**Jantung Aletta rasanya mau meledak saat melihat Satria berjalan mendekat ke arahnya. Gadis itu menelan ludahnya dengan rasa gugup bercampur takut.“Enggak, Al. Jangan sampai kelihatan gugup. Tenang ... bersikaplah biasa. Jangan buat dia curiga,” batin Aletta menyemangati dirinya sendiri.Satria menghentikan langkahnya saat jaraknya lumayan dekat dengan Aletta. Lelaki itu terdiam sebentar. Wajahnya seperti tidak asing. Satria merasa pernah melihat wajah itu. Beberapa menit dia berfikir, akhirnya dia berhasil mengingatnya. Gadis di depannya ini
Tangan Satria mengepal kuat. Dugaannya selama ini memang benar. Aletta yang sudah mengiriminya surat belakangan ini. Bukti rekaman CCTV yang dikirimkan Kevin semalam, yang mengarah ke kelasnya itu jelas memperlihatkan Alettalah yang memberinya surat selama ini.“Dasar gadis kuda poni! Awas aja ya, lo!” kecam Satria seraya tancap gas melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju sekolah.Sesampainya di halaman sekolah, Satria langsung melangkahkan kaki-kakinya dengan cepat menuju kelas XI IPS-2. Kelasnya Aletta.***Bruk!“Mana temen lo?!” sentak Satria setelah sampai di kelasnya Aletta dan berdiri tepat di depan meja Kanaya. Gadis itu terlonjak kaget bukan main den
***‘Aku mencintaimu dengan tulus.’‘Tanpa perduli seburuk apapun sikapmu, sejahat apapun kamu, perasaan ini tidak bisa aku hilangkan ....’‘Aku percaya. Kelak suatu saat nanti kamu yang di sana akan bisa melihat itu.’‘Tetapi, hari ini aku sadar. Semua itu cuma omong kosong. Cinta yang selama ini aku perjuangkan, aku dambakan bahkan aku impikan ternyata hanya menimbulkan luka dan sakit.’‘Aku mengaku kalah, Satria.’‘Aku menyerah ....’‘Harusnya aku sadar sejak awal. Bintang yang bersinar terang di langit memang hanya diciptakan untuk dipanda
Setelah bertemu dengan Raka tadi di rooptoof, Aletta langsung berjalan tergesa ke kantin menyusul Kanaya seperti yang dijanjikannya tadi. Namun, beberapa menit kemudian, Kanaya mengiriminya chat dan mengatakan jika dirinya sudah kembali ke kelas. Aletta mendengus. Dia lalu menggerakkan tangan membalas chat dari Kanaya lagi. Bruak! Di tengah jalan, Mauryn beserta gank-nya menabrak Aletta sampai tersungkur ke lantai koridor. Sebenarnya bukan itu yang membuat Aletta terbelalak dengan wajah kaget. Pasalnya, karena tabrakan tadi, handphone di genggamannya terjatuh dan kemungkinan langsung rusak seketika mengingat handphone-nya itu bukan handphone mahal dengan kualitas tinggi. “Ups ... jatuh deh. Makanya, kalau jalan hati-hati.” Sudah biasa bagi kelas unggulan meremehkan kelas lain. Apalagi kelas IPS seperti Aletta. Sangat tidak mungkin bagi Mauryn meminta maaf sekalipun yang salah di sini adalah dirinya. Aletta mengepalkan tangannya. Emosinya sedang tidak
Aletta benar-benar terkejut. Bahkan, nyaris menjatuhkan mangkuk kosong bekas mie ayam yang hendak dia berikan pada penjaga kantin, saat Satria tiba-tiba datang di hadapannya.“Lo bisa minggir gak?” tanya sinis Raka. Masalahnya Satria menghadang dirinya dan Aletta yang ingin menemui Ibu kantin untuk membayar makanan mereka tadi.Satria tak menjawab. Bahkan, meliriknyapun tidak. Netra matanya terfokus hanya pada satu orang. Aletta. Ya, Satria memandangi Aletta dengan raut tajamnya tanpa kedip, membuat gadis itu seketika menunduk antara takut dan gugup.“Ikut gue!” Satu kalimat yang tegas dan tak ingin dibantah Satria lontarkan pada Aletta. Gadis itu terbelalak. Seketika dia terperanjat ka
Aletta memicingkan matanya saat Mauryn CS tiba-tiba berada di depannya dan menghadang jalannya. Aletta menghela nafas kasar. Dia malas kalau harus berurusan dengan mereka sepagi ini.“Minggir!”Mauryn menyeringai.“Bawa dia!” titahnya. Sedetik kemudian, masing-masing tangan Aletta sudah dicekal kuat oleh Katya dan Silla.“Kalian apaan sih? Lepasin gue!” sentak Aletta berusaha memberontak. Mauryn lagi-lagi menyeringai. Dia lalu mengisyaratkan pada kedua temannya tadi untuk membawa Aletta pergi dari koridor tersebut. Semua pasang mata yang entah sejak kapan menonton mereka berdua kompak meringis. Bagaimanapun juga, kemarin Aletta sudah secara tak langsung mempermalukan Mauryn. Itu sama artinya Aletta sudah mencari masalah dengan Singa betina di sekolahan ini. Tidak ada yang berani membantu, tidak ada yang berani melapor, semua orang di sana hanya bisa diam. Beberapa diantara mereka ada yang merasa prihatin pada Aletta dan
“Kira-kira si Mauryn mau ngapain tuh anak, ya? Kasihan sih, tapi mau gimana lagi? Kalau kita ikut campur, entar dikira berkhianat sama teman sekelas sendiri,” ucap Zain. Dia dan Kevin juga ikut menyaksikan kejadian langka di koridor tadi. Tadinya mereka heran kenapa tiba-tiba Mauryn mencari masalah dengan anak IPS saat di koridor tadi, tapi setelah beberapa anak lain memberitahu mereka perihal kejadian kemarin, Zain dan Kevin mengerti. Baru kali ini ada siswi anak IPS pula, berani melawan seorang Mauryn. Jelas saja Mauryn tak akan tinggal diam. Tak lama kemudian, Satria masuk ke kelas. Dia duduk di kursinya dengan santai sambil memegang handphone. “Eh, Sat. Lo darimana aja? Ah, lo udah ketinggalan kejadian menghebohkan tadi,” celetuk Kevin. Satria melirik sekilas. Berita apapun itu, dia sama sekali tak perduli. “Bener tuh, Sat. Tahu gak? Ada cewek anak IPS yang ngebentak Mauryn, lho,” ujar Zain. “Bukan cuma ngebentak, katanya sih dia juga berani ngela
“To–tolong!” Aletta melambai-lambaikan tangannya ke permukaan. Dadanya sesak karena banyaknya air yang masuk melalui hidungnya. Dalam upaya Aletta berteriak minta tolong, dia sempat melihat sekilas seseorang di ujung sana. Satria. Orang itu seperti Satria.“Aletta!” teriak Raka yang langsung berlari secepat kilat mendekati kolam dan ikut menceburkan diri di sana, menyelamatkan gadis itu.“Al, lo gak papa, 'kan?” tanya Raka setelah berhasil membawa Aletta ke permukaan. Gadis itu menggeleng dengan seragam basah kuyup dan tubuh menggigil. Matanya mengarah ke ujung sana dan ... benar! Itu memang Satria. Lelaki itu berdiri seraya menatapnya datar. Aletta tersenyum miris dalam hati. Dia benar-benar bodoh karena sekelebat sempat membayangkan jika