Dominic yang sudah dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun itu tidak kunjung berhenti mengganggu Chalondra yang sedang sibuk menghubungi Bryan dan Heidy. Dia menelepon Bryan dan mengatakan kalau dia bertemu Heidy di antara tamu dan mereka memutuskan pergi dari sana. Sedangkan ke Heidy, dia lagi-lagi meminta pertolongan sahabatnya itu untuk membantunya jika orangtuanya menelepon. Tidak lupa dia juga mengajari skenario seperti yang dia ucapkan ke Bryan tadi.
Semua kebohongan ini demi... Dominic. Laki-laki yang telah berhasil mempengaruhi hidupnya, merusak nalar dan juga logikanya dan merubahnya dari gadis lugu menjadi gadis pemberani dan serba penasaran. Laki-laki yang merusak keperawanan mata dan tangannya dengan tidak segan-segan menunjukkan seluruh tubuhnya di hadapan Chalondra seperti sekarang ini.
"Dad, awas dulu ih! Junior Daddy itu nyundul-nyundul mulu tau!"
"Udah belum teleponannya?" Dominic menghisap leher belakang Chalondra dengan cukup keras. By the wa
Chalondra bangun dan terkejut mendapati Heidy ada di ranjang yang sama dengannya. Chalondra shock! Dia langsung bangun dan memeriksa dirinya. Sudah berpakaian lengkap. Siapa yang memakaikan baju ini padanya? Sepertinya ini baju Dominic. Lantas dimana laki-laki itu?"Hei gila!!! Udah bangun kamu?!" Heidy menyapanya dengan sedikit kesal.Chalondra yang masih linglung akibat baru bangun, tidak langsung merespon Heidy."Chalondra Calya Ellordi! Kamu sepertinya mau mati ya!!" Heidy tiba-tiba menyerang Chalondra dengan menjewer telinga gadis yang masih sedang mengantuk itu."Eh Dy, Dy, Dy... sakiitttttt. Kamu kenapa sihhhhhhhhhh...!" Chalondra terpaksa bangun dan terduduk di kasur.Heidy pun melepaskan tangannya. Masih dengan menatap geram pada Chalondra, dia ikut duduk di hadapan sahabatnya itu. "Kamu tanya kenapa? Kamu udah nggak virgin, Chalondra!"GLEK!!!!!Wajah putih Chalondra semakin pucat. Apakah Dominic memberitahu Heidy??"Ng
Chalondra kini sudah berada di rumah. Tadi sandiwaranya dengan Heidy kembali berjalan lancar. Tepat saat Amber melakukan video call ke handphone-nya, saat itu pula dia sudah berada di dalam mobil Heidy yang akan mengantarkannya pulang. Sungguh, semesta begitu mendukung perbuatan buruknya.Chalondra melanjutkan tidur saat dia kembali sendirian di rumah. Namun, suara dering handphone di sebelah kepalanya membangunkannya dengan terpaksa.My Sugar Daddy.Sejak bangun dan mendapati Heidy ada di kamar Dominic tadi pagi, Chalondra sudah sangat kesal pada sugar daddy-nya itu. Dia belum memberi kabar sama sekali. Apakah Dominic tidak berpikir kalau Heidy bisa saja membocorkan tentang hubungan mereka pada orangtuanya? Bisa-bisanya kepikiran memanggil Heidy dan membuat sahabatnya itu tau kalau mereka sudah melakukan hubungan suami-istri sepanjang malam."Apa, Dad?" jawabnya tak berselera."Sayang, Daddy kangen kamu. Kok nggak ngasih kabar apa-apa dari
Dominic gusar. Sudah sampai malam hari nomor Chalondra masih belum aktif. Apakah anak kecil itu masih tidur? Sampai jam tujuh malam? Impossible! Dominic sudah sangat rindu. Bayangan malam erotis mereka kemarin masih belum bisa hilang dari ingatannya. Bahkan masih begitu lekat bercokol di dalam otaknya. Setiap lekuk tubuh kekasih kecilnya, setiap inci kulit tubuhnya yang putih bersih, setiap desahan dan rintihan Chalondra yang seksi, setiap rasa yang mereka rajut saat mencapai klimaks secara bersamaan.Fix, Dominic tidak bisa memungkiri lagi. Dia sudah jatuh cinta. Bukan hanya sekedar ingin menjadi sugar daddy dan Calondra adalah sugar baby-nya. Dia bahkan tidak tau bagaimana bisa seorang gadis kecil bisa menakluklan hatinya. Kecantikannya kah? Tidak juga. Masih lebih banyak wanita dewasa di sekelilingnya yang parasnya melebihi Chalondra. Body Chalondra juga bukan tipe body yang big size. Tapi... Dominic nyaman setiap kali bersama gadis kecil itu. Chalondra yang masih delapan b
Heidy mengendarai mobilnya dengan hati yang berbunga-bunga. Barusan notifikasi transferan dari Dominic sudah masuk ke ponselnya. Hahhh, sering-sering saja Chalondra ngambek, supaya dia dapat uang secara cuma-cuma lagi. Lumayan untuk membayar uang kuliah.Kemudian pesan lain pun menyusul. Pesan dari Mami yang biasanya mengatur jadwal kencannya. Untunglah Chalondra sudah bersama Dominic. Kebetulans sekali dia mendapat klien dadakan. Uang besar. Hahhhh, ada apa dengan hari ini? Kenapa dia tiba-tiba seperti ketiban durian runtuh?Sementara itu di apartemen Dominic....Tadi pria itu memutuskan untuk berbicara dengan Chalondra di apartemennya saja. Ketimbang mengobrol di dalam mobil dan berujung pada melakukan tindak maksiat di sana."Mau minum apa, Cha?" Dominic masih belum mengeluarkan kata sapaan 'sayang'-nya sejak tadi. Sebelum Chalondra yang memulainya, dia akan menahan diri. Dia menghargai gadis yang mengaku masih kesal kepadanya itu. Selama di da
Dominic membuka dalaman Chalondra dengan sekali tarik. Gadis itu memekik malu. Astaga, tadi kan dia sedikit terangsang dengan skin ship mereka berdua, apalagi pas melihat terongnya Dominic. Miliknya pasti sudah basah sekarang. Bagaimana kalau pria itu melihatnya?Dominic tidak sungkan langsung membuka kedua paha Chalondra lebar-lebar. Dia ingin melihat hasil dari perbuatannya malam kemarin lusa. Saat bagian sensitif Chalondra terpampang di hadapannya, Dominic langsung mengerang lemah. Ohhh, so beautiful."Sayang, kamu basah karena apa ini?""Daddddd... bisa nggak usah diperjelas? Aku malu, Dad. Udah, Daddy mau ngapain di situ?"Chalondra tidak memungkiri jika dia semakin bergairah saat Dominic tepat berada di depan kemaluannya. Amsyongg! Dia sendiri bisa merasakan miliknya berdenyut sekarang. Apakah Dominic akan menyadarinya?"Mana yang sakit, Cha?" tanya Dom polos."Ya itu, Daddy. Masak aku harus jelasin? Barangnya udah ada di depan m
Cakrawala Paper…Semenjak peristiwa kecerobohan Brandon yang mengakibatkan lepasnya Daily You dari perusahaannya, laki-laki berwajah dingin itu seperti menghukum dirinya dengan bekerja tidak kenal waktu. Janjinya pada ayahnya, Chris, untuk mencarikan pengganti, seperti sebuah gentleman agreement yang harus dia wujudkan secepatnya. Disamping itu omset penjualan yang menurun secara drastis jelas-jelas mempengaruhi kestabilan finansial perusahaan. Dana oprasional bahkan sudah harus mendapat supply dari anak perusahaan Cakrawala Group yang lain. Brandon sangat malu.Saat ini, saat jam dinding di ruangannya sudah menunjukkan pukul sepuluh malam pun dia masih berkutat dengan database di system kantornya. Dia sadar ini adalah kesalahannya, jadi dia tidak membebankan manajer-manajer dan SPV untuk ikut lembur semalaman bersamanya di kantor.Brandon melepas kacamatanya dan meletakkannya di atas meja. Sudah satu jam dia mengutak-atik program namun belum ketemu yang se-potensi
Dominic tidak ikut treatment. Dia hanya menemani Chalondra sambil memeriksa pekerjaannya di tablet. Dom sengaja memilih therapist yang sudah berusia senja. Selain pijatannya sudah pasti lebih oke, Dom tidak ingin nanti therapistnya justru lebih perhatian kepadanya ketimbang pasien yang sedang dia pegang. Bukan bermaksud tinggi hati, namun itulah kenyataannya. Dominic sudah pasti jadi pusat perhatian dimana pun dia berada. Dan biasanya therapist yang lebih muda sering melakukannya.Sesekali dia melihat Chalondra yang merem melek lantaran terlena dengan pijitan-pijitan di seluruh tubuhnya. Pria itu tersenyum senang. Jika sekarang Chalondra sudah dibuat nyaman dan kembali bugar, itu artinya sesi jacuzzi mereka akan berjalan dengan panas nanti. Dominic mengulum senyum sambil menatap tabletnya."Jangan gila, Dad..." desis Chalondra yang melihat sugar daddy-nya senyum-senyum sendiri."Biarin..." balas Dom cuek."Miris banget aku jatuh cinta sama om-om gila..."
Flashback hari Minggu sebelumnya... Pagi hari, sekitar pukul delapan, Reina sedang bersiap untuk menghadiri arisan alumni kampus ibunya yang kebetulan diadakan di rumah orangtuanya sendiri. Dia juga mengajak Dominic dan laki-laki itu mau tidak mau harus ikut lantaran diminta langsung oleh ibunya. Satu hal yang masih harus disyukuri Reina, sekalipun Dominic membencinya, pria itu masih bisa diajak kompromi untuk bersandiwara untuk menunjukkan kalau rumah tangga mereka baik-baik saja. Setidaknya, ayah Reina yang sedang sakit-sakitan tidak akan kepikiran tentang dia. Yaa… meskipun setelah itu Dominic akan kembali seperti orang asing setelah mereka pulang ke rumah. Saat sudah berada di dalam mobil dan siap untuk berangkat, Dominic tiba-tiba mengingat bahwa dompetnya tertinggal di ruang tamu. Dia pun kembali masuk ke rumah dengan tanpa membawa ponselnya yang dia letakkan begitu saja di atas kursi. Saat itulah, Reina mendapati sesuatu yang disembunyikan oleh Dom, suaminya.