Dan malam itu Gery tak keluar rumah. Ia yang biasanya lebih suka menghabiskan malam di cafe atau studio langganannya untuk menghilangkan stres sehabis bekerja dengan main billiard dan minum-minum bersama teman atau para kolega bisnisnya pun harus mengalah dan diam di rumah untuk menanti jam makan malam bersama sang nenek tersayang.Sudah diduganya bahwa sang nenek punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan karena tak biasanya wanita itu memintanya makan malam di rumah. Ya, selama ini Nyonya Daphne memang memberikan kebebasan untuk Gery di malam hari karena seharian sudah menyetirnya selama di perusahaan. Wanita bijaksana itu tentu tahu bahwa pemuda seusia Gery pasti juga butuh waktu untuk sendiri, menikmati hidupnya sebagai pemuda tanpa kekangan dan pengawasan ketat dari neneknya.“Apa aku mengganggu rencana besarmu malam ini, Gery?” tanya Nyonya Daphne ketika mereka akhirnya berkumpul di ruang makan besar dengan meja lonjong besar nan mewah yang sayangnya hanya akan ditempati oleh
Telah beberapa hari ini Eve harus lembur hingga malam. Ia bahkan belum pernah dengar kalau karyawan baru di masa magang sudah boleh dipekerjakan hingga larut malam. Tapi karena tegasnya sikap Bu Jenny, ia tak berani membantah. Terlebih beberapa waktu belakangan memang dilihatnya wanita atasannya itu bersikap sedikit aneh terhadap dirinya. Sepertinya ada yang salah tapi entah apa.Meski menjalani hari-hari yang berat di kantor, Eve menganggapnya sebagai ujian saat magang. Mungkin Vinestra adalah tipe perusahaan yang menempa karyawan barunya di awal untuk menjadi pekerja yang tangguh sehingga langsung membebankan pekerjaan berat dengan jam lembur yang panjang. Mungkin saja memang itu cara mereka untuk mencari pegawai terbaik di antara yang terbaik, pikir Eve menghibur dan menyemangati dirinya sendiri.Dan ketika Bu Jenny semakin hari semakin bersikap buruk dengan menyalahkannya atas beberapa hal yang bukan salahnya sama sekali, Eve tetap bersabar.“Kenapa dia? Sepertinya sedang ada masa
“Tapi, Pak. Memangnya kenapa kalau saya merasa tertarik dengan Eve dan ingin dekat dengannya? Bukankah itu boleh-boleh saja asalkan tidak mengganggu pekerjaan saya?” tanya Dave akhirnya. Sungguh ia mulai heran dengan larangan yang barusan dikemukakan oleh sang bos. Mengapa pula ia dilarang keras mendekati Eve? Apa jangan-jangan? Pikirannya jadi melantur ke mana-mana.Mendengar protes dari sang asisten, Gery langsung berang. Dianggapnya itu adalah sebuah sikap pembangkangan yang disengaja.“Oh, jadi sekarang kau berani melawan perintahku, begitu? Padahal biasanya kau selalu mengiyakan apa pun yang kumau. Ada apa denganmu? Lihat kan kalau kau sudah berubah sejak mengenal gadis itu. Itulah sebabnya aku menyuruhmu menjauh darinya, Dave. Itu semua demi kebaikanmu sendiri!” sergah Gery bertahan dengan pendapatnya bahwa semua adalah salah Eve.Dave semakin curiga. “Selama ini saya menuruti segala perintah Anda karena memang patut untuk dituruti, Pak. Tapi untuk kali ini maaf kalau saya harus
“Oh, hai Eve. Aku baru saja membicarakanmu dengan Sofia,” sapa Nyonya Daphne yang menyambut kemunculan Eve di ruangannya.Wanita itu melirik ke arah jam di dinding yang belum menunjukkan angka jam istirahat bagi karyawan biasa, jadi ia mengira pasti Eve ada urusan mendesak lagi kali ini. Apakah Gery mempersulitnya lagi? Nyonya Daphne bertanya-tanya dalam hati.“Maafkan saya, Nyonya. Tapi saya harus kembali lancang datang ke sini karena Pak Gery lagi-lagi membuat masalah. Dia memecat asistennya hanya karena ketahuan sedang berbincang dengan saya sebentar tadi di koridor. Sungguh, saya rasa itu bukan kesalahan yang patut dihukum sebegitu beratnya, Nyonya.” Eve mencerocos mengadukan apa yang menjadi fokus tujuannya datang ke ruangan itu.Tampak Nyonya Daphne terkejut mendengar berita tersebut.“Astaga! Kenapa anak itu! Ya ampun,” keluh Nyonya Daphne kemudian. Ia sampai kembali mendudukkan dirinya di sofa untuk menenangkan diri sebab menurutkan emosi tidak akan baik untuk kesehatan jantun
Gery cukup marah ketika tahu bahwa lagi-lagi Eve mengadukan perihal pemecatan Dave kepada neneknya. Namun, belum sempat ia mengkonfrontir sang nenek yang dengan terlalu baik hatinya memberikan pekerjaan di divisi lain untuk Dave, ia sudah disibukkan dengan banyaknya pekerjaan yang ditinggalkan oleh sang mantan asisten.Sofia langsung mengingatkannya bahwa ia harus segera mencari asisten lain pengganti Dave. Dan wanita yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri juga oleh Gery itu malah dengan cueknya mengusulkan nama Eve. Sementara Nyonya Daphne hanya diam dan memperhatikan reaksi cucunya yang mondar-mandir bingung.“Bagaimana kalau Nona Eve saja yang diminta untuk menggantikan posisi Dave, Pak?” usul Sofia.Tentu saja Gery terperangah mendengarnya. “Astaga! Jangan pernah sebut nama itu di depanku, Sofia. Kalau tidak, mulai sekarang aku akan berhenti menganggapmu sebagai penasihat yang bijak!” tegur Gery sarkastik.Sofia mendesah panjang. “Tapi mencari seorang asisten yang kompeten t
“Siang Eve, mari silakan duduk. Aku sudah menunggumu,” jawab Nyonya Daphne.Eve menarik bibirnya tersenyum meskipun dalam dadanya masih berdebar kencang, ingin tahu apa sebenarnya keperluan Nyonya Daphne terhadapnya hari itu.Ia lantas duduk di hadapan sang Nyonya sambil berusaha keras menyamankan dirinya. Sofia segera datang kembali dengan membawa nampan berisi minuman dingin untuknya.“Terima kasih sekali, Bu Sofia,” ujar Eve seraya langsung menyeruput minumannya. Cukup memberikan kesejukan di tenggorokan yang diharapkan juga bisa mendinginkan perasaannya. Astaga, lain waktu ia harus berterima kasih secara khusus kepada Sofia karena wanita itu seringkali menyelamatkannya dari kondisi yang tidak nyaman bahkan tanpa diminta.Sejenak hening meraja. Nyonya Daphne sepertinya menunggu hingga Eve selesai menikmati minuman dinginnya baru kemudian ia bersuara.“Kau sedang sibuk di divisimu, Eve?” tanya sang Nyonya mengawali pembicaraan.“Yeah, lumayan banyak, Nyonya. Sesungguhnya Bu Jenni me
“Oh, astaga! Apa harus sekarang juga, Sofia?” tanya Gery sambil melempar pandangan tak sukanya pada kehadiran Eve di ruangan tersebut.“Tuh, kan. Kubilang juga apa, Bu. Dia pasti menolak keras,” ucap Eve lirih dari belakang tubuh Sofia.“Pak, ini perintah Nyonya Daphne. Lagipula saya rasa memang Anda membutuhkan bantuan Nona Eve saat ini juga. Lihat saja itu,” jawab Sofia seraya telunjuknya mengarah kepada tumpukan berkas yang memang baru saja diambil Gery dari ruangan Dave.Sedari tadi Gery sedang akan mencari data untuk presentasi di meeting mendatang tapi tak tahu di mana Dave menyimpannya. Alhasil, ia jadi harus mencarinya di antara seluruh tumpukan yang ada, tanpa petunjuk sama sekali. Dan hal itu membuatnya pusing sejak tadi! Ya, faktanya memang ia segera butuh bantuan. Tapi dari Eve? Ya ampun!“Kalau Anda keberatan aku bisa kembali ke Bu Jenni dengan sangat senang hati,” ujar Eve dengan berani sambil berharap dalam hati Gery akan mengiyakan hal itu.Gery lantas menoleh ke arah
Sore harinya sebelum jam pulang kantor, Nyonya Daphne sengaja mendatangi ruangan Eve untuk memberitahukan secara langsung undangannya.“Eve, bisa kau datang ke kediaman kami nanti malam?” tanya Nyonya Daphne setelah berada di ruangan sempit tempat kerja Eve tersebut.“Ap-apa, Nyonya? Ke kediaman Nyonya? Tapi untuk apa?” tanya Eve terkejut sekali mendengar undangan mendadak tersebut. Ayolah, pergi ke rumah Gery--bos yang dibencinya itu? Ogah sekali rasanya!“Aku mengundangmu untuk makan malam bersama kami, aku dan Gery. Kita rasanya butuh saling lebih mengenal satu sama lain agar bisa bekerja sama dengan jauh lebih baik,” jawab Nyonya Daphne yang ditemani juga oleh Sofia. Kali ini Sofia tidak mengatakan apa pun. Tapi jelas sekali bahwa wanita itu pun adalah salah satu penggagas rencana Nyonya Daphne tersebut.Otak Eve langsung berpikir keras mencari alasan apa yang bisa dipakainya untuk menolak undangan itu. Penolakan yang tidak akan membuat sang atasan yang sudah banyak membantunya it