Share

Bab 14 Penyamaran Dani

Billy menepuk pahanya sendiri setelah menyadari kalau dia baru saja membuat masalah besar.

"A ... Agus, kamu harus membantuku!" Billy tidak bisa tertawa apalagi menangis. "Aku tidak pernah berpikir untuk merebut wanita Kakak ketiga! Apalagi wanita seperti Sinta yang lemah lembut itu sama sekali bukan seleraku! Aku tidak tahu apa yang salah dengan Kakak Ketiga? Dia bisa menyukai ...."

Agus menyeruput seteguk kopi dan tersenyum penuh makna.

Iya, Agus sendiri juga tidak tahu kalau Tuan Muda keluarga Hidayat yang selama ini tidak dekat dengan hal-hal yang berbau wanita dan terkenal acuh tak acuh itu, tidak hanya berubah menjadi Dani Setyawangsa saja, tetapi juga menjadi begitu terobsesi dengan wanita imut-imut seperti Sinta.

"Bukankah Kakak Ketiga sudah mengatakan kalau dia tidak peduli dengan pernikahan ini. Dia hanya menggunakannya sebagai cangkang untuk penyamarannya.

"Kamu percaya omongannya?" Agus menjelingnya dan berkata, "Lihat saja nanti. Aku melihat Sinta ini tidak sesimpel itu. Hehe, mungkin sampai waktunya, kakak ketiga bahkan tidak ingin kembali ke Jakarta lagi!

...

Sehabis makan siang, Dani pergi setelah menyapa Sinta.

Desa kecil ini memang tidak besar. Sebelum menikah, Dani sering berjalan ke atas gunung melewati jalan desa yang sempit. Karena di sana penduduknya sedikit dan hawa udaranya baik, sangat cocok untuk menyendiri.

Dani sering membutuhkan waktu untuk menenangkan pikiran dan merencanakan hal-hal ke depannya dengan hati-hati.

Namun hari ini dia susah menenangkan diri, telinganya terus mengiang-ngiang ucapan Santi saat mengumpat di telepon.

Dia menghela napas dalam-dalam dan bersiap untuk berjalan menuju puncak gunung. Tiba-tiba mendengar seseorang memanggilnya dari belakang, "Hei, Dani!"

Seorang pemuda melambaikan lengannya dan berlari dari bawah.

Dani terkejut dan mengerutkan keningnya.

"Tadi di kaki gunung aku sudah melihatmu! Aku tidak menyangka, kamu berjalan begitu cepat. Aku mengejar langkahmu setengah mati, baru terkejar!"

"Oh ya, luka di badanmu sudah sembuh? Kamu masih butuh aku mencarikan obat untukmu?

Dani mengangguk dan berkata dengan suara lemah, "Terima kasih, sudah sembuh. Selama beberapa waktu itu benar-benar telah merepotkanmu.

"Kita semua bersaudara, jangan sungkan-sungkan!"

Pria itu menepuk-nepuk pundak Dani dan mereka berdua berjalan menuju puncak gunung bersama-sama.

Sejujurnya, Dani sangat berterima kasih padanya. Namanya Lukas Sudrajat dan latar belakang keluarganya juga lumayan. Dia termasuk salah satu orang kaya di desa ini.

Lukas juga satu-satunya mahasiswa lulusan sekolah kedokteran di desa ini.

Setelah tamat kuliah dan kembali ke desa, secara kebetulan dia bertemu dengan Dani, yang sedang dalam masa pemulihan di rumah. Lukas adalah pemuda yang ramah dan suka menolong orang lain. Seluruh penduduk desa itu merasa bahwa Dani memiliki temperamen aneh yang sulit untuk didekati. Hanya Lukas yang sering mengunjungi Dani dan membantu memeriksa luka. Kadang-kadang dia juga membawakan obat salep khusus untuk Dani.

Persahabatan yang terjalin di saat berada di tengah kesulitan membuat Dani merasakan kehangatan.

Akan tetapi kemudian malah menjadi beban buat Dani

Tidak tahu dari mana Lukas mendengar tentang hubungan keluarga Wijoyo dengan keluarga Setyawangsa, bahkan semua orang jadi tahu tentang pertunangan kedua keluarga itu. Seluruh kota semarang sedang mengikuti berita yang terjadi pada keluarga Wijoyo. Jika keluarga Wijoyo menolak menikahkan putri mereka karena masalah yang keluarga Setyawangsa, maka kelak akan bertambah bahan gosip di dunia bisnis bahwa keluarga Wijoyo adalah keluarga yang tidak bisa memegang teguh integritas mereka.

Keluarga Wijoyo pun sulit mengambil langkah yang tepat, jadi mereka hanya bisa meminta Sinta menikah menggantikan Santi.

"Oh ya, bagaimana kehidupan pernikahanmu!" Lukas tersenyum dengan riang dan meliriknya dari atas ke bawah. "Kau tampak hebat, apakah kamu baik-baik saja dengan istri barumu?

"Aku termasuk mak comblang kalian, kapan-kapan bawalah istrimu kumpul-kumpul bersama?"

Wajah Dani langsung kelam, senyumannya pun tampak sangat kaku.

Awalnya dia datang ke desa ini untuk pemulihan, kebetulan saat itu dia tahu kalau keluarga Setyawangsa menghilang. Apalagi dari KTP, wajahnya memang mirip Dani yang asli. Karena itu, dia memakai identitas Dani ini.

Dia menyamarkan namanya, hanya untuk mencoba bersembunyi di sini.

Tidak pernah berpikir untuk menikah!

Kadang-kadang keramahtamahan Lukas ini membuat orang tak berkutik ....

"Ohya, aku dengar perangai Nona Besar keluarga Wijoyo kurang baik," kata Lukas sambil melihat Dani dengan penuh perhatian. "Hehe, walau bagaimana pun juga dia anak semata wayang keluarga Wijoyo yang terbiasa dimanjakan, tak heran kalau temperamennya seperti seorang tuan putri. Bersabarlah kalau masih bisa bersabar. Jangan diambil hati!"

"Yah, aku tahu," Dani menjawab dengan ringan.

Meskipun pernikahan ini tidak ada dalam rencananya, untungnya bukan Santi, si Nona Besar Wijoyo yang dia nikahi.

Kalau saja yang dia nikahi itu adalah Santi, mungkin Dani bahkan ingin mencekik Lucas.

Mereka sudah lama tidak bertemu, jadi Lukas mengundangnya untuk minum. Saat Dani tidak tahu bagaimana cara menolak tawaran Lukas, tiba-tiba beberapa orang nenek berlari sepanjang jalan mencarinya.

"Astaga, Dani! Ternyata kamu di sini. Cepatlah pulang!"

"Kalau kamu tidak pulang, istrimu mungkin tidak sanggup menahan orang itu lagi!"

Wanita jompo di desa ini paling suka menggosip dan berkata, "Oh, semua ini karena istrimu terlalu cantik, pria yang melihatnya langsung tergoda. Kamu masih bersantai-santai di sini? Kalau kamu tidak cepat pulang, akan terjadi masalah besar!"

Wajah Dani berubah, dia bergegas pulang ke rumah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status