Pagi itu, gedung perkantoran bagian Administrasi Hotel Butterfly terlihat ramai. Beberapa wartawan terlihat memenuhi pintu masuk gedung.
Sebuah lamborghini hitam terlihat memasuki area pelataran parkir diikuti sebuah sedan hitam di belakang.
Sebelum sang pemilik lamborghini itu keluar dari kendaraannya, beberapa bodyguard keluar dari sedan hitam dan berjalan mendekat ke arah mobil di depan mereka.
Seorang Aktor pendatang baru dengan gaya casualnya terlihat keluar dari lamborghini itu. Dirinya berhasil menghindar dari kerumunan wartawan berkat pengawalan ekstra ketat dari para bodyguardnya. Dia berjalan memasuki gedung perkantoran Hotel.
Kedatangannya disambut oleh beberapa manager hotel.
"Selamat datang Pak Aldrian, kedatangan anda sudah di tunggu oleh dewan direksi untuk rapat saham hari ini," ucap salah satu manager hotel.
Aldrian Bharata Yuda, sang pewaris tunggal Hotel Butterfly. Dia anak dari pasangan suami istri Gandhi Bharata Yuda dengan Diana Pitaloka Bharata Yuda.
Sejak awal, sebenarnya Aldrian sama sekali tidak tertarik dengan dunia perbisnisan. Dia datang ke perusahaan kebanggaan sang Ayah hari ini karena terpaksa.
Perusahaan Adhiguna berencana untuk membeli sepuluh persen saham lagi dari hotel Butterfly karena krisis keuangan yang dialami perusahaan akhir-akhir ini. Tapi Gandhi bersih keras untuk tidak menjualnya. Gandhi takut perusahaannya akan benar-benar diakusisi oleh Adhiguna. Hingga akhirnya kondisi kesehatan Gandhi drop dan harus di opname di rumah sakit. Untuk itulah Aldrian mau tak mau turun tangan juga untuk menangani masalah yang sedang dialami oleh perusahaan sang Ayah.
Sejauh ini Aldrian lebih senang hidup di tengah rutinitasnya sebagai publik figur setelah dia lulus sarjana di sebuah fakultas hukum. Satu tahun menjalani profesi sebagai seorang pengacara, Aldrian di tawari berkarir di dunia hiburan oleh salah satu produser terkenal yang menjadi salah satu kliennya. Dan sejak itulah, Aldrian mulai meninggalkan pekerjaannya sebagai pengacara dan beralih menjadi seorang bintang film. Karirnya kian gemilang saat Aldrian bermain dalam sebuah film action bersama Mendy Clarissa, bahkan tersiar kabar bahwa dirinya dengan Mendy sempat terlibat cinlok. Meski hal itu tak juga diakui oleh ke dua belah pihak setelahnya.
Kehadiran Aldrian di dalam kantor itu jelas menarik perhatian banyak orang terutama para kaum hawa yang memang menjadi fansnya Aldrian.
Seperti Asyanti dan Kamila, dua perawan ting ting itu terlihat antusias menatap ke arah Aldrian begitu lelaki berperawakan tinggi itu mulai memasuki ruangan mereka hendak menuju ruang rapat direksi.
"Ssssstt Misch-Misch, Aldrian tuh! Sumpah dia tampan sekali, membuat hatiku berdebar-debar," seru Kamila dengan gayanya yang dibuat-buat.
Mischa yang baru saja disenggol lengannya oleh Kamila hanya cengar cengir kecil. Dia sama sekali tak tertarik dengan Aldrian, cukup baginya melihat sekilas sosok fenomenal itu lalu memilih untuk kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya.
"Aduh, kira-kira bisa foto dengan dia tidak ya nanti?" kali ini suara Asyanti yang terdengar oleh Mischa.
"Kalian tungguin saja di depan pintu ruang rapat, begitu dia keluar kalian bisa langsung meminta foto," saran Mischa yang jelas-jelas mustahil untuk dilakukan.
"Ih, mana bisa! Di ruangan itukan ada Pak Reno, bukannya dapat foto sama Aldrian yang ada kita kena damprat sama tua bangka itu!" umpat Asyanti lagi. Reno itu manager mereka yang dikenal galak dan sangat otoriter.
"LANJUT BEKERJA!"
Sontak para karyawan itu langsung kembali ke kubikel mereka masing-masing setelah gema suara Pak Reno terdengar memekik di telinga mereka.
"Tuhkan, padahal masih pagi, dia sudah teriak-teriak!" umpat Asyanti.
Mischa hanya tersenyum tipis. Dia tak berniat menanggapi ocehan rekan sekantornya itu.
Hari ini Mischa ingin pulang lebih awal untuk itu dia harus menyelesaikan tugasnya secepat mungkin.
Lulu, sahabatnya juga tetangganya di rusun mengajaknya untuk makan malam bersama di rusun mereka. Hari ini anak Lulu yang seusia Arsen ulang tahun, untuk itulah Lulu mengundang Mischa untuk sekedar berkumpul meramaikan perayaan sederhana ulang tahun anaknya yang bernama Kiki.
Mischa masih berkutat dengan layar komputernya saat suara ponselnya tiba-tiba berdering.
Sebuah nomor baru muncul di layar itu.
Tanpa pikir panjang, Mischa langsung mengangkat telepon itu.
"Hallo?" ucap Mischa sesopan mungkin.
"Ya, Hallo? Benar ini nomor Nona Mischa?" jawab suara di seberang. Suara seorang lelaki.
"Ya benar. Anda siapa?" tanya Mischa lagi.
"Saya Jarvis. Asisten Xander,"
Mischa terlihat sangat terkejut.
Dua minggu ini dia merasa cukup lega karena ternyata Xander tak lagi mengganggunya. Tapi, kenapa sekarang asistennya justru tiba-tiba menghubungi dirinya kembali?
Mischa mulai dirundung cemas. Dia benar-benar khawatir.
"Halo? Halo Nona Mischa?"
"Ya..."
"Saya ingin berbicara sesuatu dengan anda, bisa kita bertemu?"
"Bicara soal apa?"
"Ini tentang Arsen,"
Dengan cepat Mischa langsung menutup telepon itu dan menonaktifkan ponselnya. Tangannya langsung gemetar.
Tidak!
Tidak!
Ini tidak boleh terjadi!
Untuk apa dia membicarakan masalah Arsen?
Ucap Mischa dalam hati.
Mischa menyimpan ponselnya ke dalam tas. Dia berusaha kembali untuk fokus bekerja.
Meski pada akhirnya, konsentrasinya justru jadi buyar.
*****
"Aku sudah menghubungi Nona Mischa, Bos. Tapi, saat dia mendengar bahwa aku adalah asistenmu, dia langsung menutup teleponnya dan mematikan ponselnya," lapor Jarvis pada Xander.
Xander mendengar laporan itu tanpa bergeming dari layar laptopnya. Meski dalam hati Xander merasa kalau wanita bernama Mischa itu memang berniat memancing emosinya. Rupanya wanita itu memiliki nyali yang cukup besar untuk bermain-main dengannya.
Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Xander.
"Masuk," ucap Xander pada sekretarisnya.
"Maaf Pak, saya hanya ingin memberitahu bahwa ada banyak wartawan di lobi yang ingin mengkonfirmasi mengenai kebenaran apakah... Pak Xander memiliki anak dari seorang pelacur?" raut sang sekretaris terlihat agak takut saat dia harus menjelaskan maksud kedatangan para wartawan-wartawan itu. Tatapan dingin Xander seolah menguliti dirinya. "Saya sudah meminta pihak keamanan untuk menahan mereka di lobi, Pak," lanjutnya takut-takut.
Xander melirik ke arah Jarvis yang langsung mengambil tindakan cepat.
"Tenang saja, aku akan segera menangani masalah ini Bos," ucap Jarvis yang langsung berdiri dan keluar dengan langkah tergesa bersama sang sekretaris tadi.
Di dalam ruangan itu, Xander kembali menghela napas kasar.
Sejak hari itu, tepatnya dua minggu yang lalu, hari di mana dia dipertemukan dengan wanita jalang bernama Mischa itu, kehidupannya terus dilanda masalah.
Brengsek!
Umpat Xander seraya menutup layar laptopnya dengan kasar.
Xander kembali berpikir.
Sepertinya, pengaruh Mischa begitu besar. Bahkan sejak hari pertama pertemuan mereka enam tahun silam. Xander bahkan masih mengingat sekilas manik mata Mischa dengan bulu mata lentiknya yang indah dan tatapan sendu wanita itu saat dia tiduri.
Semuanya bagaikan sebuah siluet abu-abu dalam benak Xander.
Satu hal yang memang berusaha Xander tampik selama ini, yakni kesangsiannya atas pengakuan Aliana padanya enam tahun yang lalu.
Dia jelas merasa asing dengan Aliana.
Meski setelahnya, Xander memilih untuk mengesampingkan segelintir perasaan ragunya itu.
Hidupnya harus terus berlanjut dan dia tak ingin bayang-bayang pelacur yang dia tiduri malam itu mengganggu ketentraman hidupnya lagi.
Xander benar-benar muak pada wanita itu.
*****
Kondisi lobi perusahaan Malik Grup terlihat ramai oleh kerumunan wartawan pemburu berita. Mereka berlari berbondong-bondong mendekat ke arah lift saat melihat Jarvis di balik pintu lift itu dan langsung mencecari Jarvis dengan berbagai pertanyaan seputar kehidupan pribadi Xander.
"Rumor mengatakan bahwa Tuan Xander memiliki anak hasil dari hubungan gelapnya dengan seorang pelacur, apakah itu benar?"
"Jika memang Tuan Xander memiliki anak di luar nikah, apakah hal itu akan mempengaruhi hubungannya dengan Nona Mendy?"
"Dapatkah anda memberitahu kami identitas pelacur yang telah melahirkan anak Tuan Xander?"
Jarvis menarik napas panjang sebelum akhirnya dia pun menjawab pertanyaan para wartawan itu dengan satu kesimpulan singkat.
"Pertama, aku mewakili Tuan Xander ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian masyarakat. Tapi saat ini, kami belum tahu siapa yang menyebarkan rumor ini. Semua pertanyaan akan diterima oleh sekretarisku, saat ini kami masih memastikan mengenai kebenaran kabar itu. Jika kalian ingin tahu lebih jelas mengenai kebenarannya, tolong harap bersabar. Terima kasih,"
Dan saat itu juga Jarvis pun langsung undur diri dari hadapan para wartawan itu.
Dalam perjalanan menuju ruangan Xander, Jarvis berpapasan dengan Xander yang terlihat keluar dari ruangannya.
"Jarvis, antar aku ke lapas untuk menemui Aliana. Aku harus memberi dia sedikit pelajaran tambahan sebelum perempuan itu bebas dari penjara!"
"Napi atas nama Aliana? Ada yang ingin bertemu denganmu," panggil seorang sipir penjara. Dia membuka sel tahanan di mana wanita bernama Aliana berada.Salah satu tahanan wanita di dalam sel itu mendongak. Sebelum berdiri, dia merapikan sejenak rambut panjangnya yang awut-awutan karena jarang disisir.Tanpa bertanya Aliana keluar dari sel tahanan dan mengikuti langkah sang sipir wanita dihadapannya. Dia berpikir, ada kemungkinan orang yang ingin menemuinya saat ini adalah Jarvis.Pasti lelaki itu hendak menanyakan tentang Mischa lagi!Terka Aliana membatin.Jika memang benar begitu, jangan harap aku akan memberinya informasi. Bahkan untuk membuka mulutku saja rasanya aku enggan!Saat
Sebuah mobil mewah berwarna putih terparkir di lahan parkir rumah susun di Blok S.Seorang wanita setengah baya terlihat keluar dari balik mobil itu setelah pintunya dibukakan oleh sang supir pribadinya.Wanita itu mendongakkan kepalanya menatap ke arah ketinggian rumah susun sepuluh lantai itu.Kumuh dan Jorok.Itulah kesan pertama yang berhasil dia tangkap oleh penglihatannya.Seorang lelaki terlihat menghampiri wanita itu dengan senyuman yang terus terkembang di wajahnya."Dengan Ibu Sarah? Saya Kasim, penyewa rumah susun ini, Bu. Saya sudah mendapat telepon dari asisten Ibu kalau Ibu akan datang ke sini untuk bertemu dengan Arsen, dia anaknya Mischa, mereka tinggal di lantai Tiga, Bu. Mari saya an
"Mischa mencintaimu Xander, itulah sebabnya dia rela kamu tiduri!"Kalimat Aliana masih saja menggema dalam benak Xander bahkan di saat dirinya kini sudah sampai di apartemen pribadinya.Cinta?Cih!Apa itu cinta?Wanita bernama Mischa itu tak pernah mengenalnya begitu juga sebaliknya. Lalu darimana cinta itu bisa ada?Jangankan mereka yang tak saling mengenal satu sama lain, bahkan seseorang yang memiliki jalinan darah sekalipun tak memiliki cinta untuk darah dagingnya sendiri. Lantas apa sekarang Xander harus percaya dengan apa yang dikatakan Aliana tentang Mischa?Mischa mencintaiku, itulah alasan kenapa wanita itu rela menyerahkan dirinya padaku begitu saja.Gumam Xander dalam hati.Jika mengingat hal itu, Xander jadi ingin tertawa. Lelucon itu benar-benar konyol!Sejak awal Xander ta
Satu minggu kemudian seluruh publik di hebohkan oleh berita mengenai gugatan hak asuh anak Xander yang bernama Arsenio Malik Akbar.Beberapa rumor miring pun beredar tentang Xander diberbagai media.Banyak kecaman yang dilayangkan atas dirinya yang mengatakan bahwa Xander adalah seorang bisnisman yang kejam dan tak berhati sehingga tega menjadikan kelemahan seorang wanita untuk menghasilkan keuntungan pribadi bagi dirinya.Ada juga netizen yang mengatakan bahwa Xander tidak berhak merebut seorang anak dari Ibunya.Namun semua berita miring itu tak digubris oleh Xander yang tetap menjalankan aktifitasnya seperti semula.Seorang lelaki bersetelan jas kantor abu-abu terlihat sedang membaca berita mengenai kehidupan pribadi Xander di internet.Dia duduk di kursi kebesarannya dengan santai sambil sesekali menyesap kopinya.
Hari ini Sarah merajuk.Dia tidak mau makan dan meminum obatnya jika belum dipertemukan dengan Arsen. Untuk itulah, Xander terpaksa mencoba untuk menemui Arsen di sekolah taman kanak-kanaknya.Xander sampai di sana sebelum jam pulang sekolah tiba.Sebelum masuk ke dalam sekolah, di pintu masuk Xander berpapasan dengan seorang wanita yang sepertinya adalah pengajar di sana."Permisi Nona, apa benar di sini ada murid yang bernama Arsenio Malik Akbar?" tanya Xander sopan.Wanita itu terlihat menatap Xander dengan tatapan asing."Benar Pak. Arsen memang bersekolah di sini. Tapi sebelumnya mohon maaf, anda ini siapanya Arsen?" tanya wanita itu. Sebagai tenaga pengajar mereka memang harus lebih teliti dan berhati-hati terhadap para penjemput anak didik mereka di sekolah ini. Dan semua itu mereka lakukan karena maraknya aksi penculikan anak akhir-akhir ini.Meski
Seorang wanita tampak berdiri di ujung jalan menuju rusun Blok S.Sudah hampir satu minggu berlalu sejak dia bebas dari penjara, dirinya hidup luntang-lantung di jalanan tanpa memiliki tujuan yang pasti.Ada sebuah keinginan besar dalam benaknya untuk mendatangi kediaman sahabatnya di rusun yang kini sedang dia perhatikan dari kejauhan.Sayangnya, Aliana tak memiliki nyali yang cukup untuk berhadapan dengan Mischa saat ini. Apa yang harus dia katakan pada Mischa jika sahabatnya itu bertanya kemana saja dia selama ini?Dirinya bahkan pergi di saat Mischa sedang membutuhkan sandaran. Sementara, Aliana sendiri tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya mendekam di penjara karena ulah Xander. Mischa tidak boleh mengetahui hal itu. Aliana hanya tidak ingin sahabatnya itu sedih.Mungkin, ada baiknya untuk saat ini mereka jangan bertemu dulu.Lagipula, Aliana masih
Hari ini Xander sengaja pulang ke kediaman utama keluarga Malik. Awalnya niat Xander hanya ingin melihat keadaan Omahnya yang masih harus melakukan rawat jalan pasca penyakit jantung yang dideritanya kumat.Saat ini, hati Xander seolah berontak atas apa yang telah dilakukan oleh Sarah secara diam-diam tanpa persetujuannya lebih dulu. Yaitu menjual saham Malik Grup atas hotel Butterfly pada Adhiguna. Tapi Xander berusaha untuk mengesampingkan semua hal itu karena baginya, kesehatan Sarah lebih penting dari apapun. Meski, Xander benar-benar kecewa atas tindakan Sarah kali ini."Omah sudah minum obat?" tanya Xander pada Sarah yang saat itu sedang terbaring di tempat tidur.Sarah hendak bangkit, Xander pun segera membantunya dan menaruh beberapa bantal untuk sandaran punggung Sarah."Kapan
Sesampainya di ruang rawat, tim dokter langsung menangani Dirga.Mischa menunggu di luar.Saat itu Mischa sempat mengobrol dengan seorang suster bernama Berta. Dia suster pribadi yang diperkerjakan oleh Xander untuk mengurus sang Ayah di rumah sakit jiwa.Berta mengatakan bahwa Dirga sudah tahu mengenai masalah perebutan hak wali atas diri Arsen, pun mengenai kabar kematian Gandhi Bharata Yuda yang dulunya merupakan sahabat karib Dirga.Itulah alasan kenapa Dirga tadi sampai nekat melarikan diri.Lelaki itu mengatakan kalau dirinya ingin menemui Diana sang mantan istri yang pastinya kini sangat sedih karena harus kehilangan s