Pagi ini Mita bangun lebih pagi dari biasanya, demi menyiapkan pakaian milik Riko. Padahal sejak semalam, jas, kemeja, dan celana bahan milik suaminya sudah menggantung di bagian paling terlihat di dalam walk in closet.
Selesai membersihkan diri, Mita menghampiri Riko yang sudah membuka matanya, namun masih berbaring di atas tempat tidur.
“Selamat pagi, Kak. Ayo bangun! Baju kerjanya sudah Mita siapin.”
Riko membuka kedua matanya. Dari posisinya, ia bisa melihat penampilan Mita yang tampak segar dan cantik.“Kamu sudah mandi?”
Mita mengangguk. Beranjak menuju meja riasnya, ia mulai memoleskan krim wajah dan sedikit bedak seperti biasanya.
Riko tersenyum dan beranjak menghampiri sang istri untuk menghirup aroma strawberry yang menguar dari tubuh Mita.Mita menghentikan aktivitasnya sejenak. Melemparkan senyum ketika tatapannya bertemu dengan Riko dari pantulan cermin di hadapannya.“Aku mandi dulu, ya?” ucap Riko setelah melabuhk
Terima kasih dukungan dan antusias kalian. Aku akan terus memperbaiki tulisan di karya-karya ku sebelumnya. Jangan lupa baca Terjerat Cinta Sang CEO yang update juga hari ini.
Hai readers yang setia mengikuti cerita ini. Aku ucapkan banyak terima kasih atas dukungan kalian selama ini. Aku tidak pernah mengira jika cerita ini disukai banyak pembaca. Padahal aku sempat pesimis jika cerita ini bisa diterima oleh pembaca.Aku harap kalian bisa meninggalkan komentar ataupun ulasan bagaimana tentang cerita ini. Jujur saja, aku menjadi semangat update jika kalian meninggalkan respon berupa k komentar. Entah itu di bab atau di depan cover.Ah, ya. Kemungkinan aku akan menyelesaikan cerita Terjerat Cinta Sang CEO lebih dulu. Karena cerita itu hampir menuju ending.Semoga tanpa aku update beberapa hari ini kalian masih setia menunggu cerita ini ya, meski aku tahu menunggu adalah hal paling membosankan.Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk fans Riko dan Mita. Semoga kalian selalu diberkahi oleh Allah.Jangan lupa jaga kesehatan dan patuhi protokol kesehatan di tempat kalian masing-masing.Follow akun sosial medi
“Aku balik ke kantor lagi, ya? Kamu baik-baik di rumah.”“Iya, Kak. Hati-hati,”Riko memberikan kecupan di dahi istrinya sebelum masuk ke mobilnya untuk kembali ke kantor.Mita sendiri memilih masuk ke rumah dan masuk ke kamarnya. Menghempaskan bokongnya di sofa, sambil melepaskan sepatunya.Helaan nafas Mita kembali terdengar. Dadanya naik turun dengan detakan yang menggila.“Lebih baik aku mandi agar pikiranku lebih tenang,” gumam Mita seraya masuk ke kamar mandi.Selesai mandi, Mita merasakan lebih segar dan tenang. Tapi, ia tak bisa berbohong tentang keingintahuannya tentang wanita tadi. Apalagi respon sang suami yang tampak tak terkejut, berbeda dengan yang wanita itu berikan.Entah mengapa hati Mita terlalu peka untuk menangkap ada penyesalan di mata wanita itu.Apa mungkin ada hubungannya dengannya masa lalu?Tubuh Mita menegang tanpa bisa dikendalikan. Rasa takut menye
“Kakak!” seru Melissa dengan girang mendapati Riko turun dari mobilnya. Wanita itu melepaskan genggaman suaminya dan berhambur memeluk kakaknya.“Kenapa? Kangen sama kakak?” Melissa mengangguk kencang di pelukan Riko. Wanita yang kini telah menjadi istri Rendy itu menoleh ke arah sahabat sekaligus kakak iparnya.“Selamat pagi kakak ipar?” goda Melissa dengan lirikan geli.Wajah Mita merona dan juga geli secara bersamaan. Buru-buru ia menyembunyikan rona merah di kedua pipinya dengan satu deheman lirih.Melissa melepaskan diri dari pelukan Riko setelah ia merasa berhasil menjahili kakak iparnya. Kemudian ia beralih memeluknya.“Aku berangkat kerja dulu ya, Sayang?”“Iya, Kak. Hati-hati.” Sebenarnya Mita ingin dikecup keningnya. Tapi ia terlalu malu mengungkapkan di depan adik ipar sekaligus sahabatnya.Dan tanpa Mita tahu, Riko yang akan memberikan untuknya.Cup ...
“Nambah lagi, Kak?”“Enggak, Sayang. Ini udah cukup.”Bagas dan Dewi yang berada di sana, saling melemparkan senyum ketika pandangan mereka bertemu.“Besok kalian mesti ke butik lagi, loh,” ucap Dewi yang telah selesai dengan makan malamnya.Mita menoleh. “Kenapa lagi, Ma?”“Mencoba lagi gaun yang kemarin. Mama rasa ... badan kamu agak gemukan,” ucap Dewi dengan tatapan polos.Mendengar itu, Mita membulatkan mata. Melotot ke arah mamanya yang tampak tak menyadari perubahan raut wajahnya.“Mama,”“Kenapa?” tanya Dewi bingung. Wanita itu dengan polosnya menoleh ke arah Bagas. “Benar ‘kan Pa? Mita terlihat agak gemuk?”Bagas menoleh, melirik sejenak ke arah putri semata wayangnya yang memerah. Pria itu tersenyum sebelum berkata.“Sepertinya iya,”“Tuh ‘kan,” Dewi tersenyum penuh k
Seorang pria terbahak-bahak mendengar serentetan cerita tentang masa kecil yang lucu menggemaskan.“Ha ha ha ... itu lucu sekali, Sayang. Bagaimana bisa kamu ketinggalan di tempat pengisian bahan bakar?”Riko masih betah tertawa sambil memegangi perutnya tanpa memperhatikan raut muka sang istri yang berubah masam.“Terus-terusin aja ketawanya!” Mita membaringkan tubuhnya yang lelah dan menarik selimut. Memunggungi pria yang berstatus suaminya.“Sayang,” Tangan Riko terulur meraih lengan Mita. Mencoba menarik wanita itu untuk menghadap padanya.Pria itu tak akan bisa tidur jika diberi punggung.“Masih mau tertawa?” sinis Mita. Wanita itu kesal karena suaminya menertawakan pengalaman masa kecilnya sejak 30 menit yang lalu.“Enggak,” jawab Riko cepat sambil menggelengkan kepalanya. Namun sialnya dorongan untuk tertawa tak mampu ia tahan.Tawa itu kembali menye
“Bagaimana keadaannya dokter?” tanya Riko panik. Dokter dengan name tag, Ariani, yang selesai melakukan pemeriksaan USG, meletakkan transduser dan menoleh ke arah Riko yang mengernyit. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Pak. Istri Anda hanya perlu banyak istirahat dan menjaga pola makan, karena ada kehidupan baru di dalam rahimnya. Beliau sedang hamil, Pak,” ucap sang dokter ramah. “Ha-hamil?” Ucapan Riko terdengar seperti pertanyaan yang membuat dokter muda itu bingung. “Iya, Pak. Usia kandungannya berusia 4 minggu,” ucapnya penuh keyakinan. “Selamat ya, Pak. Nanti akan saya resepkan vitamin dan obat pereda mual,” imbuhnya. Riko tertegun. “Kalau begitu saya pamit. Tolong dijaga pola makan dan emosinya, Pak. Ibu hamil akan mudah tertekan dan mengalami penurunan nafsu makan drastis.” “Baik, Dok, terima kasih,” ucapnya kemudian. Untuk beberapa saat lamanya, Riko hanya termenung dengan tubuh membeku. Tak ada niatan
Riko mengumpat berulang kali saat jalanan malam ini macet.“Sial!” Riko memukul kemudi dengan kedua tangannya.Sejak tadi, firasatnya begitu buruk ketika nomor ponsel istrinya tidak bisa dihubungi.Beruntung, papa mertuanya mengabari jika istrinya baik-baik saja dan sudah berada di rumah.Sesampainya di rumah, Riko yang baru saja pulang terlambat, tak mendapati sang istri menyambutnya. Bahkan hingga ia masuk ke kamar, pria itu tak juga mendapati keberadaan Mita.“Ke mana dia?” gumam Riko seraya melepaskan sepatu dan pakaian kerjanya, sebelum masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan diri.Ceklek ...Sesaat Riko belum menyadari bahwa sang istri sudah berada di dalam kamar. Tepatnya di walk in closet, menyiapkan pakaian untuknya.“Eh, Sayang?” pekik Riko kaget.Seperti biasa, Mita meraih tangan Riko dan mencium punggung tangannya. Namun, ketika pria itu akan mencium dahinya, Mita seolah m
Mita hanya mampu terpaku melihat suaminya dipeluk oleh wanita lain, yang hingga kini masih terisak.Ya, setelah menerima telepon dadakan di ponsel suaminya, Mita segera bangun dan membersihkan tubuh seadanya. Pergi ke rumah sakit untuk memastikan keadaan Alyssa.“Maafkan anak saya ya, Nak,” ucap wanita lima puluh satu tahun, yang tak lain adalah mamanya Alyssa.Mita memaksa untuk tersenyum, meskipun itu sangat sulit.Memangnya wanita mana yang bisa melihat suaminya memeluk wanita lain?Apalagi kejadian itu tepat di depan matanya sendiri.“Tak apa, Nyonya. Saya bisa mengerti,” jawab Mita susah payah.“Hati kamu baik sekali, Nak. Terima kasih,” ucapnya tulus.Mita kembali menampilkan senyum yang tak sampai mata. Bohong jika dia tak merasa keberatan. Namun, melihat wajah sayu wanita paruh baya yang berada di sana, mengetuk hati nurani Mita untuk merelakan. Meskipun ia harus menahan seribu jarum