Gibran langsung melumat bibir Alleta lembut.
"Aku rindu kamu, Hunny?!"
"A, em …." Gibran tidak membiarkannya untuk bicara. Ia kembali melumat bibir Alleta dalam.
Sebuah tangan terangkat dan masuk kedalam baju yang Alleta kenakan.
"Em!" Alleta langsung mendorong cukup kuat tubuh Gibran. "Bunny?!"
Gibran tersenyum, malu-malu.
"Maaf, Hunny. Aku tidak sengaja." ucapnya sambil menggaruk tengkuknya tidak gatal.
Alleta mengangguk.
Suasana canggung menyapa mereka berdua.
VagetozKEHADIRANMUSong :Hadirnya dirimuBerikan suasana baruKau mampu tenangkan akuDisaat risau dalam hatikuLembutnya sikapmuMeluluhkan hati iniTerbuai aku terlenaOleh dirimu ….Oleh dirimu ….Jantung Pun bergetarSaat engkau ada di dekatku
Sudah seminggu lamanya Gibran mengikuti masa karantina sambil menjalankan audisinya, Kini akhirnya mereka di kasih kesempatan untuk libur selama dua hari. Ada yang memanfaatkannya dengan berjalan-jalan. Ada juga yang hanya diam saja di rumah karantina. Sementara Gibran, dia menggunakan kesempatan itu untuk pulang melihat kondisi Ibu juga bapaknya, yang kata sang pacar, kalau bapaknya kembali sakit dan cukup parah dari sebelumnya. Gibran segera pulang dengan menaiki sebuah angkot yang lewat di sana, sampai ke persimpangan jalan menuju rumahnya. Disana, dia tersenyum tidak bisa menyembunyikan lagi rasa bahagianya.
Sudah pukul 5 sore, tapi mereka masih enggan untuk beranjak dari sana. Mereka terus menikmati momen berdua sambil menatap langit yang mulai berubah gelap. "Disaat seperti ini … aku rasanya ingin egois." Gibran yang berada di sampingnya menoleh cepat. "Aku tidak ingin ada satupun yang memisahkan kita." Gibran tersenyum dan menarik kepala Aletta, bersandar di bahunya. "Tunggu saatnya tiba, Honey. Aku ingin masa depan kita cerah. Aku tidak ingin melihatmu sengsara hidup bersamaku." Aletta tersenyum tipis. Matanya masih tertuju pada danau yang sedari awal mereka tidak bergeming sedikitpun.
Gibran menghentikan motornya di depan halaman rumah Aletta.Seorang wanita yang baru saja duduk di kursi teras rumah, langsung menyambutnya hangat. Dia tersenyum bahagia dengan kedua tangan membentang."Sudah lama?" tanya Gibran sambil menghampiri juga memeluknya.Aletta menggeleng. "Aku baru saja duduk," jawabnya dengan senyum tulus di bibir."Nak. Titip Aletta, ya," ucap Ibu yang baru keluar dari rumah.Gibran mengangguk. "Pasti, Bu. Kami berangkat dulu, Bu," ucapnya sambil menyalami tangan calon mertuanya."Hati-hati," ucapnya sambil mengelus kepala Gibran.
Gibran tersenyum sangat bahagia bisa mendapatkan banyak dukungan dari semua orang-orang yang dekat dengannya. "Terima kasih, ya Allah," batinnya dengan kedua tangan membasuh muka. Aletta melipat kedua tangannya di dada, dan melangkah mendekati Gibran yang tengah berbahagia. "Selamat, ya, Honey. Banyak orang yang berharap padamu," ucapnya seraya mengelus bahu sang pacar ikut berbahagia. Gibran menoleh dan tersenyum padanya. "Semoga aku bisa membanggakan semua orang yang sudah mendukungku." "Amin." Gibran membentangkan senyumannya, lalu mendekap tubuh Aletta, memeluknya sangat erat.
Gibran membawa Aletta masuk ke dalam resort tersebut. Disana ia memesan beberapa jenis makanan spesial untuk pacarnya.Hampir setengah jam lamanya mereka menunggu, akhirnya makanan tersebut pun tiba dan menaruhnya di atas meja mereka."Waw. Kamu pesan ini semua, Bunny?" Aletta sampe ngiler melihat semua makanan yang menggiurkan di depannya.Gibran mengangguk."Gak sia-sia kita menunggu, Bunny. Selain tatanannya cantik … ini juga sangat lezat," ucapnya setelah mencoba satu potong beef barbeque.Gibran membentangkan bibibrnya menjadi sebuah senyuman. Kemudian meraih satu garpu yang ada di atas meja.
Setelah selesai, mereka membawanya ke dalam, disimpan ditempat yang lembab, biar tidak layu besok pas dijual."Kamu makan duluan. Bapak mau bersihkan badan dulu," ucapnya seraya menyampirkan sebuah handuk di pundaknya.Gibran mengangguk. Dia berjalan menuju dapur, yang dimana ibunya tengah menata semua makanan disana."Bapak mana?" tanyanya sambil menuangkan satu gelas air putih, lalu diberikan pada Gibran."Bapak katanya mau mandi." Gibran menerima gelas tersebut, dan dia teguk sampai tandas isinya."Oo. Kamu makan dulu aja. Ibu mau beresin dulu perabotan," ucapnya seraya berlalu dari sana.Gibran
Gibran termenung di atas motornya. Sudah hampir 20 menit dia disana menunggu kedua orang tuanya, tapi mereka belum juga kelihatan."Aku berangkat aja kali, ya?" gumamnya seraya melirik jam yang melingkar di tangannya."Ah, iya. Aku berangkat aja." Gibran menghela nafas. Kemudian mengirim sebuah pesan pada Aletta, bahwa dia akan berangkat kesana sekarang.Sebelum pergi, Gibran menitip salam terlebih dahulu pada tetangganya, buat ngabarin kedua orang tuanya kalau dia sudah berangkat.Setelah itu, dia baru berangkat menuju rumah Aletta.Sepanjang perjalanan dia terus beriring, menyanyikan sebuah lagu yang akan ia nyanyikan nanti di cafe.