Pagi hari menyenangkan bagi Julius karena kehadiran Grace di hadapannya kali ini, ditambah memasakkan makanan untuknya. Kelemahannya semalam langsung hilang saat melihat Grace semalam dengan memeluknya erat, senyuman tidak pernah lepas dari bibir Julius membayangkan bagaimana nanti pernikahan mereka berdua jika benar-benar terlaksana. Grace dihadapan Julius tampak bingung dengan sikapnya saat ini dan hanya bisa menggelengkan kepala, memilih untuk fokus dalam makan dengan tidak peduli pada bagaimana Julius saat ini.
“Sayang” Grace menatap Julius dengan senyum tengilnya membuat menarik nafas perlahan “aku bakalan keluar kota deh urusan kerjaan.”
“Berapa lama?” Julius langsung menatap serius “Yusuf ikut?.”
Grace menggelengkan kepala “gantian dan sekarang memang waktu aku pergi, berapa lamanya Mbak Rachel bilangnya seminggu bahkan lebih.”
“Lama amat memang ngapain aja?” Julius tampak tidak suka dengan jawaban Grace.
“Ya kira kamu mau aku lama lagian mana enak ninggal Olla sama ibu bapak” Grace menampilkan wajah sedihnya.
Julius menghembuskan nafas untuk menenangkan diri agar tidak emosi “aku antar.”
Grace menggelengkan kepala “aku harus berangkat sendiri untuk ambil dananya karena semua diganti dan Mbak Rachel gak bolehin, jadi aku gak mau merepotkan.”
“Kalau gitu nanti malam kamu tidur sini sama Olla” Grace mengangguk pasrah.
Julius mengantarkan Grace sampai lobby kantor karena harus melanjutkan pekerjaan, Grace menatap mobil Julius yang menjauh hanya dengan gelengan kepala dan hembusan nafas panjang. Melangkah ke lantai tempatnya bekerja dengan berbagai macam perusahaan pasalnya malam ini dirinya harus tidur di tempat Julius, hal yang dilakukan setiap akhir pekan dan sekarang dilakukan saat hari biasa. Suasana ruangan selalu seperti biasa yang tampak tenang karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing, Grace melihat Rachel yang merupakan kepala di tempat ini tampak sedang berdandan. Grace sangat yakin jika hari ini akan menemui nasabah bersama Devina di luar kota meninggalkan dirinya dengan Yusuf, tapi jelas tidak mungkin karena Yusuf sudah pasti ada kegiatan lain.
“Bagaimana sudah diproses?” Rachel menatap Grace yang masih berdiri dan hanya mengangguk “kurang beberapa minggu lagi tapi kamu dinas di pusat, apa mungkin akan tercapai?.”
Grace mengangkat bahu “semoga saja.”
“Dapat dari Ramond?” Yusuf menebak dengan memberikan tatapan menggoda yang hanya diangguki Grace.
“Kita berangkat kalau ada apa-apa hubungi, jangan keluar yang gak penting” Yusuf dan Grace mengangguk “Grace siapkan dirimu untuk besok semua berkasnya nanti kalau aku pulang kita periksa bersama sebelum kamu berangkat”
“Ya, mbak.”
Rachel dan Devina keluar dari kantor bersama meninggalkan Yusuf dan Grace yang melakukan pekerjaan berbeda, Grace menyiapkan segala keperluannya untuk ke pusat lusa sedangkan Yusuf akan bersiap berangkat bertemu dengan nasabah. Mereka berbicara hanya seperlunya takut ada orang yang mendengarkan isi pembicaraan meski di kantor hanya berdua, karena office boy sedang membersihkan area lain. Pembicaraan yang terjadi lebih berkisar tentang target dan juga nasabah yang dimiliki dengan berbagai pertanyaan yang membuat pusing, Grace menatap Yusuf yang tampak kesusahan dengan barang bawaannya, Yusuf sendiri memutuskan menggunakan sepeda motornya ke tempat nasabah di mana kali ini adalah karyawan dari pabrik di mana otomatis membawa barang lebih banyak dibanding biasanya.
“Pakai mobil aku aja gimana?” Grace menatap Yusuf kasihan yang hanya dijawab gelengan kepala “ya udah hati-hati.”
Grace memanggil office boy agar membantu Yusuf sampai ke tempat parkir sepeda motor, berada di ruangan sendirian bukan berarti akan bersantai ria tetap ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Rachel meskipun dari luar tampak santai dan sabar tapi jika mengenai pekerjaan jangan berharap akan mendapatkan kesabaran, Rachel sangat professional dalam bekerja dan itu membuat semuanya merasa segan pada atasannya tersebut termasuk Grace yang selalu dingin pada orang.
Mengerjakan pekerjaan di ruangan sendiri memang tidak enak dan selalu Grace yang mengalami dibandingkan ketiga orang lain, Rachel sebagai kepala lebih sering menemani Devina dan Yusuf yang memang sebagai marketing sedangkan Grace sendiri menjabat sebagai customer service yang mencari nasabah dengan stay di tempat. Apabila ada Rachel di tempat biasanya dibantu tapi jika tidak maka yang menangani semua adalah Grace sampai orang tersebut mau untuk memasukkan dananya di mereka.
“Mbak mau makan apa?.”
Grace menatap jam yang ada di laptopnya “sudah waktunya makan siang, belikan yang biasa aja.”
Memberikan uang pada office boy untuk membelikan makan siangnya sedangkan Grace kembali disibukkan dengan pekerjaannya kembali, saat makanan datang dan diletakkan di mejanya tetap tidak disadari sama sekali. Ketika office boy berpamitan untuk menjalankan ibadah juga tidak di dengarnya, ponsel yang berdering menghentikan semua kegiatannya yang seketika membuat suasana hatinya menjadi semakin tidak baik di mana yang menghubungi adalah Julius. Semakin lama Grace semakin malas dengan Julius hanya saat ini merupakan uang berjalan membuat Grace sangat membutuhkan, meski Julius tidak menutupi targetnya tapi untuk kehidupan setiap hari Julius yang menanggung semua.
Berhubungan dengan Julius membuat Grace tidak mengeluarkan uang untuk biaya bulanan sekolah Olla, di mana sudah diambil alih oleh Julius belum lagi untuk kebutuhan bulanan Olla sudah menjadi tanggung jawabnya. Grace sendiri mendapatkan tidak sedikit karena Julius mencukupi semua kebutuhannya dari atas sampai bawah, posisi Julius di perusahaan yang tidak main-main membuat Grace tidak bisa melepaskan pria tersebut. Ponselnya berdering kembali dan tetap nama Julius yang muncul dengan berat hati Grace mengangkatnya karena jika tidak akan terus menghubungi hingga kelelahan, Julius hanya mengatakan bahwa saat ini berada depan sekolah Olla untuk menjemputnya dengan membawanya ke apartemen.
Julius dengan sikapnya yang dominan saat keinginannya ingin dipenuhi akhirnya hanya bisa membuat Grace mengangguk pasrah, beberapa kalimat mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja diucapkan saat Julius mengetahui jika dirinya sendirian. Grace tidak heran semua yang Julius dapatkan dari Yusuf di mana pastinya membuka tanpa sadar, Yusuf bukan pria yang menceritakan sesuatu dengan mudah tapi mudah dijebak dengan pertanyaan ketika kondisinya sibuk dan tadi adalah Yusuf dalam kondisi tidak ingin diganggu. Grace memutuskan panggilan menatap makanan yang ada di meja dengan segera menyimpan apa yang dikerjakan dan mengambil makanan untuk makan di tempat yang disediakan, meski tidak ada larangan makan di meja kerjanya tetap tidak membuat Grace nyaman. Setelah selesai makan kembali melanjutkan pekerjaannya karena batas waktu yang tidak lama membuatnya harus menyelesaikan tepat waktu, memeriksa kembali apa yang dikerjakan setelah mengirim ke Rachel melalui email
“Kok cepat?” melihat kedatangan Yusuf yang tampak lelah.
“Suruh ninggalin brosur karena beliau yang aku buat janjian sedang rapat dadakan dan entah kapan selesai, dari pada menitipkan brosur yang pasti tidak dimengerti lebih baik buat jadwal ulang.”
Grace mengangguk setuju dengan perkataan Yusuf tapi kemungkinan Rachel tidak akan menyukai alasan Yusuf ini, kembali fokus pada pekerjaan masing-masing hingga tidak menyadari jika waktunya pulang kerja jika saja ponsel Grace tidak berbunyi menampilkan Julius yang mengatakan perjalanan menuju tempat kerjanya, dengan segera membereskan pekerjaannya membuat Yusuf bingung lalu seketika melakukan hal yang sama.
“Bunda.”
Menatap Olla yang saat ini berada di belakang sambil sesekali bercerita dan membuat Julius tertawa mendengarkan Olla bercerita dengan beberapa kali menanggapi ceritanya, sedangkan Grace memilih memainkan ponselnya dengan membalas pesan dari Ramond. Suasana dalam mobil semakin ramai karena cerita yang Olla berikan mendapatkan tanggapan dari Julius, akhirnya Grace menghentikan kegiatan di ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas untuk ikut menghabiskan waktu bersama mereka. Grace memandang sekitar di mana Julius membawa mereka ke salah satu restoran all you can eat kesukaan Olla dengan seketika teriakan menggema di dalam mobil.Julius bersama Olla mengambil daging yang disediakan di salah satu tempat meninggalkan Grace seorang diri untuk menyiapkan makanan yang mereka ambil nanti, Olla datang bersama Julius meletakkan daging di atas meja kemudian berburu kembali meninggalkan Grace kembali. Grace hanya bisa menyiapkan pemanggangan bersama salah satu staf restoran, setelah pemangg
Milik Julius selalu memuaskan untuk Grace meski tidak sehebat Ramond tapi bisa memuaskannya sudah cukup ditambah uang Julius sama banyaknya dengan Ramond, Grace melepaskan penyatuan mereka perlahan dengan Julius yang tampak lelah entah berapa kali mencapai klimaks. Membersihkan diri di kamar mandi dan menggunakan pakaian untuk berjaga seandainya Olla tiba-tiba masuk ke dalam kamar, mengambil posisi di samping Julius untuk ikut masuk ke dalam alam mimpi setelah menutup tubuh tanpa busana Julius dengan menggunakan selimut.Bangun terlebih dahulu membuat Grace menghabiskan waktu memasak untuk mereka berdua yang bersiap dengan aktivitasnya, Grace tadi sudah mengirim buku pelajaran Olla hari ini beserta dengan pakaian dari rumah orang tuanya. Menatap hasil masakannya yang ada di atas meja dibarengi dengan dua pintu kamar terbuka menampilkan Olla dan Julius dengan wajah khas bangun tidurnya, Julius menghampiri Olla dengan menggendongnya menuju meja makan Grace tersenyum menatap mere
Menghabiskan waktu bersama Marcus ketika pagi hari dan berlanjut pada pulang kerja dengan berada di salah satu restoran yang berada di puncak atas dari gedung membuat Grace menatap takjub dengan semua yang ada, Marcus memberikan hadiah berupa kalung pada dirinya yang harganya tidak main – main karena dari merk ternama. Grace membelai kalung yang dipakainya setelah diantar pulang oleh Marcus, bukan hanya Grace yang mendapatkan tapi juga Olla dan kedua orang tuanya. Pertemuan terakhir dengan Marcus karena harus melakukan pekerjaan begitu juga dengan yang bersangkutan, tidak ada perasaan sedih sedikit pun karena Marcus tetap akan hadir jika dirinya membutuhkan bantuan dan akan tetap mengirimkan uang untuk Olla serta kedua orang tuanya.Menyiapkan diri untuk berangkat besok dengan jumlah pakaian yang banyak karena akan berada di sana cukup lama, email dari pusat mengenai segala kebutuhan telah dikirimkan semua listmya dan Grace hanya menunggu jadi. Menatap barang yang dibawanya me
Menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Ramond hingga membuat Grace tidak bisa berkata apa pun bahkan menolak sekali pun saat Ramond memintanya untuk membeli apa yang dia inginkan, dengan terpaksa dan hati bahagia di dalamnya Grace memilih satu tas kecil yang langsung dibayar oleh Ramond. Setelah dari brand tersebut mereka memutuskan untuk makan di restoran luar mall dengan membawa barang belanjaan, Grace tetap menggenggam tangan Ramond dan tidak berniat untuk melepaskannya sama halnya dengan Ramond.Berada di dalam kamar setelah seharian mereka mengelilingi mall dan juga makan di tempat mewah memang menjadi impian dari Grace, setidaknya bersama ketiga pria tersebut Grace bisa memenuhi kebutuhan hidupnya yang penuh kemewahan. Bagi Grace tidak masalah rumah kecil karena itu hanya rumah orang tuanya namun untuk rumah pribadi maka harus lebih besar dibandingkan rumah orang tuanya dan sejauh ini dari uang – uang yang mereka berikan sangat mampu membeli rumah te
Sarapan yang terlambat mereka lakukan berakhir di salah satu mall karena Grace ingin mencoba sesuatu di dalam mall, menggunakan kendaraan online mereka menuju mall yang berada di tengah kota. Ramond tidak ingin melepaskan tangannya dari genggaman tangan Grace di setiap langkah membuat Grace hanya bisa mengikuti sikapnya ini, sikap romantis Ramond tidak membuat Grace jatuh hati sekali lagi tujuannya adalah mendapatkan uang dari Ramond.“Ketemu sama nasabah?” Grace mengangguk “perlu diantar?.”“Jangan kamu di hotel aja karena aku gak akan lama paling cuman jelasin sebentar terus pulang.”“Kalau lama nanti aku jemput” Grace mengangguk.Tepat saat Grace mengangguk di mana ponselnya berbunyi terpampang nama Rachel dan langsung diangkatnya, Rachel mengatakan bahwa bos besar akan menemani dirinya bertemu dengan nasabah besar ini dan meminta Grace untuk bersiap menuju kediaman bos besar yang untungnya tidak terlalu
Grace menghembuskan nafas panjang mendengar perkataan Sebastian dengan hanya bisa mengangguk memutuskan untuk masuk ke dalam kamar yang sudah ditunjuk, menatap kamar yang akan ditempatnya untuk merias diri nantinya. Pakaian yang dikatakan Sebastian tergantung rapi di salah satu sudut ruangan, Grace mendekati gaun tersebut yang seketika langsung menelan salivanya kasar di mana harga dari pakaian ini tidak main-main. Menatap sekitar di mana tampaknya kamar ini merupakan milik seseorang tapi entah siapa karena Grace tidak peduli, tidak tahu harus melakukan apa karena jika tetap berada di dalam kamar rasanya tidak sopan tapi jika keluar tidak tahu harus melakukan apa. Grace terdiam memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap hal ini secara perlahan Grace membuka pintu menatap sekitar di mana tampak sepi membuat Grace bingung keberadaan Sebastian, keluar secara perlahan dengan melangkah menuju sofa sambil memainkan ponselnya.“Tidak istirahat?” suara Sebastian mengagetkan Grace di
Perkataan Sebastian tidak salah karena mereka memang saling menikmati dan sudah sama-sama dewasa hanya saja melakukan itu dengan atasan sendiri hal yang tidak pernah ada dalam benak dan pikiran Grace, banyak yang menjadi ketakutannya terutama mengenai kinerja dirinya yang nantinya akan menjadi pembicaraan rekan yang lain. Grace mencoba menghilangkan pemikiran mengenai hal tersebut dengan memilih untuk fokus pada nasabah yang Rachel cari saat berada di sini, dulu Rachel bertemu seorang diri dan karena tidak ada jadwal ke pusat dengan bertepatan Grace berada di pusat maka memanfaatkan hal ini, meminta pada Sebastian untuk menemani Grace karena dasarnya posisinya bukan sebagai marketing melainkan customer service. Grace memang berada di posisi customer service meski begitu juga memiliki tanggung jawab untuk mencapai target meski tidak sebanyak yang lain, pria-pria yang memasukkan dananya jika tidak untuk dirinya maka akan diberikan pada Yusuf atau Devina yang diketahui langsung oleh Ra
Sesuatu yang aneh membuat Grace bertanya di dalam hati karena klien tidak kunjung datang sedangkan Sebastian tampak santai menikmati minuman yang dipesannya, Grace semakin tidak nyaman dengan keadaan saat ini karena hanya berdua dengan Sebastian ditambah perkataannya yang membuat rambut halusnya berdiri. Perkataan Sebastian bukan suatu hal biasa jika yang mengatakannya adalah salah satu dari ketiga pria biasa bersamanya, menjadi masalah yang mengatakan adalah sang atasan. Menatap wajah Sebastian yang masih menikmati minumannya semakin membuat Grace merasa tidak nyaman ditambah tatapannya yang mendalam kearahnya, berkali – kali Grace menelan salivanya kasar.“Klien datang jam berapa, Pak?.”“Minumlah dan setelah itu kita makan” Grace mengernyitkan dahinya “sepertinya tidak akan datang.”Grace membelalakkan matanya menatap Sebastian “tapi dia klien penting bagaimana saya bisa makan dengan tenang.”Sebastian menghembuskan nafas panjang meletakkan tangan di meja