Share

Mulai curiga

"Silv, pulang sekolah kamu ada acara nggak?". Kata ruben setelah itu memasukan batagor ke dalam mulutnya. Saat ini mereka berdua sedang berada di kantin karena jam istirahat sedang berlangsung.

"Hmm,,saya mau pergi sama ayah. Memangnya kenapa ben?". Amara menyeruput jus alpukat yang telah ia pesan sebelumnya.

"Niatnya gue mau ajak lo jalan. Tapi ya sudah kalau lo ada acara. Kapan kapan aja kalau lo senggang". Ruben menyandarkan dagunya di kedua telapak tangan di atas meja.

"Iya boleh". Jawab amara singkat.

'saya ingin mencari senjata saya yang jatuh di gang semalam. Semoga benda itu masih berada disana'. Amara tidak tenang jika benda itu belum ketemu.

*Flashback on

Selesai membersihkan diri setelah melaksanakan operasi penyergapan tadi, amara teringat akan senjata apinya yang terjatuh ketika melawan lima pelaku penyerangan yang mengeroyok dirinya.

'Astaga, senjata saya masih ada di sana. Semoga tidak ada yang menyadarinya'. Batin amara merutuki dirinya kenapa dia bisa lupa dengan benda sepenting itu.

Amara bergegas menelepon AKP budi selaku pimpinannya tentang kejadian yang menimpanya semalam termasuk senjatanya yang terjatuh. Tapi tidak dengan kejadian memalukan bersama valdo tentunya. Apa kata pimpinannya jika ia mengetahui hal itu.

AKP budi langsung memerintahkan Iptu wahyu untuk menemani amara untuk mencari senjatanya. Sepulang sekolah, mereka akan bertemu di halte dekat lokasi penyergapan semalam.

*Flashback off

Iptu wahyu sedang duduk di halte dengan menggunakan pakaian casual menunggu kedatangan amara yang masih mengenakan seragam sekolah.

"Kamu memang masih cocok banget pakai seragam itu amara". Goda Iptu wahyu yang membuat amara mengerucutkan bibirnya.

"Ish...saya merasa berdosa tau nggak. Kesannya jadi kayak nggak inget umur". Amara sudah berada di depan Iptu wahyu.

"Tapi bener loh,,kamu itu imut. Jadi pakai seragam begini tetap cocok".

"Udah ah, saya udah kenyang makan gombalan setiap hari. Belum dari anak anak SMA. kalau tahu identitas asli saya, mereka pasti terkejut". Amara dan wahyu tertawa membayangkan jika hal itu benar benar terjadi.

"Ya udah ayo kita cari senjata kamu. Semakin cepat ketemu makin bagus kan". Ajak wahyu berjalan menuju arah penyergapan semalam. "Dimana lokasinya?".

"Di dalam gang yang itu". Amara menunjuk sebuah gang kecil yang tak jauh dari lokasi penyergapan.

"Serius kamu sampai ngejar para pelaku sampai sini?". Wahyu menatap heran ke arah temannya. punya nyali besar juga amara, padahal jika diliat siang hari saja lokasi itu terlihat sangat tidak bersahabat. Apalagi kalau malam.

Setelah sampai, mereka mulai mencari senjata api milik amara yang terjatuh. Sudah satu jam mereka menyisir lokasi tersebut, tapi tidak menemukan keberadaan senjata yang jatuh semalam.

"Duuh, kok nggak ada ya. Saya yakin semalam saya menjatuhkannya di sekitar sini. Lokasi waktu saya berkelahi saja disini". Amara frustasi dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Coba kita cari sekali lagi, jika tidak ketemu juga kita harus melaporkannya segera". Amara mengangguk tanda setuju.

Berkali kali mencari tetap tidak ketemu. Amara benar benar frustasi. Apakah setelah ia menjatuhkan senjatanya, masih ada orang lain yang datang kesini dan mengambilnya. Ah tidak, semoga kalaupun ada yang mengambilnya senjata itu tidak salah dipergunakan dan dikembalikan ke pihak yang berwajib.

Mereka berdua memutuskan kembali, karena setelah berjam jam mencari tidak juga menemukan 'benda itu'. Tak terasa sore menjelang, amara dan wahyu berjalan menyusuri trotoar jalanan ibukota yang mulai ramai karena jam pulang kerja.

"Silvie...". Panggil seseorang dari arah belakang membuat amara menoleh ke sumber suara.

"Eh ruben...ada apa? Kamu kok bisa ada disini?". Ruben berlari kecil menghampiri amara dan wahyu.

"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain disini? Masih pakai seragam sekolah pula. Bukannya tadi lo bilang ada acara sama ayah kamu?". Ruben melihat sekilas ke arah wahyu.

"Oh...iya...tadinya begitu. Tapi ternyata ayah ada rapat mendadak. Jadi sebagai gantinya, sepupu saya yang menemani. Ngomong ngomong kenalin, ini wahyu. Sepupu saya". Amara mengenalkan wahyu sebagai sepupunya.

"Wahyu...".

"Ruben...".

"Kalau gitu, kami duluan ya. Saya takut kelamaan nanti ayah bisa marah". Amara meminta izin untuk pamit.

"Oke... Sampai ketemu besok di sekolah silv".

"Iya...hati hati di jalan ruben". Amara melambaikan tangannya.

"Pasti".

VALDO POV

Setelah melihat silvie semalam pulang menaiki ojek online, saya bergegas menuju keramaian tempat yang katanya terjadi penyergapan oleh pihak kepolisian. Ternyata sudah selesai. Saya memutuskan untuk kembali ke gang tempat saya bertemu dengan silvie.

Saya penasaran, kenapa seorang gadis bisa berada di jalanan yang gelap itu sendirian di tengah malam pula.

Saya menyusuri jalanan gelap, terlihat bekas perkelahian yang sepertinya belum lama terjadi. Beberapa langkah dari sana, saya melihat sesuatu yang mengkilat sekilas. Karena penasaran, saya mendekati benda apa itu. Alangkah terkejutnya ternyata itu adalah senjata api. Dengan menggunakan alas, saya memutuskan untuk mengambil benda itu.

'Siapa dirimu sebenarnya silv'. Valdo memikirkan hal ganjil yang ia temukan.

Setelah sampai di kos, valdo meletakkan benda itu di dalam nakas kamarnya. Ia jadi semakin memikirkan gadis yang tiba tiba hadir membuat hidupnya jadi tidak tenang.

Sejak pertemuan pertamanya di taman, valdo sudah bisa merasakan sesuatu yang lain. Mata gadis yang terlihat percaya diri, ceria, pintar tapi menyimpan beban yang sangat berat membuat valdo terus memikirkannya. Itu bukan seperti tatapan seorang gadis sekolah, melainkan orang yang telah merasakan pengalaman tak terlupakan seperti dirinya.

'Gue akan mencari tahu siapa silvie sebenarnya'. Valdo bertekat di dalam hati.

***

"Pak, maaf. 'benda itu' tidak ada meski saya dan wahyu telah berulang kali mencarinya"

Amara segera melaporkan kehilangan senjatanya kepada AKP budi selaku pimpinannya.

"Begitu ya...kalau begitu kamu akan diberikan senjata baru tapi kamu harus menyelesaikan beberapa administrasi untuk mengurusnya".

"Baik... Terima kasih pak". Amara sedang berada di kantor polisi untuk laporan.

"Pak... Boleh saya mengajukan sedikit permohonan?". Amara memperlihatkan ekspresi seperti anak anjing yang ingin merayu pemiliknya.

"Permohonan... Apa itu?". Tanya AKP budi melihat keseriusan di mata amara.

"Bisakah kita berpura pura sebagai ayah dan anak? Kalau bisa dengan rumah tinggal". Amara tersenyum malu malu. AKP budi mengerutkan dahinya, lalu amara melanjutkan kalimatnya.

"Hanya untuk menciptakan alibi. Kalau saya benar benar pindahan dari semarang. Saya hanya meminjam wajah bapak untuk menjadi ayah saya. Bagaimana?".

AKP budi memikirkan hal yang diutarakan amara. Ternyata masuk akal juga. Akhirnya ia pun menyetujui ide tersebut.

"Baiklah... Saya setuju dengan ide itu".

"Terima kasih pak. Kalau begitu saya permisi". Amara merasakan kelegaan akrena atasannya menyetujui ide yang ia katakan.

Segera, gadis itu meninggalkan ruangan atasannya dan mengurus administrasi tentang kehilangan senjata api miliknya.

'kapan lagi kerja sambil ngerjain atasan. Hihihi'. Amara tersenyum sendiri dengan pikirannya.

***

Amara baru saja sampai di sekolah. Seperti biasa, ia datang lebih awal dibanding siswa lain. Lalu bergegas menuju taman. Berpikir mungkin dengan begitu ia bisa menemukan petunjuk suara misterius yang didengarnya tempo hari.

Tiba di taman, amara melihat kursi yang biasanya valdo duduki. 'Tumben ni anak belum datang. Biasanya sudah sampai duluan'.

Lama duduk di situ, siswa lainpun perlahan berdatangan. Ada yang langsung menuju kelas, tapi ada juga yang ke kantin dulu untuk sekedar sarapan.

Terdengar beberapa siswa yang lewat berbicara dengan kehebohan mereka sendiri. "Ya ampun, untuk gue dateng lebih awal ya. Beruntung banget bisa liat kak valdo di kantin". Seorang siswi berbicara dengan temannya.

"Iya gue juga. Nggak nyangka pagi pagi udah liat yang seger seger. Gue sampai nggak jadi lapar". Siswi lain menimpali.

"Coba tiap hari ya dia ada di sana. Aaaaaa". Teriak para siswi tersebut.

'heboh banget, ada apa sih'. Amara penasaran dengan obrolan beberapa siswi yang kebetulan sedang lewat. 'saya cek dulu deh'.

Amara berjalan menuju kantin, karena baru kali ini terjadi kehebohan di pagi hari. Ternyata alasan dibalik kehebohan itu adalah kehadiran valdo yang sedang duduk di kantin. Amara lalu berjalan mendekati valdo.

"Tumben kamu ada di sini".

Valdo yang sedang duduk sendirian, langsung melihat ke arah amara dan berkata, "Gue lagi nungguin lo"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bow Satriani
good job.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status