"Dia begitu kurus mungkin tinggal tulang, cepat bangun Ida, putrimu sangat membutuhkanmu," lirihnya.
Sulthan pun tertidur di sebelah putri kecilnya itu. Tante Mayang yang dari tadi masih menunggui Sulthan dari balik pintu kamarnya, merasa kasihan kepada Sulthan dan beliau pun kembali masuk ke dalam kamar Sulthan untuk menjaga bayinya itu takut nanti tengah malam akan menangis. Setelah meletakkan bayi mungilnya di dalam box bayi, Tante Mayang kembali ke luar dan mendatangi kakak iparnya Ummi Syifa. Pintu Ummi Syifa terbuka sedikit sehingga memudahkan Tante Mayang melihatnya jelas Ummi Syifa yang melamun di atas tempat tidur. Nampak terlihat kesedihan yang mendalam di raut wajah Ummi Syifa. Entah apa yang dipikirkan beliau di satu sisi Sulthan yang masih terbelenggu dengan masa lalunya dilain sisi merasa kasihan kepada Ida jika dia tahu kalau nama putrinya adalah nama mantan kekasih anaknya. Ummi Syifa tahu betul watak dan sifat keras kepalanya Sulthan karena itu dia tidak ingin berdebat dengan anaknya, toh keadaan juga tidak bisa mengubahnya. Terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar. "Boleh Mayang masuk Mbak?" tanyanya seketika melihat iparnya sedang duduk dengan sedih. "Masuk saja!" jawab Ummi Syifa singkat. "Maaf Mbak, lebih baik kita ke dokter ya, kita periksa kondisi Mbak, jangan sampai Mbak jatuh sakit juga, kasihan Ida Mbak!" Lirihnya kepada Umi Syifa. Ummi Syifa menghela napas seketika, lalu beliau beranjak ke tempat meja rias. Di situ terpampang sebuah foto pernikahan anaknya lima tahun yang lalu. Wajah semringah terlihat bahagia nampak jelas tersirat di wajah cantik Ida yang dibalut kebaya modern berwarna abu-abu sangat sederhana tetapi terlihat elegan, begitu juga dengan Sulthan yang sangat tampan memakai pakaian yang senada warnanya dengan Ida, tetapi raut wajahnya tidak nampak kebahagiaan bahkan tidak tersenyum sedikit pun hanya tatapan kosong dan dingin. "Aku hanya bingung, bagaimana jika Ida tahu kalau nama putrinya itu nama mantan kekasih Sulthan yang hilang entah ke mana!" jawabnya masih geram kepada Sulthan. "Bahkan dengan seenaknya dia memberikan nama itu kepada cucuku yang baru lahir dua minggu yang lalu, Mbak benci nama itu, bagaimana Mbak bisa mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada bayi itu kalau namanya saja sudah membuat Mbak tidak suka!" terangnya sambil menangis kembali. "Mbak Syifa, apa salah bayi itu, apakah hanya karena namanya kita tidak suka lantas kita tidak mau menerimanya?" "Jangan seperti itu lagian nama itu tidak jelek, bahkan sangat indah artinya," jawab Mayang. "Jika bukan kita siapa Mbak, sedangkan ibu kandungnya masih terbaring koma, apa salah mereka, bahkan mereka tidak tahu siapa Dafina Salsabila itu?" "Mbak tidak ingin kan cucu Mbak ini tumbuh dengan kurangnya kasih sayang, kurang perhatian, kasihan Salsa Mbak, ha kita panggil bayi mungil itu Salsa, tidak akan ada yang tahu kalau nama itu kepunyaan Fina." "Mulai sekarang kita panggil saja Salsa lebih enak di dengar, betul kan Mbak?" "Aku masih ragu apakah aku mampu memberinya kasih sayang, apakah aku mampu beradaptasi dengan nama itu?" tanyanya. "Pasti bisa Mbak aku yakin!" "Sebenarnya aku punya firasat kalau Sulthan lambat laun akan mencintai Ida seutuhnya, bahkan jika ada yang mendekatinya Sulthan akan merasa cemburu, tetapi dia sangat gengsi untuk mengatakannya kalau dia mulai jatuh cinta," jawab Mayang tegas. "Apakah itu akan terjadi Yang?" "Insya Allah Mbak, semoga saja jika Allah berkehendak maka terjadilah!" jawab Mayang yakin. "Aamiin mudah-mudahan, semoga saja terjadi!" ucap Ummi Syifa bersemangat. "Makanya Mbak kita tidak boleh patah semangat jika kita yakin maka semua pasti bisa," sahut Mayang memberikan semangat. Semenjak itu Ummi Syifa bertekad akan menyembuhkan Ida secepatnya, tak ingin putri yang dilahirkannya tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ummi Syifa dan Mbok Siti sibuk memperhatikan Ida, mereka bergantian menjaga Ida takut tiba-tiba Ida terbangun dari tidur panjangnya, walaupun kata dokter semakin hari semakin ada kemajuan walaupun belum 100% seperti sedia kala. Sulthan yang di bantu oleh Tante Mayang mengurus dan merawat bayi kecilnya. Kebetulan anak Tante Mayang sudah besar semua sehingga tidak bisa bermain dengan Tante Mayang. Tante Mayang sangat menyayangi Salsa karena beliau tidak mempunyai anak perempuan, tetapi hanya anak laki-laki yang sudah menginjak remaja. Satu bulan kemudian .... Matahari sudah menampakkan senyumannya tanpa malu-malu, walaupun udara sedikit panas tidak membuat jalanan menjadi sepi, seperti biasa hiruk pikuk jalanan sudah dipadati oleh berbagai macam kendaraan. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, tak terasa sudah satu bulan umur Salsa si bayi mungil yang cantik. Tingkah lucu yang menggemaskan Salsa membuat semua orang bahagia melihat tumbuh kembang bayi mungil itu yang semakin hari semakin tembem, kulitnya yang putih dengan selalu tersenyum jika di gendong oleh Tante Mayang. Namun anehnya jika digendong oleh Sulthan bayi itu menangis dengan lantang, tetapi jika beralih ke yang lain bayi Salsa tidak menangis kencang, Tante Mayang pun bingung dibuatnya. "Than, Tante bingung deh, mengapa Salsa menangis kalau kamu gendong ya?" "Apakah dia juga mengerti kalau Papahnya yang tampan ini sangat membenci ibunya ya?" ledek Tante Mayang kepada Sulthan yang masih enggan menemui Ida di rumah sakit. "Apa maksud Tante, nggak mungkinlah bayi yang masih berumur satu bulan mengerti bahkan anak di bawah lima tahun saja belum tentu mengerti tentang pikiran orang dewasa," sungutnya kesal. "Bukan itu maksudnya Than, tapi aneh saja coba deh Salsa di gendong Om Hendra, Ummi kamu, Mbok Siti dan juga Tante dia tidak menangis kencang adem ayem malah ngajak kita tersenyum tetapi kalau kamu yang gendong langsung nangis!" terang Tante Mayang yang masih menggendong Salsa untuk berjemur di panas matahari pagi. "Beri sedikit waktu luang mu Than, kasihan Salsa, dia sudah tidak mendapatkan kasih sayang dari mamah kandungnya!" ucap Tante Mayang kepada Sulthan. "Kamu nggak mau kan jika nanti dia besar, dia tidak mengenal siapa papahnya yang selalu sibuk dengan kerjaan kantor, katanya kamu mau mendidik dan memberikan kasih sayang, bukan materi saja yang harus kamu beri tetapi kasih sayang, cinta, perhatianmu Than, pikirkan jangan sampai terlambat!" terangnya. Namun Sulthan hanya diam, dia pun langsung pamit kepada Tantenya dan mencium kening putri kecilnya sebelum berangkat kerja. "Sulthan pergi dulu Tan, Assalamualaikum!" "Tunggu Than!" "Ada apa Tante, Sulthan sudah terlambat ada meeting di kantor!" serunya sedikit kesal. "Tante cuma mau bilang kamu nggak ingin menjenguk Ida di rumah sakit, ini sudah sebulan Than, kamu tidak pernah menengoknya!" tanya Tante Mayang. "Maaf Tante, Sulthan tidak ada waktu, toh juga ada Ummi dan Mbok Siti yang menjaganya, tak perlu Sulthan ke sana!" jawabnya sambil berlalu meninggalkan Tante Mayang sebelum memberi pertanyaan lagi. "Sampai kapan kamu seperti ini Than, terlalu hampa kah hatimu, terlaku sakit kah dirimu sehingga kamu tidak mau menatap istri mu sendiri, dia butuh kasih sayang dan cinta Sulthan, tak kah kamu menyadari lambatnya dia sadar dari koma karena kamu tidak ada di sampingnya, tidak ada di sisinya yang mau memegang tangannya, mengecup mesra keningnya." "Ya Allah segerakan lah Ida tersadar dari komanya, kasihanilah putrinya yang memerlukan ibunya." "Cepat bangun Ida, lihatlah putrimu terlihat sedih jika Tante memanggil namamu," lirihnya. *** Ya begitulah Sulthan Yazid Zidan seorang pemuda tampan yang dulu terkenal humoris dan baik hati. Banyak yang memujinya terlebih lagi oleh kaum hawa. Campuran antara keturunan Arab dan Indonesia, khususnya Jawa Tengah membuat darah Indonya kentara. Berkulit putih, alis tebal, rambut ikal tebal hitam, berperawakan tinggi tegap dan bertubuh atletik, tak lupa mempunyai brewokan yang menambah ketampanan seorang Sulthan. Namun setelah ditinggal kekasihnya yang merupakan sahabat masa kecil sekaligus teman kuliahnya, kehidupan Sulthan berubah drastis menjadi dingin dan kaku. Ummi Syifa sangat menyayangkan perubahan sikap Sulthan yang mulai dingin tak bersahabat, tidak pernah tersenyum sedikit pun, setiap ada masalah hanya diam dan menjaga jarak dengan keluarga terutama kepada Ummi nya sendiri. Ummi Syifa berteman baik dengan kedua orang tua Ida dari masa kuliah dulu. Pada suatu hari saat orang tua Ida berkunjung ke rumah Abi Amran ayahnya Sulthan untuk bersilahturahmi sekaligus membangun kerja sama sebuah perusahaan. Saat itu juga Ida masih berusia tiga belas tahun dan Sulthan berusia lima belas tahun, tetapi mereka tidak saling bertemu, karena mereka sama-sama menimba ilmu di pondok pesantren tetapi beda daerah. Namun semenjak terjadinya kecelakaan itu yang merenggut nyawa Abi nya, Sulthan tidak mau melanjutkan sekolahnya di pondok pesantren, dia memilih keluar dan meneruskan studinya sampai kuliah. Disitulah dia bertemu sahabat kecilnya yang dulu dan berkuliah di tempat yang sama pula. Benih-benih cinta pun tumbuh diantara mereka sehingga membuat mereka di mabuk asmara. Sulthan menyerahkan seluruh hidupnya untuk Dafina Salsabila seorang gadis cantik pujaan bunga kampus pada masanya.Selain terkenal pintar Fina begitu nama sapaannya juga sangat humoris, mudah bergaul dan tidak sombong, sikap supel nya lah yang membuat Sulthan sangat mencintai Fina. Begitu juga dengan Sulthan yang sangat mencintai dan menyayangi Fina, seperti ratu di dalam hatinya.Bahkan Sulthan sudah memperkenalkan Fina kepada Ummi Syifa, bak gayung bersambut mereka pun menjadi akrab satu sama lain.Setiap hari Fina datang ke rumah Sulthan dengan membawa makanan yang dia buat sendiri katanya.Ummi Syifa pun sangat senang dengan Fina selain pintar juga baik, wajahnya yang cantik menurut Ummi Syifa dan hatinya pun terpancar kecantikan dari dalam.Selama bertahun-tahun mengenal Fina sejak kecil kini dia kembali menjelma sebagai gadis yang cantik dan baik bagaikan bidadari.Semua terlihat sempurna di mata Ummi Syifa dan Sulthan. Keceriaan Fina membawa dampak yang baik bagi hubungan mereka.Semua berjalan dengan lancar, hubungan Sulthan dan Fina semakin erat, bahkan setelah selesai kuliah pun mereka sepakat akan mempererat hubungan mereka ke jenjang pernikahan.Kedua belah pihak sangat menyetujui usul mereka, apalagi setelah Abi nya Sulthan meninggal Umi Syifa lah yang mengganti posisi suaminya sampai Sulthan benar-benar siap terjun ke dunia bisnis.Rencana pernikahan sudah di siapkan, dari katering, gedung, pakaian dan segala macam atribut untuk pernikahan sudah mencapai 80%.Semua nampak bahagia menyambut hari pernikahan mereka yang tinggal sebulan lagi.Namun tiba-tiba Fina
Wanita itu sangat cantik, memakai jilbab segi empat bermotif bunga berwarna merah, dipadu padankan dengan baju terusan yang sangat elegan, ditambah sepatu hak tinggi berwarna merah dan warna senada tas ditangannya.Kulitnya putih dan tinggi menambah indah dipandang mata tak lupa memakai kaca mata hitam."Assalamualaikum!" sapa wanita cantik itu."Walaikumsalam! jawab mereka serentak."Maaf Mbak, saya bisa bertemu dengan Bapak Sulthan Yazid Zidan?" tanya wanita itu dengan sopan dan ramah."Maaf Mbak, Bapak Sulthan sedang tidak ada di tempat, lagi keluar, kalau boleh saya tahu dengan Mbak siapa?" tanya Agnes penasaran."Maaf kapan dia balik ke kantor?" tanyanya lagi."Kurang tahu Mbak, soalnya beliau tidak memberitahukan kepada saya, ada pesan, Mbak?" tanya balik Agnes."Oh nggak usah, nanti saya balik saja ke sini, kalau begitu saya permisi dulu.""Tunggu Mbak, nanti kalau saya kasih tahu ada tamu yang mencari beliau, siapa namanya Mbak?" tanya Agnes yang masih penasaran."Hemmh ... ka
"Iya saya juga Bu, kasihan Neng Ida, kita harus membuat mereka bersatu lagi, tapi bagaimana Bu, bukannya ini sudah masuk talak satu?""Justru itu nanti setelah Ida bisa dinyatakan membaik kita akan mengadakan syukuran dan sekalian mengikrarkan kembali perkawinan mereka.""Ayuk kita masuk kasihan dia sendiri di dalam!" ajak Umi Syifa."Assalamualaikum!”"Walaikumsalam!" jawab Ida pelan dan tersenyum."Eh Ummi ... augh ... " ucap Ida merintih kesakitan karena ingin bersandar tetapi punggungnya susah di gerakkan akibat terlalu lama berbaring."Ida jangan dipaksa Sayang, kamu belum pulih benar, pelan-pelan Sayang," sahut Ummi Syifa merasa khawatir dengan Ida.“Ida nggak apa-apa Mi, Cuma agak sedikit sakit mungkin karena kelamaan berbaring,” jawabnya pelan.“Wajahmu tirus dan badanmu menjadi kurus Sayang, sudah hampir setahun kamu koma, tetapi Allah masih sayang sama kamu, hari ini kamu sudah sadar dan kembali di dalam keluarga kami,” ucap Ummi Syifa sembari mengelus pipi Ida dengan lembut
@Agnes{Maaf Pak, dia sendiri yang tidak ingin memberikan nomor ponselnya, mungkin kalau diminta sekarang namanya bukan kejutan}{Coba Bapak pikirkan baik-baik, apakah itu yang dinamakan penasaran, jika memang betul-betul dia rindu sama Bapak pasti dia akan menunggu Bapak sampai balik ke kantor, tetapi buktinya dia pergi dengan banyak misteri?}Seketika Sulthan berpikir sejenak, apa yang dikatakan Agnes ada benarnya, seharusnya dia menunggu Sulthan, tetapi kenapa dia membuat Sulthan menjadi penasaran, apa maksud dan tujuannya kali ini?@Sulthan{Tumben kamu pintar, oke saya terima argumenmu, kalau begitu sebentar lagi saya ke kantor, siapkan berkas-berkas yang akan di bawa untuk bertemu dengan Pak Jodi dan saya minta maaf sudah berkata kasar ke kamu}@Agnes{Iya Pak, sama-sama, selamat siang Pak}@Sulthan{Selamat siang}Sulthan pun mengakhiri percakapan dengan sekretarisnya dan ingin beristirahat sebentar di dalam mobilnya, namun saat Sulthan hendak memejamkan matanya sebentar tiba-
Tepat jam lima sore waktunya karyawan pulang kerja, hal ini di nanti-nantikan oleh ketiga serangkai geng rempong untuk menjenguk istri Bos mereka di rumah sakit.Tak lupa mereka membawa buah tangan berupa buah-buahan kesukaan Ida.Menempuh perjalanan yang sedikit panas, tidak menyulutkan niat mereka dari awal untuk datang ke rumah sakit selain untuk menjenguk dan juga untuk misi mereka.***“Selamat sore, Mbak?”“Selamat sore, ada yang bisa kami bantu?” tanya resepsionis itu dengan ramah.“Iya Mbak, numpang tanya kami mau bertemu dengan pasien yang bernama Sayyidah Latifah, di kamar nomor berapa ya Mbak?” tanya Agnes kepada resepsionis rumah sakit itu.“Oh ... sebentar ya Mbak, saya cek dulu!” jawabnya.“Pasien atas nama Ibu Sayyidah Latifah istri dari Bapak Sulthan Yazid Zidan sekarang di rawat di kamar Anyelir lantai lima nomor 67, Mbak!” ucap resepsionis itu dengan ramah.“Terima kasih, permisi Mbak,” ucap Agnes tersenyum.“Sama-sama, Mbak," sahutnya ramah.Mereka pun pergi ke kama
Setelah mereka pergi, Ida masih diam tak bersuara dan Mbok Siti tidak ingin mengganggu Ida.Mbok, apakah Ida harus bertahan atau tidak ya, Mbok?” tanya Ida seketika.“Maksud Neng Ida apa?” tanya balik Mbok Siti lembut.“Ida capek Mbok, Ida ingin hidup bahagia, bisakah Ida raih kebahagiaan itu?” tanya Ida sembari menatap langit-langit.“Neng, ada yang ingin Mbok tanyakan?” tanya Mbok Siti mendekati Ida dan duduk di sampingnya.“Apa Mbok?” tanya Ida tanpa melihat Mbok Siti.“Neng Ida, Mbok masih bingung, dari mana Neng Ida tahu kalau Den Sulthan masih mengingat masa lalunya?” tanya Mbok Siti hati-hati.“Mas Sulthan sendiri yang mengatakan semuanya Mbok!” jawab Ida pelan.“Maksud Neng Ida, bukannya Neng masih koma waktu itu? ”tanya Mbok Siti yang semakin bingung.“Mas Sulthan datang ke rumah sakit, dan dia menjelaskan masa lalunya dan Ida tahu kalau nama yang diberikan anak kami adalah nama mantannya Dafina Salsabila Zidan, betulkan kan Mbok itu nama perempuan itu?” tanya balik Ida kepa
Baiklah, terserah Ummi saja!” ucap Ida tersenyum.Tak lama kemudian Sulthan datang ke rumah sakit, Ummi Syifa yang dari tadi sibuk membereskan perlengkapan Ida, dibuatnya terkejut dan terkesima dengan Sulthan.“Assalamualaikum!”“Wa’alaikumsalam ... Sulthan!”Seketika Ida ikut terkejut melihat kedatangan suaminya itu. Sulthan memandang wajah Ida yang lebih segar dari biasanya, entah wajah itu akhir-akhir ini selalu muncul di pikiran Sulthan.“Alhamdulillah akhirnya kamu datang Nak!” ucap Ummi Syifa bahagia.“Iya Um, kebetulan ada klien Sulthan sedang dirawat di sini, jadi sekalian mampir siapa tahu Ida sudah boleh pulang hari ini,” kilahnya sembari menatap Ida sekilas lalu membuang mukanya ke samping.Ida pun tahu kalau suaminya sedikit mencuri pandang, tetapi mungkin karena menjaga image nya, dia pun tak ingin terlihat kaku di mata Ida.Ida tersenyum setidaknya ada sedikit celah untuk dirinya bisa menaklukkan hati Sulthan yang sedingin es itu.“Terima kasih Mas, sudah mau datang ke s
Ida pun langsung memeluk dan mencium Baby Salsa dan menangis haru, terlebih lagi saat baby Salsa berceloteh memanggil Ida dengan sebutan Mamah.“Assalamualaikum Sayang?” ucap Ida sembari menatap wajah Baby Salsa yang semakin menggemaskan.“Mam-mam-ma!”“Mam-mama!”“Apa Sayang, Salsa panggil Mama?” tanyanya memperjelas.“Mam- mama!”Seketika Ida kembali menangis dan Baby Salsa tak henti-hentinya dihujani dengan ciuman bertubi-tubi dari Ida.Baby Salsa pun tertawa memperlihatkan gigi putihnya yang hampir lengkap. Sulthan hanya memandang keakraban ibu dan anak itu, dia pun heran mengapa Baby Salsa langsung dekat dengan ibu kandungnya, sedangkan dengan Sulthan Baby Salsa tidak ada satu pun kata yang berhasil dikeluarkan dari mulut kecil Baby Salsa.Sedikit ada rasa cemburu kepada mereka, tetapi karena gengsi akhirnya Sultan mengalihkan pandangannya keluar.Dia pun menuju kamar tidur untuk menyegarkan dirinya.Melihat Sulthan naik ke atas Ida pun ingin mengikutinya dari belakang.“Ummi, b