"Bagaimana Morgan, apa kau menemukan alamat gadis itu?"
"Maaf Meneer, aku kehilangan jejaknya semenjak dari kafe kemaren."
"Dasar payah, perempuan cupu itu aja kau masih kerepotan, masa iya bisa kehilangan jejak, bukannya kemaren saat dia pergi kau langsung mengejarnya?"
"Saya juga tidak habis pikir Meneer, tiba-tiba dia menghilang."
"Kau pikir dia hantu apa, pakek menghilang segala hah?"
"Maksud saya, saya rasa dia bersembunyi Meneer, hampir setengah jam saya berputar-putar dan menelusuri kesetiap lorong dan tetap tidak menemukannya."
"Pokoknya saya nggak mau tahu, dalam 24 jam kau harus menemukan siapa perempuan itu!"
Tut! Tut! Tut!
"Dasar orang kaya, maunya seenak jidatnya, coba aja cari sendiri belum tentu nemu juga tuh perempuan, memang hampir sama kayak hantu, tiba-tiba ngilang tanpa jejak." Morgan ngedumel sendiri sambil menyalakan mesin mobilnya untuk menjeput Ibra di Mansion.
Flashback
"Houuuufff, akhirnya aku bebas dari mereka, kalau tidak tamat sudah riwayatku." Sambil menghela napas lega dan perlahan keluar dengan mengendap-endap dari persembunyiannya disebuah kontainer berukuran sedang dan dalam kondisi tidak terkunci disebuah lorong.
Sialnya setelah keluar dari persembunyiannya Nata merasakan lengket di ujung rambutnya, ternyata itu adalah bekas permen karet yang sengaja ditempel setelah habis rasa manis nya, kemungkinan itu ulah nakal orang-orang yang lewat disana, ada-ada saja.
Setibanya di apartemen, Nata berusaha segala cara untuk melepaskan karet yang menempel di rambutnya, tetap saja hasilnya nihil.
"Oh Tuhan, karma apa ini Tuhan, kenapa aku jadi kesulitan begini?" Ratapnya.
Nata terus memandang wajahnya di kaca hias yang sudah tersedia di sana. Termasuk rambut yang selama ini dia biarkan panjang dan kembang, euh sangat norak, namun tidak untuk Nata. Akan tetapi mau tak mau Nata harus mengurus rambutnya.
Nata sengaja menunggu habis waktu Maghrib setelah itu berniat kesalon terdekat dari apartemen nya. Nata pun kesana dengan berjalan kaki, menurutnya tidak terlalu berbahaya kalau dia berjalan sendirian mengingat para pejalan kaki dan kendaraan yang masih ramai.
Nata pun tiba disalah satu salon hair&spa yang sebelumnya ia dapatkan dari pencariannya di geogle.
"Selamat malam nona, ada yang bisa kami bantu untuk anda?" Sapa salah satu resepsionis disalon dengan ramah.
"Malam, saya ingin potong rambut," Jawab Nata singkat.
"Baik, tolong beri tanda pengenal anda nona, kami akan meregistrasi kunjungan anda."
Nata pun mengeluarkan tanda pengenalnya dan menyerahkan ke resepsionis tersebut.
Tidak lama nama Nata pun dipanggil, dan di tuntun oleh resepsionis ke sebuah ruangan.
Setelah masuk Nata sempat terpukau dengan yang dia lihat, ruangan yang sangat besar dan terdiri dari puluhan pelanggan dengan masing-masing pekerja salon yang berdiri di belakang mereka yang sedang melakukan berbagai treatment sesuai request pelanggan.
Nata kikuk dengan yang dia lihat, dia merasa minder sendiri.
"Apa aku salah masuk kesini ya, semuanya tidak ada yang potong rambut, malah ada yang pasang bulu mata, sulam alis kayak dibilang orang-orang, warnain rambut, medicure, pedicure bla-bla ahkh." Nata jadi kikuk sendiri.
"Nona silahkan duduk." Kata salah satu karyawan disalon yang ternyata adalah manusia separo matang (banci).
"Eh iya."
"Kita mulai dari mana nona, anda cantik sekali nona, sepertinya kita harus memperbaiki rambut anda, bagaimana nona?" Sambil memegang dan menggulung rambut Nata, pria banci itu memperhatikan Nata dari ujung rambut hingga kaki dengan seksama.
"Terserah anda saja, pertama saya ingin kamu melenyapkan karet yang menempel dirambut saya, maksud saya kamu cukup potong rambut saya aja!" Perintah Nata.
"Tapi kalau hanya potong rambut saja tidak cukup nona, anda sebaiknya nya mencoba pelayanan kami yang lain. Kebetulan kami ada promo akhir tahun dan nona punya kesempatan untuk itu."
"Emang promonya apa aja, boleh saya lihat-lihat dulu?"
"Tentu saja, sebentar nona, saya akan ambilkan brosurnya sebentar." Karyawan salon pun bergegas mengambil sebuah brosur dari etalase yang tidak jauh dari kursi Nata.
Nata pun membaca dan melihat model-model rambut beserta riasan make up satu persatu di brosur beserta tarif dan diskonnya.
"Hmm, lumayan kalau diliat harganya berbanding antara seratus hingga dua ratus ribu lebih mahal dari Indonesia." Gumam Nata.
"Bagaimana nona coba yang ini, menurut saya nona lebih cocok dengan riasan dan gaya rambut yang ini." Karyawan itu menyarankan Nata menunjuk gambar pilihannya untuk Nata.
"What, apa ini tidak berlebihan? Apa anda seorang karyawan atau pelajar nona?"
" Saya mahasiswa Pascasarjana dari Indonesia."
"Pantes anda cantik, umumnya orang Indonesia cantik-cantik." Karyawan separo matang itu mencoba memuji Nata dan sedikit berbincang-bincang dengannya.
"Apa benar seperti itu, tapi saya liat diri saya biasa-biasa aja, nggak ada yang menonjol."
"Karena anda belum menyadarinya, makanya saya sarankan agar anda ikuti treatment yang lagi promo ini Nina, kebetulan anda juga mau potong rambut."
"Baiklah saya setuju, kalau begitu lakukan yang terbaik, aku percayakan pada anda!"
"Assiaap nona."
Hampir dua jam kemudian dengan mata yang masih terpejam karena ditempelkan potongan timun pada matanya. Akhirnya Nata pun terbangun, setelah karyawan salon menepuk-nepuk bahunya.
"Maaf saya tertidur, apa sudah selesai?" Sambil kembali duduk dari pembaringan di kursi tempat dirinya melakukan treatment.
"Maaf nona, ini memang memakan sedikit waktu, tapi sudah hampir selesai kok, tinggal bagian rambut anda yang akan kita keringkan."
Nata menatap wajahnya di kaca salon setelah karyawan salon melepaskan potongan timun di matanya.
Nata tidak percaya dengan yang ia saksikan dikaca saat ini.
"Itu anda nona, anda sangat cantik dan tentu saja tidak sulit untuk saya merubah anda." Puji pegawai salon puas dengan hasil make over nya.
"Rambut saya jadi lurus begini, bukankah saya tidak meminta anda untuk mencatoknya."
"Saya hanya mencatok tanpa memberi obat catok nona, hanya meluruskannya karena saya rasa itu tidak perlu,tapi terserah pada anda setelah ini apakah akan mencatoknya dengan obat catok agar tahan lama atau tidak, tapi menurut saya tidak usah Nina, dan maaf ya nona kalau rambutnya tidak sepanjang sebelumnya."
"It's ok, nggak masalah, saya suka kok."
Pegawai itu pun tersenyum puas dengan hasil treatmentnya begitu juga dengan Nata yang tidak menyangka dirinya bisa disulap jadi cantik seperti ini.
Nata baru saja selesai mandi dan melaksanakan sholat wajib. setelah selesai mandi semenjak kembali dari salon. Nata melepas lelah dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur sambil membaca pemberitahuan dari kampus tentang jadwal materi besok. Nata pun tak lama tertidur.Keesokan hari di Mansion milik si Ibra tampan."Bagaimana Morgan, apa kau menemukan gadis itu?""Maaf Meneer, sepertinya aku minta waktu untuk mencari gadismu itu Meneer." Dalam hati sebenarnya Morgan mengejek Ibra karena tergila-gila pada gadis cupu yang tak berguna seperti Nata. Itu menurut Morgan."Apa alasan mu bilang kalau dia gadisku?" Tentu saja Ibra tidak senang dengan nada bicara Morgan barusan."Tidak Meneer, maksudku bukankah belakangan ini saya punya misi untuk melacak informasi tentang wanita itu, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bahwa kita tidak mengenal namanya, bagaimana kita melacak tentang dia Meneer.""Sudah, tidak usah mencari alasan, kalau saya tahu naman
Boby dan Janet beserta Nata memilih meja paling depan dengan memesan masing-masing menu pilihannya. Ketiga anak muda itu tengah asyik menikmati makan siang mereka.Sementara di meja paling pojok lima puluh meter dari meja mereka, Ibra dan Morgan pun sedang menikmati makan siangnya."Sejak kapan gadis itu berubah?" Ibra teringat Nata di potongan burger terakhirnya."Nah itu dia Meneer, saya juga nggak habis pikir, dan apa kita tidak salah orang?""Salah orang kepalamu?" Sambil menjitak jidat Morgan."Awww, kira-kira dong Meneer kalau otak saya beku ntar siapa yang mau ngasih info-info akurat buat Meneer?" Sambil mengusap-usap jidatnya."Hah, otakmu kan memang sudah lama beku kan?" Sambil meraih gelas yang berisi orange jus favorit nya, Ibra pun menyeruputnya hingga habis. Saat ditegukan terakhir dengan gelas yang masih di mulutnya, tanpa sengaja matanya pun berkelana keseluruh arah. Tiba-tiba Ibra terbatuk dan minuman yang hampir tertelan habis dal
Setibanya di mansion setelah mengantar Ibra, Morgan pun pamit untuk kekantor dengan mengendarai mobil nya yang sengaja diparkir saat Ibra memerintahkannya untuk mengendari mobil Ibra.Ibra dengan langkah pasti seperti selesai menemukan angka keberuntungan, dia masuk keruang kerja tempat biasa kemudian membuka laptopnya.Ibra pun membuka jejaring sosmed, baik Instagram maupun Twitter dan Facebook.Usaha Ibra pun tak sia-sia setelah menemukan Nata di Facebook, karena sebelumnya baik instagaram maupun Twitter dia tidak menemukan gadis itu."Dasar cupu, hmm tapi dia cantik dan pintar juga, sampai dikirim kesini." Sambil menggaruk-garuk dagunya. Ibra terus menggeser deretan foto yang ada di album milik Nata. Ibra hanya bisa senyam-senyum melihat foto-foto nata cupu.Telepon genggam Ibra bergetar, dia melihat nama Brenda di sana. Lalu meletakkan kembali handphonenya nya. Tidak lama kemudian bergetar lagi, namun kali ini yang masuk beberapa chatingan Watts App
"Kita belum berkenalan Nona, nama saya Aliando Erkan, boleh saya tahu nama anda?" Aliando pun mencoba membuka suara setelah pelayan itu pergi membawa catatan pesanan mereka."Saya Brenda, kekasih Ibrahim Sagar." Jawabnya singkat.Brenda masih jengkel dengan kejadian yang menimpanya beberapa saat lalu. Dan dia sengaja membiarkan Aliando mengajaknya hingga sampai ke Kafe tempat dimana mereka sekarang."Saya mengerti anda sedang ditimpa masalah saat ini. Maaf bukan maksud saya ingin mencampuri urusan anda, tapi seperti yang saya lihat sepertinya Tuan Ibra tidak peduli lagi pada anda."Brenda pun menoleh kepada Aliando dengan mata menyelidik."Apa anda mengenal Ibra?"" Tentu saja saya mengenalnya, dia merupakan rekan bisnis saya juga." Jawab Aliando."Apa anda kesana ingin bertemu Ibra juga Tuan Aliando?" Brenda pun terpancing untuk memulai pembicaraan." Awalnya sih iya, tapi setelah melihat anda disana akhirnya saya memutuskan unt
Nata terlihat gugup saat melihat dirinya dikaca salon tempat yang dia datangi sebelumnya. Entah kenapa Nata masih memilih karyawan salon separo matang itu untuk merias dirinya, namanya ternyata Roderick.Roderick menyarankan Nata untuk menggunakan dress cream selutut, dan sepatu Cath coklat kemudian membiarkan rambut kembangnya terurai, namun sebelumnya sudah di blow dan ditata seapik mungkin oleh Roderick. Kemudian dengan make up ringan dan lipbalm pink. Hanya penampilan ringan tapi berhasil membuat Nata menjadi sangat cantik.Setelah menerima pengumuman dari profesor Thomas, bahwa nanti malam seluruh mahasiswa Pascasarjana di kelas Nata diminta untuk hadir diacara peresmian kerja sama pihak Erasmus dengan perusahaan Sagar corp dibidang properti dan edukasi. Tentu saja menjadi sebuah kehormatan bagi seluruh mahasiswa, belum genap seminggu menimba ilmu di Erasmus mereka sudah diundang untuk mengenal perusahaan ternama dan jajaran nya.Sore itu sekitar p
Disebuah kamar nan megah, dengan dekor dan furniture bernuansa Eropa, kedua pasangan tak halal itu masih meringkuk dibalik selimut, keduanya masih terlelap dengan kondisi tanpa busana dan saling berpelukan. Mentari pagi mulai menyeruak menembus jendela dan memancarkan kilau nya ke wajah Ibra. Ibra pun menggeliat dan terbangun. Namun apa, saat mengangkat tangannya dia merasa ada yang menghimpit dan menahan tangannya. Ibra pun membuka mata dengan paksa, rasanya dia baru saja tertidur setelah pergulatan panjang bersama Nata semalam. Ibra membelalakkan mata setelah apa yang ia lihat, disebelahnya, ya siapa lagi kalau bukan si gadis yang ia anggap cupu dan saat ini tidur memeluknya kemudian menyingkap sedikit selimutnya, dan tanpa busana.dengan tubuh tanpa busananya menempel erat di dada Ibra. "Oh God, apa yang kulakukan padanya?" Ibra mencoba menetralisir perasaan dan emosinya. Tidak lama tubuh Nata bergerak dan dia pun mencoba menggeliatkan tubuhnya. Ras
Mobil melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya menuju kediaman Ibra. Kondisi Ibra membuat Morgan berinisiatif membawanya ke mansion. "Meneer, kita sudah sampai, apa kau tidak ingin turun dan beristirahat?" Pertanyaan Morgan seolah dia tahu kalau Ibra semalaman tidak tidur melainkan sedang melakukan pergulatan panjang. "Apa kau sedang menertawai ku Morgan?" Ibra terpancing dengan bahasa Morgan yang penuh selidik itu. "Tidak Meneer, saya hanya bermaksud agar anda segera mandi lalu sarapan dan setelah itu, yaa menurut saya anda lebih tahu apa langkah anda selanjutnya untuk masalah ini." Ibra berlalu tanpa menggubris apa yang dijelaskan Morgan padanya. "Morgan, terima kasih sudah membantuku." Tiba-tiba Ibra membalikkan badannya sebelum membuka pintu kamarnya, dan mengucapkan terima kasih pada Morgan. "Sudah tugasku Meneer, oh ya sebelumnya saya juga minta maaf tanpa izinmu di event semalam, saya terpaksa mewakilkan anda di panggu
Pagi ini setelah satu bulan berlalu, semenjak Cinta satu malam antara Ibra dan Nata di Hotel Slaak. Dikediaman Ibra, Mansion mewah yang dikolaborasi dengan nuansa Dubai dan Eropa itu seluruh anggota keluarga berkumpul. Tuan Allard dan Nyonya Barend berserta kerabat lainnya sengaja berkunjung membezuk Ibra yang terbaring lemah akibat kurang cairan.Sudah hampir seminggu ini Ibra mengalami mual dan muntah, setiap yang ia minum dan makan akan keluar lagi, tentu saja semakin hari Ibra semakin lemah dan sudah seminggu ini pula seluruh tanggung jawabnya di kantor di cover oleh Morgan. Untung saja Morgan dengan cekatan berupaya semaksimal mungkin agar semuanya berjalan semestinya.Seluruh keluarga sempat bingung dengan penyakit yang diderita oleh Ibra. Begitu juga dengan dokter Frans, sebagai dokter menurutnya Ibra seperti mengalami emesis gravidarum atau yang biasa kita dengar morning sickness. Dan biasanya itu hanya diderita oleh wanita hamil di trimester awal kehamilan.