Miskin Setelah BerceraiPart 9Hidup sendiri di perantauan membuatku menjadi mandiri, sekarang ayah dan ibu tinggal di Singapura untuk berobat rutin. Ayah sudah tau tentang perkara rumah tanggaku dengan Mas Robi, tapi aku tidak memberitahunya pada Ibu. Kesehatan Ibu akhir-akhir ini memburuk, itu karena penyakit jantungnya yang sudah kronis. Jadi Ibu tidak bisa menerima berita-berita yang tidak ingin didengarnya. Bahkan ketika Ibu bertanya kenapa Mas Robi tidak pernah menjenguk, aku hanya beralasan jika Mas Robi sedang sibuk-sibuknya mengurus restoran kami. Ibu bahagia karena melihatku sukses sekarang, bahkan aku sudah mendirikan beberapa restoran di Singapura juga membeli rumah untuk ayah dan Ibu. Tapi satu permintaan Ibu yang sampai saat ini belum kuturuti, yaitu mempunyai anak juga ingin melihat Mas Robi menjenguknya. Andai Ibu tau jika Mas Robi sekarang bukan lagi Mas Robi yang dulu."Bu." Panggilan Linda mengagetkan aku dari lamunan tentang Ibu. Sekarang aku malah di pertemukan ke
Miskin Setelah BerceraiPart 10Dari masalah hidup yang begitu rumit aku belajar untuk tegar, tidak boleh menggantungkan hidup pada orang lain, dan jangan terlalu banyak berharap selain kepadaNya. Semenjak aku memutuskan untuk berpisah dari Mas Robi, aku mulai mendekatkan diri pada Tuhan. Mungkin ini teguran dariNya karena selama ini aku sering lalai dalam beribadah kepadaNya. Begitu banyak ilmu bermanfaat yang aku dapatkan dari pengajian rutin yang kuhadiri. Pulang dari restoran aku menyuruh Linda mengantarku ke apartemen yang sengaja kubeli untukku singgah jika berkunjung lagi ke kota ini. Ini adalah apartemen mewah yang dari dulu ingin dibeli oleh Mas Robi, dia bilang lumayan bisa buat investasi masa tua. Jika boleh jujur aku sering mengingatnya akhir-akhir ini, karena bagaimanapun kami sudah bersama sejak masih berpacaran dulu. Kenangan bersamanya tidak bisa langsung hilang dari ingatan.Keluarga kami dulunya adalah keluarga yang harmonis meski kami belum diberikan keturunan. Mas
Miskin Setelah BerceraiPart 11Hari ini sungguh melelahkan, aku sungguh kewalahan menghadapi klien yang bertanya tentang fitnah keji si Nia itu. Untung aku bisa memberinya pengertian jika setiap usaha akan menghadapi berbagai masalah, bak itu internal maupun eksternal. Aku juga berjanji akan segera menyelesaikan masalah ini agar investasi mereka tidak dicabut. Setelah semua klien sudah pulang aku berniat untuk segera pulang juga, hari ini terpaksa aku harus menyetir mobil sendiri karena Linda kuberi tugas untuk mengawasi Nia. Aku tidak boleh lengah, dia bisa saja nekat karena terlampau marah padaku.Saat keluar dari ruang meeting, aku dihampiri oleh salah satu karyawan disini. Katanya Ibunya Mas Robi masih menungguku dari tadi. Bahkan katanya mantan mertuaku itu juga buat masalah, katanya jika ada barang yang rusak disuruh ganti atas namaku. Ya ampun Ibu, umur sudah lanjut kok ya ga sadar-sadar. Bukannya meminta maaf padaku atas perbuatannya dulu yang memaksa Mas Robi menikah diam-di
Miskin Setelah BerceraiPart 12Setelah membayar kopi yang kami pesan, Rama memintaku untuk mampir ke kantornya. Tapi aku menolak, karena aku tidak mau menjadi bahan amukan wanita jal*ang itu lagi, sudah cukup tadi dia mempermalukan aku didepan banyak orang. Leherku sebenarnya masih sedikit perih, tapi masih bisa kutahan. Biarlah nanti kulihat lagi diapartemen, lagian ada Linda yang akan merawatku. Tapi kemana Linda hari ini, bukankah dia kusuruh mengawasi Nia hari ini. Tidak biasanya dia mengabaikan tugasnya, apa mungkin ada hal penting lainnya yang harus dia bereskan, ah biar kutanyakan lagi nanti ketika sudah bertemu."Kalau kamu ga mau mampir, biar aku antar aja ya," tawar Rama lagi."Ga usah Ram, beneran deh aku ga papa. Lagian ini masih siang pasti kerjaan kamu masih banyak," tolakku lembut agar dia tidak merasa tersinggung."Yaudah kalau ga mau, nanti malam jam tujuh kamu siap-siap ya," ucap Rama lagi setelah itu dia langsung pergi masuk kedalam kantornya. Siap-siap apanya, aku
Miskin Setelah BerceraiPart 13Setelah semuanya selesai, aku memutuskan untuk tidur. Mengistirahatkan tubuh dan otak, aku harus tetap waras agar tetap bisa menyelesaikan semuanya. Saat kejadian tadi, aku langsung menelpon Rama untuk meminta bantuannya. Rama menyuruhku untuk menceritakan semua kejadian kepada pihak keamanan apartemen. Aku memutuskan untuk tidak melaporkan Mas Robi ke pihak kepolisian, aku tidak ingin membuat masalah menjadi lebih rumit lagi. Jika aku memenjarakan Mas Robi pasti Nia dan Ibu akan menyerangku. Aku tidak ingin lagi berurusan dengan mereka, aku menginginkan hidupku kembali tenang seperti dulu.Tadi Rama sudah mengantar Mas Robi ke rumahnya, aku pun sudah melapor kepada pihak keamanan apartemen jika suatu saat nanti Mas Robi kesini agar tidak diijinkan masuk. Aku juga sudah memberikan foto Ibu dan Nia jika sewaktu-waktu mereka datang kesini tidak diijinkan untuk masuk. Mereka sudah bagaikan teror dihidupku, mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri tanp
Miskin Setelah BerceraiPart 14"Kamu akan mati malam ini Talita," ucap Nia sambil mengelus pipiku. Aku yang sama sekali tidak bisa bergerak karena tanganku dipegang hanya bisa pasrah. Sempat aku berteriak memanggil Linda, tapi nihil, suaraku bahkan tidak keluar. Linda tidak bangun, aku terus berusaha mengeluarkan suara tapi tertahan di leher."Lindaa…" teriakku. Akhirnya suaraku keluar dan aku terus menerus memanggil namanya."Buk, Bu, bangun Bu," Linda menepuk-nepuk pipiku. Sampai aku terbangun dan menarik nafas panjang,"Astaghfirullah…" ucapku memeluk Linda yang ada disampingku."Ibu mimpi?" Tanya Linda, aku mengurai pelukanku. Linda terus menatapku bingung sambil menyodorkan air putih di atas nakas. Aku tidak menjawab, kuteguk habis air di dalam gelas lalu gelasnya kuberikan lagi pada Linda."Sebaiknya Ibu istirahat dulu ya, ini mungkin karena Ibu kecapean," ujar Linda lagi."Tapi itu seperti nyata Lin," jawabku. Aku menangis mengingat mimpi tadi, apakah ini sebagai pertanda jika
Miskin Setelah BerceraiPart 15"Siapa bilang ga ada, ada kok. Malah kami sudah menyebarkan undangan, ya kan sayang?" Tiba-tiba saja Rama langsung menjawab makian Kak Mira. Entah sejak kapan dia ada disini, apa dia mengikutiku.Wajahku terasa panas, pasti saat ini wajahku berwarna merah seperti kepiting rebus. Jujur saja, hatiku terasa bergetar saat Rama memanggilku dengan sebutan sayang. Dia berdiri disampingku sekarang, entahlah. Mungkin dia juga bisa mendengar suara detak jantungku yang sudah tak beraturan. Aku bahkan tidak mampu mengiyakan pernyataan Rama barusan. Aku harus cepat bisa mengontrol mimik wajahku, aku tidak ingin Kak Mira curiga jika Rama berbohong."Rama, sejak kapan kamu menyukai dia," tanya Kak Mira seraya menunjuk ke arahku. Kak Mira pasti syok melihat Rama yang datang tiba-tiba, apalagi dia mengatakan jika kami akan segera menikah. Karena yang Kak Mira tau selama ini Rama adalah sahabatnya Mas Robi."Sejak dia dikhianati oleh suami dan keluarga kalian," jawab Ram
Miskin Setelah BerceraiPart 16"Kamu ga harus memberiku jawaban sekarang, Ta." Kini aku dan Rama sudah berada di tepi danau di dekat kota, dia mengajakku kemari karena ingin berbicara lebih serius. Aku terus diam tidak menghiraukan ucapannya, sekarang hati dan otakku sedang berperang didalam. Hatiku mengatakan iya, tapi otakku mengatakan tidak. Mungkin aku terlalu lelah ataupun sudah trauma dalam hubungan pernikahan. Jika aku mengatakan iya, dan menerima lamaran Rama, itu berarti aku harus siap dengan segala sesuatu konsekuensinya. Termasuk memikirkan bagaimana caranya menjelaskan pada Ibu tentang hubungan kami, karena yang Ibu tau sekarang hubunganku dan Mas Robi baik-baik saja. Bahkan Ibu sudah sangat berharap jika akan memiliki cucu dariku dan Mas Robi.Dan yang akan aku hadapi juga bukan itu saja, Nia pasti tidak akan tinggal diam jika aku menikah dengan Rama. Bisa saja dia bekerja sama dengan Mas Robi untuk menyingkirkan aku."Aku ga mau maksa, semuanya terserah sama kamu Ta," u