bismillah, karrna hari ini aku berjualan dengan ditemani Nisa, karyawanku sudah pulang kampung berangkat dini hari tadi. Aku juga telah memberikannya uang dan ongkos transportasi, semoga hari ini ramai seperti biasanya. Hasil penjualan bukan hanya untuk aku saja, melainkan ada beberapa kepala yang insya Allah menjadi ladang pahala untukku dan mudah-mudahan berjalan dengan lancar.Jarak kontrakan Nisa dan rumahku serta kios hanya 500 meter, tetap saja aku masih komunikasi lewat ponsel, heee."Bunda, sudah bangun belum?" Aku mengirim pesan pagi hari sekali."Udah, Yah, Bunda jam berapa ke kios, Yah," balasan Nisa cepat."Anak-anak buatin sarapan dulu Bun, Ayah tunggu di depan ya, kita belanja sayuran dan lain-lain, yuk," pintaku pada pesan."Ya udah Yah, sekarang Bunda ke depan ya, Yah," balasnya mengiakan."Oke Bun, Ayah sekarang ke depan."Asik, senangnya pagi-pagi sudah bersama dengan orang yang tercinta. Kemudian aku
"wadaw, ganti nih Mas, beda yang melayaninya, Saudaranya, ya."Pelangganku datang dan bertanya karena melihat seorang Wanita yaitu Nisa yang membantu melayani di kiosku. Aku yang sedang menyiapkan pesanan pelanggan lain, balas dengan tersenyum terlebih dahulu."Oh ini calon Istri Pak, sementara bantuin, soalnya lagi mudik yang biasa bantu di sini.""Selamat ya, Mas gitu dong, segera deh menikah, jangan lama-lama, hee."Perkataan pelangganku membuatku tambah ingin cepat menikah."Iya Pak, mudah-mudahan dalam waktu dekat ini, Pak.""Ini uangnya, Mas."Pelangganku membayar dan tersenyum."Terima kasih, Pak."Sahut Nisa berterima kasih, Nisa sopan juga ya, bagus deh. Aku berucap senang dalam hati.Jam makan siang ini lebih ramai dari biasanya, baik pelanggan atau pembeli orang baru juga datang. Aku dan Nisa bersamangat walaupun sedikit agak repot, karena Nisa masih belajar. Prosesnya tentunya menjadi agak lama menyiap
Hari pertama bersama Nisa kemarin berjualan dengan lancar dan daganganku juga laris manis. Aku menyuruhnya pulang pada sore hari, kasihan anak-anaknya, terutama yang masih kecil. Tidak lupa juga, aku memberikannya uang untuk pegangan dan jajan anak-anaknya.Pagi ini seperti biasanya."Bunda, Ayah tunggu di depan, ya."Aku mengirim pesan ke Nisa pada aplikasi hijau."Iya Ayah, Bunda segera menyusul."Aku menunggu di atas motor tidak jauh dari kontrakannya, kali ini harus cepat langsung jalan, takut gosip enggak enak semakin memanas nanti, aku takut jangan sampai ada hasutan yang memperkeruh keadaan.Setelah melihat Nisa keluar gang kontrakan dengan segera melaju menghampiri.Brem ...."Ayo Bun, cepat."Nisa memahami dan langsung naik memegang pundakku dan duduk."Pegangan Bun.""Biasa deh Ayah, heee."Berangkat dengan sedikit lebih cepat.Setelah kembali dari pasar, aku menyuruh Nisa masak terlebih d
"Nak, Bapak dapat kabar kamu bawa Janda itu kesitu, ya. Kamu jadi bahan pembicaraan warga sekampung, Nak, malu-maluin Bapak saja!"Ucapan Bapak saat menelpon, aku menjawab panggilan teleponnya, takut ada yang penting eh, ternyata malah marah-marah.Aku terdiam saat Bapakku memarahiku dan langsung aku matikan ponselku."Ayah, kenapa? Kok, habis telepon wajahnya begitu, kenapa dimatikan teleponnya Yah," tanya Nisa yang melihatku."Enggak apa-apa Nis, ini Keuargaku yang telepon."Aku tidak memberi tahu Nisa dan melanjutkan lagi menyiapkan pesanan pelanggan.****"Ayah, kenapa ya? Apakah keluarganya tahu kalu aku ada di sini atau ... Orang tuanya tidak merestuiku, ya," dalam hati Nisa bertanya-tanya.****"Apa yang harus aku katakan ya sama Bapak, nanti sajalah, maaf ya Pak, aku matikan panggilan teleponnya tadi, soalnya lagi ramai pesanan."Aku berjanji akan menelpon balik nanti, setelah di kiosku agak sepi. Sembari
Pov : Orang Tua Farhan"Bu, bagaimana ini anak kita, sepertinya sudah susah sekali lepas dari Janda itu, sementara warga sudah membicarakannya." Tanya Bapak pada Istrinya."Ya, gimana ya, Pak, Ibu memang sangat tidak setuju juga, tapi kalau sudah begini keadaannya, Ibu bingung, Pak.""Iya Bu, Bapak juga bingung, takut kedepannya nanti, kasihan Farhan, audah repot saja pastinya dengan anak yang banyak."Obrolan kedua orang tua Farhan, mereka bimbang mengambil keputusan, disatu sisi kedua orang tuanya malu terhadap laporan salah satu warga yang memberi tahu lewat telepon.Bapaknya Farhan penasaran, seperti apa wajahnya Janda yang sangat disukai Farhan. Tapi bagaimana caranya, ya. Mengungkap dalam hati ingin melihat wajah dari Janda itu.Mungkin bapaknya sudah terlanjur mengatakan tidak akan pernah setuju dan tidak memberikan warisan sedikitpun namun, dalam hati Bapaknya tidak mungkin setega itu.Masih berpikir dan mencari solusi yang te