Share

BAB 3 - Kesialan itu tiba

Tyaga sengaja memarkirkan mobilnya agak jauh dari toko kue milik omanya. Dia tidak ingin oma nya tahu bahwa dia masih disana. Karena tadi dia sudah berpamitan untuk segera pulang karena sedang ada janji.

Sedangkan dia masih harus menjalani misi konyolnya untuk mengikuti gadis ‘taruhannya’ seharian ini. Agar dia bisa mendapatkan celah untuk bisa mendekatinya.

Hari sudah berganti malam, tyaga tahu jam shift terakhir di toko kue. Setelah melihat omanya pergi bersama sopir keluarga, tyaga kembali memarkirkan mobilnya di depan toko kue. Bisa habis dia jika oma nya tahu kalau dia berbohong. Apalagi tadi dia jelas - jelas menolak saat diminta untuk dekat dengan bianca.

Gengsinya itu benar - benar tak tertandingi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tyaga akhirnya melihat bianca keluar dari toko kue dengan rambut yang sudah dia kuncir asal ke atas. Sempat terbesit rasa iba saat melihat wajah lelah gadis itu.

Wajah yang memang benar - benar cantik bahkan tanpa make up dan sedang lelah itu.

Bianca berjalan menuju ke arah halte di depan ruko, sepertinya arah rumahnya searah dengan arah ke kampus mereka. Tyaga dengan kesabaran penuh kali ini menanti bianca menaiki angkutan umumnya. Karena tadi sore dia sudah menghabiskan dua gelas coklat dingin dan juga 3 potong kue dengan rasa berbeda.

Saat bianca mulai menaiki angkutan umum, tyaga langsung menjalankan mobilnya untuk mengikuti kemana gadis itu pergi. Perjalanan tidak terlalu lama, karena tiba - tiba bianca turun di halte sebuah kawasan yang tidak pernah tidur.

“Apa yang sedang dia lakukan disini ?” tyaga merasa aneh saat memperhatikan langkah bianca yang berjalan ke arah sebuah bar disana.

Tanpa pikir panjang, tyaga langsung memarkirkan mobilnya dan berjalan ke arah bar yang tadi bianca masuki.

Seperti sebelumnya, dia mengamati sekitar dan tidak menemukan sosok gadis yang dia cari.

‘Jangan bilang dia juga kerja di tempat seperti ini.’ batin tyaga tak menyangka kehidupan seseorang akan sesulit ini.

Saat tyaga memilih duduk di depan meja bartender, dia memesan segelas wine. Tapi matanya terus mengamati sekitar.

Dan…

Seorang gadis dengan pakaian pelayan muncul dengan gaya yang berbeda. Kali ini ada sedikit polesan makeup di wajah cantik itu, bahkan rambutnya juga sedikit berbeda karena bagian bawahnya dibuat ikal.

‘Gadis gila!’ maki tyaga.

Dia terus mengamati kemana bianca pergi sambil membawa buku menu atau mengantarkan pesanan.

“Pesanan meja nomer 10.” kata bianca tepat di sebelah tyaga yang sedang mengalihkan pandangannya ke arah lain saat tahu gadis itu berjalan ke arahnya.

Tadi dia mengira jika aksi penguntitnya ini ketahuan, tapi ternyata bianca sedang menyampaikan pesanan.

Jangan tanya apakah banyak pria yang menggoda bianca. Hal semacam itu tentu saja terjadi. Dengan wajah cantik dan tubuh proporsional seperti itu pasti menarik banyak pria untuk mengajaknya berkenalan. 

Lalu apa bianca mau ?

Jawabannya adalah tidak. Tentu saja. Dengan sikap angkuh dan wajah super tak bersahabatnya itu cukup melindunginya. Dengan sedikit tatapan galak saja pria yang mengajak bianca berkenalan bisa mundur sempurna.

“Pelayan cantik.” panggil segerombolan pria yang mungkin seumuran tyaga sambil melambaikan tangan ke arah bianca.

Langsung saja bianca mengambil buku menu ke arah meja dengan wajah angkuhnya dia datang. Setelah memberikan buku menu, bianca berdiri sambil menanti pesanan.

“Duduklah, mungkin kami akan lama.” kata salah seorang pria itu sambil menepuk kursi kosong disebelahnya. Bianca tak bergeming dan seakan menulikan telinganya.

Bianca masih setia menunggu pesanan sambil berdiri.

“Jika sudah selesai memilih, silahkan panggil saya kembali untuk mencatat pesanan.” kata bianca sopan, lalu beranjak pergi.

Tapi sebelum terlalu jauh melangkah, pergelangan tangannya di cekal oleh seseorang dari pria tadi.

“Kenapa terburu - buru. Duduk aja bareng kita, nanti kita pasti pesen kok.” katanya sambil menarik paksa bianca agar duduk di kursi sebelahnya.

Bianca hanya menolehkan kepalanya dengan pandangan siap membunuh pria yang berani menarik tangannya itu. Saat dia mencoba menghempaskannya, justru bianca ditarik dengan keras agar terduduk di kursi sebelah pria itu.

Saat berhasil terduduk, teman - teman dari pria itu tertawa seakan mendukung teman mereka melakukan sikap seperti itu pada bianca.

Tangan bianca masih digenggam sangat erat oleh si pria, sedangkan tangan sebelahnya sudah dipakai untuk memeluk bahu bianca.

“Kau sangat cantik. Untuk apa bekerja sekeras ini, hmm. Kau bahkan bisa mempergunakan kecantikanmu dan juga tubuhmu ini.” katanya kali ini sambil mengelus pipi bianca dengan tatapan penuh nafsu.

Bianca merasa jijik mendengar semua ucapan pria - pria brengsek seperti segerombolan pria yang menjadi tamu di tempatnya bekerja. Dia pun membuang mukanya ke arah lain.

Mendapat penolakan seperti itu membuat pria itu dan teman - temannya tertawa mengejek, seakan bianca tidak cocok bersikap seperti itu pada mereka.

“Kau bisa mendapatkan banyak uang hanya dengan menggunakan wajah dan tubuhmu.” bisik pria itu lagi.

“Benarkah ?” kali ini bianca bertanya dengan wajah berani dan senyuman manisnya.

“Tentu saja.”

“Pekerjaan apa itu ?”

“Menghangatkan ranjangku.” bisik pria itu tepat di telinga bianca.

“Apa kau bisa ?” tanya pria itu lagi. Sedangkan bianca hanya tersenyum.

Tak jauh disana tyaga juga memperhatikan semua yang bianca lakukan bersama pria asing. Tadinya dia ingin menolong gadis itu karena sepertinya pria - pria itu ingin mengganggunya. Tapi sebelum tyaga berdiri, dia justru melihat bianca ditarik duduk dan sepertinya dia sudah biasa melakukan hal seperti ini. Apalagi kali ini dia melihat gadis itu sedang tersenyum setelah mendapatkan bisikan dari pria di sebelahnya.

‘Dasar gadis murahan!!’ maki tyaga.

Sudah cukup rasanya aksinya menjadi penguntit hari ini. Dia harus segera mengakhiri taruhan tidak jelas ini, karena gadis yang menjadi taruhan mereka benar - benar hanyalah gadis murahan. Tanpa taruhan pun siapa saja bisa mengencaninya.

Tidak peduli jika nantinya dia harus diejek oleh kedua sahabatnya. Masalah villa mungkin bisa mereka bicarakan lagi.

Tyaga pergi dari bar itu begitu saja, meninggalkan bianca yang sebenarnya sedang dalam kesulitan.

Setelah tyaga pergi. Sikap para pria itu pada bianca semakin menjadi - jadi.

“Berapa yang bisa kau bayar ?” tanya bianca dengan nada angkuh seperti biasanya.

“Kau butuh berapa ? Aku bisa membayarmu berapapun asalkan sesuai dengan ‘servis’ mu.” bisik pria itu lagi, kali ini tangannya mulai meraba paha bianca.

Tapi sebelum tangan itu sempat menyentuh paha miliknya, bianca menghentikan tangan itu sambil meremasnya dengan keras. Terdengar teriakan kesakitan pria itu, hingga menarik banyak perhatian pengunjung lainnya.

“Kau bilang ingin membayarku ? Begitukah ?”

KRAKK!!

Terdengar suara remukan sesuatu benda disertai teriakan pria itu lagi.

“Gunakan dulu tanganmu dengan benar!!!”

Lalu…

PLAKK!!!

Terdengar lagi suara tamparan dan juga teriakan marah pria itu.

“Gadis brengsek!!” maki teman - teman si pria itu marah.

Aksi bianca ini menarik banyak perhatian, bahkan teman kerja bianca sudah menghampirinya.

Salah satu teman pria itu berdiri lalu menjambak rambut bianca begitu saja. Teman pria itu semakin marah saat melihat bianca tidak bereaksi apa - apa saat rambutnya dijambak sedemikian rupa oleh tenaga seorang pria.

“DASAR SIALAN!!!” maki pria itu lagi sambil mengayunkan tangannya untuk menampar bianca.

Gadis itu langsung refleks menutup matanya. 

Tapi sebelum semua itu terjadi, salah satu teman kerja bianca menahan tangan pria itu.

“KAU!!!” maki pria itu lagi.

“Kita bisa bicarakan baik - baik.” kata teman bianca yang bernama lutfan. Sejak tadi sebenarnya dia ingin segera membantu bianca, tapi manajer mereka melarang karena tamu itu merupakan tamu VIP mereka.

“Bicara baik - baik kau bilang ? Apa kau tidak melihat temanku kesakitan seperti itu ?”

“Tapi tidak mungkin teman kami melakukan hal seperti itu jika tidak diganggu.” bela lutfan.

“Kau tidak lihat bahwa dia sendiri tadi tidak ada masalah dan duduk bersama kami, hah ?”

“Bukankah kalian yang memaksa ?”

“Kau gila ?!? Kami memaksa gadis murahan seperti dia ?”

“Apa kau bilang ?” bianca tidak bisa diam lagi.

PLAKK!!!

Satu tamparan lagi melayang ke teman pria itu. Jambakan di rambut bianca pun semakin di eratkan hingga kepala gadis itu mengikuti arah tangan si pria.

“KALIAN SEMUA HARUS GANTI RUGI!!” maki pria itu sambil terus meringis kesakitan. Saat itu juga sang manajer datang dan menarik bianca begitu saja.

“Kau harus minta maaf, bi.” bisik sang manajer.

“Aku tidak melakukan salah apapun.”

“Tapi mereka tamu VIP kita.”

“...” bianca tak bergeming.

“Bi…. aku mohon, jika kau begini aku tidak bisa menolongmu lagi.” kata sang manajer dengan wajah cemasnya.

“Kau ingin ada karyawanmu yang lain diperlakukan sepertiku ? Begitukah ?” tanya bianca tak percaya.

“Kalian sudah selesai berbicara ? Aku ingin pegawai kalian ini menganti rugi!!” kata si pria dengan nada marahnya.

“Bi…” sang manajer menyenggol lengan bianca.

“Aku tidak mau!!” bianca langsung menolak.

“Kalau begitu kita selesaikan di kantor polisi.” mendengar hal itu semua wajah teman - teman bianca menjadi panik.

“Bi… aku mohon.” bianca hanya menggeleng.

“Baiklah!! Ayo ikut kami.” si pria tadi menarik paksa tangan bianca keluar dari bar. Bianca mencoba melepaskan tarikan itu, berulang kali dia mencoba menghempaskan tangannya tapi genggaman itu terlalu kuat.

“Tunggu!!!” panggil lutfan membuat si pria dan teman - temannya berhenti.

“Mungkin kalian membutuhkan video ini untuk melaporkan gadis itu.” katanya sambil memutar ulang video CCTV yang sengaja direkam menggunakan ponselnya.

Sejenak bianca terdiam sambil mengamati video itu, dia pikir lutfan akan benar - benar memberikan video untuk membuat pria itu menjebloskannya ke penjara.

Tapi ternyata itu adalah rekaman yang sangat menguntungkan bianca.

Si pria dan teman - temannya itu diam membeku melihat semua itu. Tak disangka salah satu teman gadis yang tadi mereka lecehkan melakukan hal berguna. Mereka melupakan keberadaan kamera CCTV yang letaknya tepat menghadap meja mereka.

Tangan bianca dihempaskan dengan kasar. Lalu dengan wajah tak sukanya, pria itu mengancam “Jika aku kesini lagi dan kau belum memecatnya, akan aku pastikan bar itu akan sepi dalam waktu satu minggu!!” begitu katanya.

Sang manajer ketakutan setelah mendengar hal itu. Semua kerja kerasnya dipertaruhkan disini. Jika dia mempertahankan bianca mungkin dirinya yang akan di pecat, tapi jika dia memecat bianca mungkin omsetnya akan menurun. Karena memang selama ini keberadaan bianca lah yang menarik banyak pengunjung.

Sikap angkuh bianca disertai wajah cantiknya itu ternyata berdampak besar, walaupun begitu tidak pernah ada kejadian seperti ini. Selama ini tidak ada yang mencoba melecehkan bianca. Biasanya pria - pria yang datang kesana hanya ingin melihat bianca atau pun berusaha berkenalan saja. Tak pernah sekalipun ada yang mencoba berbuat lebih.

“Bi… maafkan aku. Tapi sepertinya aku harus memecatmu.” kata sang manajer dengan berat hati langsung di depan segerombolan pria tadi.

Bianca hanya terbengong tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

“Baiklah.” kata bianca setelah itu beranjak pergi dari sana secepat mungkin.

Lutfan melihat punggung gadis yang disukainya dengan perasaan iba. Selama ini dia tahu bagaimana kondisi keuangan bianca, walaupun gadis itu tidak pernah menceritakannya pada siapapun. Diam - diam dia mengikuti dan mencari tahu sendiri.

Sulit rasanya mendekati bianca padahal mereka setiap hari mereka bertemu. Karena selama ini pun bianca memang tidak terlihat berteman dengan siapapun.

“Bi… kau baik - baik saja ?” tanya lutfan saat menyusul bianca ke ruangan tempat loker karyawan berada.

“Apa menurutmu aku akan baik - baik saja setelah dipecat ?” jawab bianca dengan nada dingin.

“Maafkan aku karena nggak bisa bantu banyak.” kata lutfan penuh penyesalan.

“...” bianca tidak menjawab. Dia sedang membereskan semua barang bawaannya yang ada di loker miliknya.

Lutfan hanya memperhatikan sambil terduduk di kursi dekat pintu.

Setelah bianca selesai, dia langsung keluar dari ruangan itu tanpa memperdulikan siapapun.

“Bi… maafkan aku.” ucap sang manajer dengan penuh penyesalan.

“Sudahlah, kau memang harus menyelamatkan hidupmu sendiri.”

“Maafkan aku, bi.”

“Aku baik - baik aja. Dan berhentilah menatapku dengan tatapan itu, aku membencinya.”

“Aku pamit.” kata bianca lagi.

Sebelum pergi, bianca sempat melewati lutfan.

“Dan kau… terima kasih karena sudah membantu.” katanya lalu pergi begitu saja.

Hari ini benar - benar ditutup dengan hilangnya satu pekerjaan bianca. Sebenarnya dalam hatinya dia sangat kesal. Selama ini dia bersusah payah bekerja, bahkan harus sampai semalam ini. Tapi semua usahanya hancur karena pria kaya dan brengsek yang tidak bisa menghargai pekerjaan orang lain.

Bianca duduk di halte dengan wajah lusuhnya. Dia menggenggam erat semua barang bawaan dan buku kuliahnya. Ingin rasanya berteriak dan menangis sekencang - kencangnya, tapi dia harus menahannya. Tidak ada yang boleh melihatnya saat lemah seperti ini, apalagi sampai merasa kasihan kepadanya. Bianca membenci hal itu.

‘Kemana lagi aku harus mencari pekerjaan. Kenapa harus terjadi hal seperti ini.’ batin bianca meronta.

Tanpa dia sadar ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status