Dia, mulai mengisi hari-hariku. Tapi, hatiku masih tetap tertuju ke Seoul, tempat di mana cinta pertamaku tinggal.
—Mark Lee-o-
Perkataan dia ada benarnya juga, 'merelakan bukan berarti melupakan. Anda akan tetap memiliki ingatan di hati Anda tentang cinta pertama Anda, walaupun Anda sudah menemukan cinta sejati Anda kelak'. Batin Mark.
Mark masih melamun hingga suara Dahyun menginterupsinya. "Mark-ssi. Kita sudah sampai di ruangan." Ia berpindah tempat yang tadinya di belakang Mark, menjadi di hadapannya.
"Ye? Aah kamsahamnida Dahyun-ssi."
Dahyun membantu Mark untuk berdiri dari kursi rodanya untuk berpindah ke bangsal. Wanita itu memapah Mark dengan perlahan. Padahal yang terkena peluru adalah dadanya. Tapi sebagian saraf di kaki juga berpengaruh saat operasi pengangkatan timah panas tersebut. Jadi, Mark sulit untuk berjalan dengan benar.
"Saya akan meletakkan kursi roda tepat di samping ranjang Anda." Dahyun mendekatkan kursi roda tepat di samping ranjang Mark.
Dahyun pun membantu Mark untuk berbaring karena luka di bagian dada belum mengering pasca operasi. Lalu, sekalian Dahyun memeriksa keadaan pasiennya itu.
"Kamsahamnida. Maaf jika merepotkan Anda." Mark mengatakan itu sambil melihat kea rah Dahyun, tidak seperti tadi yang terkesan cuek.
What? He can said 'thank you'? Daebakk! Batin Dahyun.
"Anieyeo Mark-ssi. Selamat beristirahat. Saya permisi," sahut Dahyun setelah memastikan keadaan Mark.
"Dahyun-ssi. Maafkan atas kelancangan saya tadi saat di taman." Sontak ucapan Mark membuat Dahyun bersemu merah, antara menahan malu atau amarah.
Jelas saja, karena saat di taman beberapa menit yang lalu Mark hampir saja menciumnya. Tidak, lebih tepatnya ingin mengambil daun yang jatuh di atas kepala Dahyun. Tapi, wajah Mark hanya berjarak beberapa sentimeter dengan Dahyun. Jika orang lain melihat, mereka akan mengira jika keduanya hendak berciuman.
"A-aniyo. Saya permisi." Dahyun melangkahkan kakinya dengan langkah yang besar, berharap agar cepat menjauh dari Mark karena malu atas kejadian itu.
"Kenapa pipinya memerah? Dia sangat lucu," gumam Mark sembari tersenyum karena melihat pipi Dahyun muncul semburat merah.
Aku akan mencoba merelakanmu, Karina. Aku berharap kau bahagia dengan Jeno... Batin Mark.
Dahyun meninggalkan ruangan Mark dengan perasaan yang ia sendiri pun tidak dapat menebaknya. Ia menyenderkan tubuhnya di depan pintu.
Kenapa? Ada apa denganku? Batin Dahyun sembari memegang dadanya yang berdegup tidak beraturan.
Tiba-tiba suara seorang laki-laki mengagetkannya. "Dahyun-a. Apa yang kau lakukan?"
"Omo! Lino sunbae! Kau mengagetkanku!" pekik Dahyun.
"Mian. Kau sedang apa? Hm?" tanya Lino, sosok yang selama ini menjadi panutan bagi Dahyun, yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri.
"Aku baru saja selesai memeriksa pasienku. Kau dari mana?"
"Aku dari ruangan VVIP 104 memeriksa pasien, sama sepertimu," sahut Lino.
Dahyun dan Lino melangkahkan kakinya menuju lift. "Aah. Kau masih ada shift malam 'kan?" tanya wanita itu.
Lino menganggukkan kepalanya. "Kau tidak apa 'kan pulang sendiri? Maaf, aku tidak bisa mengantarmu," sahutnya.
"Geurae. Aku sudah terbiasa pulang sendiri." Dahyun tersenyum.
"Hati-hati ya. Hubungi aku kalau kau sudah sampai."
"Ne..."
Lino mengacak surai panjang milik Dahyun. Mereka berdua berpisah saat pintu lift telah terbuka. Dahyun bersiap-siap akan pulang karena waktu shiftnya sudah habis.
-o-
Drrt drrtt.
Ponsel milik Mark bergetar dan menampilkan chat Line dari Ningning pada layar utama.
LINE
Ningning
|Mark|Aku akan kembali ke Seoul besokKau sendiri?
Aku ingin ikut :(Baiklah
Hubungi aku jika kau sudah sampaiAku rindu KarinaTidak akan! :pArasseo Ningning
Aku akan mencobanyaTapi, kurasa akan sulit :(N
Gomawo Ning
"Aish! Hanya di read." Mark menghela napasnya. "Baiklah, aku akan mencoba untuk mengikhlaskannya, sesulit apa pun Fighting Mark Lee!" gumamnya menyemangati dirinya sendiri.
Tiba-tiba Mark mengingat kejadian di taman tadi saat bersama Dahyun.
---
Mark tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Dahyun, hingga jarak di antara mereka hanya beberapa sentimeter.
Dan parahnya Dahyun berpikir jika Mark akan menciumnya. Hingga membuatnya muncul semburat merah pada pipi.
Apa yang akan dia lakukan? Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Apa yang harus kulakukan? Batin Dahyun.
Dahyun memutuskan untuk menutup matanya, karena wajah Mark semakin dekat. Wanita itu tidak tahu mengapa tubuh dan pikirannya tidak sejalan. Pikirannya menyuruhnya untuk menjauh tapi tubuhnya justru sebaliknya, tubunya diam saja saat Mark mendekatkan wajahnya.
"Kenapa Anda menutup mata?" tanya Mark dan sontak membuat Dahyun membuka matanya. Tepat di hadapan matanya, Mark sedang memegang sebuah daun berwarna kecoklatan --sisa musim gugur--.
"Lalu apa yang sedang Anda lakukan barusan?" tanya Dahyun bingung.
"Saya? Saya mengambil daun yang ada di kepalamu. Memang ada apa?" Perkataan Mark membuat Dahyun malu.
"Aah. Ya sudah ayo kembali ke kamar Anda Mark-ssi. Hari sudah semakin larut, tidak baik untuk kesehatan Anda."
Dahyun mengalihkan keadaan, ia membantu Mark untuk duduk di kursi rodanya. Mereka melangkahkan kakinya menuju lantai VIP, ruang Calendula.
Aigoo! Bagaimana bisa aku punya pikiran semacam itu, rutuk Dahyun dalam hati.
---
Mark tidak sadar jika ia sedang tersenyum sembari memikirkan ekspresi wajah Dahyun saat menahan malu. Hingga beberapa menit kemudian, Mark mulai memejamkan matanya.
Sedangkan di sisi lain.
Dahyun sampai di unit apartemen yang ia sewa selama menjalani hidup di Kanada. Tepat di hadapan bangunan tersebut, adalah tempat tinggal Lino. Mereka tidak terpisahkan, kecuali saat shift mereka di rumah sakit berbeda.
"Ya Tuhan, aku sangat lelah hari ini." Dahyun langsung merebahkan dirinya di kasur king size miliknya.
"Aah aku belum mengabari Lino Oppa." Dahyun mengambil ponsel di dalam tasnya dan mengirim chat Line untuk Lino.
LINE
|Oppa
|Aku sudah tiba di apartemen beberapa menit laluread
Drrt drrt
Aigoo! Dia langsung meneleponku. Batin Dahyun.
"Yoboseyo Dahyun-a."
"Ani. Aku hanya memastikan kau sudah sampai di apartemenmu. Ya sudah istirahatlah, besok jadwalmu lembur 'kan?"
"Baiklah. Jaljayo Dahyun-a."
"Ne~ Lino Oppa."
"Aigoo! Aku ingin langsung tidur saja rasanya," ucap Dahyun sembari meregangkan tubuhnya.
Lalu Dahyun beranjak dari tidurnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
-o-
Pada hakikatnya sesuatu yang pertama memang selalu berkesan dan terkenang, apapun keadaan dan hasilnya saat itu, selanjutnya, baik suka maupun duka, berhasil ataupun gagal, tetap akan selalu teringat. Itulah cinta pertama.
Hari demi hari telah kulalui bersama dengannya tapi kenapa perasaan ini masih saja belum muncul ke permukaan.—Mark Lee.-o-Matahari pun mulai muncul menggantikan tugas bulan yang telah selesai. Laki-laki bernama lengkap Mark Lee masih terlelap dalam tidurnya. Jam di dinding kamar inapnya menunjukkan pukul 07.25 a.m."Mark, aemi datang. Bagaimana keadaanmu 'nak?" tanya Wendy.Mark yang merasakan ada sebuah tangan mengelus surai hitam miliknya, membuka matanya perlahan. "Eomma? Sejak kapan?" Mark ingin duduk tapi di tahan oleh Ibunya."Ne, aemi baru saja tiba. Bagaimana keadaanmu?""Aku baik. Kapan aku bisa keluar dari sini? Aku bosan terkurung sepanjang hari." Mark menghela napas."Aemi belum tahu sayang. Nanti a
Aku harus bahagia atau sedih? Aku pun tidak tahu. Semoga hal positif selalu memihak padaku, terlepas dari sakit hati—Lee Know.-o-Dahyun sedang berada di ruangan Lino. Ia ingin menanyakan perihal Mark Lee pada lelaki itu. Sebenarnya Dahyun hanya penasaran dengan kisah cinta pertama Mark. Maklum saja, karena Dahyun mulai menaruh rasa pada Mark."Oppa! Jawab pertayaanku tadi,aish!" seru Dahyun karena kesal dengan Lino yang telah mengabaikannya.Lino tak menanggapi bukan karena tak suka, tapi ia sedikit cemburu mungkin? "Apa, hm? Kau 'kan sudah tahu jika aku dan Mark memang bersahabat sejak lama. Lalu apa lagi yang harus kujawab?" sahutnya sembari memejamkan mata. Ia sedang menyender
Tepat di hari minggu, pukul 09.30 a.m, Dahyun hampir selesai denganshiftmalamnya. Ia mengunjungi pasien terakhirnya untuk diperiksa. Pasien tersebut adalah Mark Lee.Decit suara pintu terbuka dan derap langkah Dahyun tidak juga membuat laki-laki dengan marga Lee menoleh ataupun terusik. Ia asik dengan lamunannya sembari menatap kosong ke arah jendela kamar inapnya. Ia masih memikirkanchatLine dari Ningning semalam, bahwa Karina akan bertunangan lagi dengan laki-laki lain. Dan untuk kedua kalinya, Mark harus merasakan perasaan yang sama yaitu patah hati.Dahyun menghampiri Mark dan menyerengitkan dahinya karena Mark tidak menyadari kehadirannya. Ingin rasanya Dahyun mengagetkannya tapi ia urungkan. Dahyun lebih memilih mengambil kursi dan duduk di samping ranjang Mark dan menyilangkan kedua tanga
Inikah rasanya sakit hati akibat patah hati? Jika rasa sakit ini mampu membuatnya bahagia, ikhlas adalah jawabannya. Kurasa itu lebih baik.-Mark Lee-o-Di ruangan bercat putih, suasana terlihat sangat canggung di antara ke-empat orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.Mark, apa kabar hatimu?Kenapa dia menceritakan semuanya di sini.Aku bisa apa? Dia lebih menyukainya daripada aku.Apa yang mereka lakukan?Kurang lebih seperti itu isi pikiran dari mereka masing-masing. Banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyaka
Apakah sekarang saatnya, diriku harus merelekannya? Merelakan dia bahagia dengan orang lain. Kurasa, itu sulit tapi akan kucoba.—Mark Lee.-o-Esok adalah hari di mana Karina dan Jeno bertunangan. Mark juga sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Saat ini, ia sedang diApartmentmiliknya seorang diri."Apa yang harus kulakukan?" gumam Mark sembari melanjutkan meneguk segelaswhiskeyyang ada di tangannya.Mark sedang berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya. Ia butuh sesuatu agar bisa melupakan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya, walaupun sejenak dan alkohol adalah solusi menurutnya. Padahal, dokter sudah menyarankan untuk tidak mengkonsumsi minuma
Semuahalbutuhsebuahproses.Begitujugadenganmelepaskancintapertama.Butuhprosespemulihanhati,entahdalamjangkapanjangataupendek.Semuatergantungpribadidanpemikiranmasing-masing.Jikakauberpikirpositifsetelahnya, prosesituakanmudah
Suara itu, yang menyebut namaku. Aku mencintai suara itu. Aku terjaga sepanjang malam membayangkan seseorang. Dan mengimajinasikan masa depan berkat senyumannya. Namun, semua itu hanyalah mimpi. Begitu indah hingga aku enggan untuk terbangun dari mimpiku.—Mark Lee.-o-Dahyun masih memikirkan perkataan Mark. Jika apa yang laki-laki itu katakan padanya karena keterpaksaan dengan keadaan yang ada, maka bukan cinta namanya.Juga bukan karena Dahyun takut hanya menjadi pelarian bagi Mark. Itu bahkan lebih baik, setidaknya Mark akan benar-benar membuka hati untuknya. Tapi, yang Dahyun takutkan adalah jika Mark mengetahui dirinya dan Lino telah di jodohkan. Bukan hanya persahabatan mereka yang akan renggang, tapi perasaan Mark yang akan lebih tersakiti jika mema
Mungkin dengan hadirnya sosok dirimu dalam hidupku, proses penyembuhan patah hatiku akan lebih bermakna. Terima kasih.—Mark Lee.-o-Hari sudah mulai gelap, matahari pun mulai meredup berganti dengan bulan yang mulai bersinar. Di rumah sakit, Lino dan Dahyun sertastaffmedis lainnya yang bersangkutan sedang melakukan sebuah operasi.Sudah lebih dari empat jam operasi berlangsung. Lino sempat terlihat tidak fokus saat melakukanIntubasi Endotrakealpada pasien sebelum memulai pembedahan. Entah apa yang Lino pikirkan hingga konsentrasinya pecah. Seperti bukan Lino yang biasanya.*Intubasi Endotrakeal= Memasukkan selang pada trakea untuk memberika