Share

Bab 8

Penulis: BELLA
SUDUT PANDANG MARK

Ketukan di pintu membuatku tersentak dari fokus pada berkas-berkas di depanku.

"Masuk," panggilku tanpa mengalihkan pandangan dari layar.

Suara asisten menyapaku, "Luxe Vogue telah memberi tanggapan, Pak."

"Hmm," gumamku sambil mengangguk. "Kapan kalung-kalung itu akan siap?"

"Ini bukan tentang kalungnya, Pak. Ini tentang tawaran akuisisi yang kita kirimkan kepada mereka."

Aku menatapnya dan mendorong kursiku ke belakang. "Oh, benar. Kapan kita akan bertemu untuk menyelesaikan pengalihan situs webnya?" tanyaku.

Sebuah kebetulan bahwa Atelier Studio bekerja sama dengan situs online shop yang sudah lama aku incar. Respons mereka belum datang selama berbulan-bulan, tetapi aku tidak pernah berhenti. Aku terus memerintahkan asistennya untuk mengirimkan email tanpa henti.

Setelah Bella pergi, aku mencari informasi tentang Atelier Studio sendiri dan sial! Bella benar. Mereka membuat perhiasan yang menakjubkan. Kualitas batu permata mereka luar biasa. Itu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dani Srikandi
cerita yg bagus y
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 9

    Lampu yang berkedip dari satu warna ke warna lain, tubuh-tubuh berkeringat yang terjepit di lantai dansa bar bukanlah apa yang aku harapkan malam ini. Aku hanya menginginkan ketenangan dan malam yang santai bersama teman-temanku. Selama perjalananku ke sini, Joel meneleponku, suaranya hampir tidak terdengar di atas dentuman musik keras di bar. "Will juga di sini." Aku bertanya, "Apa?" Sekitar tiga kali sebelum aku akhirnya mendengarnya. Aku bertemu mereka di area VIP, ruang yang disewa khusus untuk kami bertiga. Satu-satunya tempat di mana kami bisa berbicara sambil merasakan getaran yang bergetar di bar. Aku meminta asistenku mengirimkan berkas yang berisi informasi tentang Grace kepadaku. Sekarang aku membalikkan foto itu menghadap Joel. "Kamu kenal dia, kan? Kalian pernah berkencan." Will yang disebelah Joel ikut campur dan bersiul. "Aku ingat dia; dia itu cewek yang pernah kamu kencani kan." Dia berbalik ke arahku, "Kamu tahu tidak? Aku pernah bertanya pada Joel apakah

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 10

    SUDUT PANDANG SYDNEYAku terus berjuang, menarik-narik tanganku dan mengumpat saat Mark menarikku ke lorong, tepat di samping toilet pria. Aku tersandung mengikuti langkahnya, tidak bisa menyesuaikan dengan kecepatannya dengan sepatu hak tinggiku.Bahkan dalam mimpi terliarku, aku tidak pernah berpikir aku akan bertemu dengannya di sini. Maksudku, dalam tiga tahun pernikahan penuh kepura-puraan kami, aku bisa menghitung dengan jari tanganku berapa kali aku melihatnya di tempat lain selain di rumah. Aku mengira dia selalu bekerja, lalu baru-baru ini, aku menyimpulkan bahwa dia entah di tempat kerja atau di hotel mewah berhubungan intim dengan Bella."Mark, ada apa denganmu?" Aku memukul jari-jarinya yang melingkari pergelangan tangan kiriku dengan tangan kananku yang bebas, "Lepaskan tanganku."Dia tidak mengatakan apa-apa, dia hanya berjalan maju, punggungnya kaku.Sejak aku mengajukan perceraian, dia tampaknya telah menjadi mata-mata yang mengintai dan menghantuiku, muncul dimana

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 11

    Aku merasakan pegangan tangannya mengendor dan aku menarik diri dengan kasar. Aku terhuyung maju dengan sepatu hak tinggiku dan mencoba pergi, tetapi dia terlalu cepat. Jarinya sekali lagi melingkar di pergelangan tanganku, dan dia menarikku kembali. Sekali lagi, dia menghantamkan punggungku ke dinding, tetapi kali ini, dia tidak menahan aku dengan tatapan mautnya, melainkan dengan bibirnya.Napasku tercekat saat bibirnya menempel pada bibirku, hangat dan lembut. Secara refleks, aku menutup mata dan membiarkan bibirnya bermain di bibirku dengan kasar. Sebenarnya, aku menikmati rasa bibirnya di bibirku, indra-indraku menjadi kabur saat aku menyerah pada ciuman hipnotisnya. Tangannya melingkar di pinggangku dan menarikku lebih dekat, panas tubuhnya menciptakan sensasi menggila di tubuhku.Seketika, lidahnya menjelajah, mencari celah. Aku membuka mulutku, dan lidahnya meluncur masuk, basah dan—Mata aku terbuka lebar, tubuhku menjadi kaku, dan gigi-gigiku secara naluriah menggigit lida

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 12

    Aku akan sangat menyukai cara kasar bibirnya yang menguleni bibirku, dan aku akan membalas ciumannya dengan semangat yang sama jika itu adalah orang lain. Tapi ini bukan orang asing atau kekasihku. Ini adalah Mark. Aku berjuang antara menariknya mendekat dan mendorongnya menjauh. Aku ingin menggigit lidahnya atau bibirnya seperti yang aku lakukan pertama kali, tetapi aku tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk melakukannya. Perasaan ini membingungkan. Aku ingin dia berhenti dan menjauh dariku, tetapi, aku takut dia benar-benar akan berhenti. Ini gila.Namun aku tetap berjuang, dan saat aku melakukannya, mataku terpejam erat, aku mencoba berbicara meskipun bibirnya ada di bibirku. Entah bagaimana, lidahnya berhasil masuk ke mulutku. Tubuhnya menekan tubuhku, dan aku bisa merasakan tonjolan di celananya melawan pahaku.Usahaku sia-sia dan jeritan itu hanya muncul di dadaku.Jeritanku mati di tenggorokanku karena tiba-tiba, tangannya lepas dariku dan aku tidak bisa merasakan panas

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 13

    Siapa pun yang memiliki akal sehat seharusnya mundur dan membiarkan masalah ini selesai sendirian, tetapi pria ini… Mataku terpaku padanya saat dia melangkah maju dengan ancaman yang sama. Tubuhnya tampak lebih tegang… waspada. "Aku tahu siapa kau, Mark Torres. Presiden GT Group. Dan aku tahu kau bisa membuatku bangkrut, tapi itu tidak akan menghentikanku untuk membela seorang wanita yang tidak berdaya. Kau tidak bisa masuk ke sini dan mengganggu tamuku, entah itu istrimu atau bukan." Kata-katanya memiliki nada yang tersirat; penuh dengan ancaman yang tidak terucapkan. Ada perubahan di udara, dan Mark tampak terkejut dengan respons pria itu, lalu dia tiba-tiba berbalik dan tertawa. "Orang ini lucu." Dia segera menampakkan wajah serius, "Kamu tahu semua itu dan masih berani mencampuri urusanku? Apakah kamu sudah bosan dengan bar mu?" Oh tidak. Aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut. Jelas, pemilik bar tidak akan menyerah, dan Mark juga bukan orang yang mudah mundur dari a

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 14

    Udara malam yang dingin menyentuh wajahku saat kami melangkah keluar dari pintu, dan bulu-bulu di tanganku berdiri. Aku masih bergelut dengan informasi bahwa pemilik bar itu adalah orang yang pernah kulihat di Vilaku. Kalau aku mau, aku bisa segera menelepon polisi sekarang dan mungkin meminta tempat ini digeledah. Maksudku, dia membawa senjata pada hari itu, tetapi aku tidak memiliki bukti. Aku menggigil, mengusir perasaan yang melanda saat aku mengingat dinginnya logam besi di belakang punggungku. Masih terjebak dalam pikiranku, Mark mendorongku masuk ke dalam mobil. Dia dengan terburu-buru dan kasar memasang sabuk pengaman di sekelilingku seolah aku adalah anak kecil yang perlu dibawa pulang secepatnya. "Aku dibawa ke mana?!" Aku tersendat-sendat menarik sabuk pengaman yang terlalu ketat. Aku melontarkan pertanyaan saat Mark sedang bergerak mengelilingi mobil menuju kursi kemudi. Mobil sedikit bergetar saat dia naik dan menutup pintunya dengan keras. Wajahnya datar, mena

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 15

    Ponselnya menyala dan panggilan Bella masuk lagi. Tangan Mark meninggalkan bahuku saat dia segera menjawab panggilan itu, dan itu adalah sinyal bagiku untuk pergi. Aku melangkah keluar dari mobil. Melalui kaca spion dari pintu yang masih terbuka, aku melihatnya menjepit ponsel di antara telinga dan bahunya sambil memasukkan kunci ke dalam kontak. Beberapa detik kemudian, dia menjatuhkan ponselnya dan menatapku, tangannya sudah menggenggam setir, siap melaju ke pelukan kekasihnya. Aku menutup pintu mobil."Hari Minggu ini adalah pesta ulang tahun ayahmu. Tunggu aku di rumah, kita akan pergi bersama!" katanya sebelum memutar kaca spionnya dan melaju pergi. Aku menonton dengan kesal, jengkel, dan jijik saat mobilnya menghilang dengan cepat ke dalam kegelapan malam. "Pergi sana, bajingan!" Aku terkejut saat teriakan Grace tiba-tiba menggema di gelap malam dari arah belakangku. Aku tidak bisa menghentikan senyum yang merekah di bibirku saat dia melangkah maju dan terus meneriaki Mark

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 16

    Saat aku tiba di mansion ayah, aku menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diri secara mental untuk konfrontasi yang tak terhindarkan. Aku tahu dia tidak akan senang melihatku datang tanpa Mark, dia selalu ingin aku berlari mengejar Mark seperti anak anjing yang tersesat. Untuk sementara, aku mengakui, aku memang mengikuti dia. Aku bahkan hampir mengubah hidupku untuk memenuhi harapan mereka. Aku menghirup napas dalam dan melangkah keluar dari mobil.Aku melangkah cepat menuju halaman mansion, halamannya menghadap ke taman yang terawat dengan baik. Aku selalu mengagumi taman ini sejak pertama kali datang. Ini adalah tempat di mana aku lebih suka menghabiskan waktu saat mereka memanjakan Bella. Taman itu terlihat bahkan lebih indah dan terawat. Aku yakin ibu pasti sangat telaten saat memberi instruksi para tukang kebun tentang cara memangkas tanaman dengan benar.Area itu sudah ramai dengan aktivitas. Para pelayan hilir mudik melayani para tamu—muda dan tua—yang duduk di sekitar meja

Bab terbaru

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 274

    Sudut pandang Aiden:Ibuku, entah tidak menyadari senyumanku yang membeku atau memang tidak peduli, melangkah ke samping, memberi ruang bagi Sharon untuk menerima pelukan yang seharusnya untuknya.Dengan senyum lebar, Sharon melingkarkan lengannya di tubuhku. "Astaga! Aku sangat merindukanmu," ucapnya sambil menyandarkan wajahnya ke dadaku."Hmm," gumamku saat dia melepaskan pelukannya, lalu menaruh tangannya di dadaku sebelum berjinjit untuk mengecup pipiku.Entah kenapa, aku ingin menghapus bekas kecupannya dari pipiku dengan jaketku. Namun, aku menahan diri dan memberikan kecupan singkat di pipinya. Sejujurnya, aku bahkan ragu apakah bibirku benar-benar menyentuh kulitnya.Aku tetap berdiri di tempat sementara Sharon duduk dan ibuku mengambil tempat di sampingnya.Alih-alih ikut duduk, aku hanya berdiri dan memasukkan tangan ke saku. "Bu, gimana kabarmu?" tanyaku.Setidaknya, dia akan menjawab ini, mengingat dia baru saja memberikan pelukannya ke orang lain."Aku baik-baik saja, Say

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 273

    Sudut pandang Clara:Aku berjalan tanpa tujuan di dalam toko. Aku datang untuk membeli beberapa baju buat Amie dan juga untuk diriku sendiri. Aku sudah selesai memilih baju Amie sekitar satu jam yang lalu.Oke, mungkin belum sampai satu jam, tetapi rasanya sudah cukup lama. Semua gaun dewasa di sini sama sekali tidak sesuai dengan seleraku.Pandangan mataku tertuju pada nama toko yang berkilauan di dinding, tepat di dekat pintu masuk. Entah kenapa aku melihatnya berulang kali sambil bertanya-tanya, apakah aku masuk ke toko yang salah?Ini adalah toko favoritku, tempat aku selalu memperbarui isi lemari pakaianku. Biasanya, aku selalu yakin bisa menemukan beberapa baju yang menarik dan sesuai dengan seleraku. Namun sejauh ini, semua gaun di sini lebih mirip baju nenek-nenek."Apa-apaan sih restock nggak jelas seperti ini?" gumamku sambil memainkan ujung atasan wrap warna hijau pucat.Aku menghela napas, lalu mendongak sambil mengerang pelan. "Argh! Mungkin aku harus nyerah saja."Aku ter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 272

    Sudut pandang Aiden:Aku menunduk, melihat sosok kecil yang menatapku dengan mata besar penuh kepolosan, sebuah buku cerita anak penuh warna terbuka lebar di lantai di antara kami."Maaf!" katanya sambil melambaikan tangan kecilnya dengan senyuman minta maaf, tangannya melayang ringan di udara seperti kupu-kupu.Aku tak bisa menahan senyum. Senyumannya benar-benar menular, seolah-olah bisa menerangi seluruh lorong."Nggak apa-apa," jawabku sambil membungkuk untuk mengambil buku yang tergeletak di kaki kami, halaman-halamannya yang mengilap sedikit kusut karena terjatuh."Wow." Kudengar dia terkesiap. Aku mendongak, bingung dengan nada antusiasnya yang tiba-tiba."Aku mau pulpen seperti itu," katanya dengan mata memelas, lengkap dengan cemberut kecil yang menggemaskan, cukup untuk meluluhkan hati yang paling dingin sekalipun."Pulpen seperti apa?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi, berdiri tegak, dan membalik-balik buku di tanganku, mencoba mencari tahu di mana dia melihat pulpen."Yang

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 271

    "Acara amal ini akan jadi salah satu yang paling berkesan," ujarnya sambil tersenyum lebar. "Beberapa mitra kami dari luar negeri akan datang untuk menghadirinya."Suara-suara pelan mulai terdengar saat para perwakilan dari berbagai organisasi amal mengangguk, sama-sama terkesan dan puas dengan rencana yang telah mereka susun."Acara amal mendatang ini akan memberikan dampak signifikan bagi masyarakat." Pandangannya menyapu ruangan. Aku yakin matanya berkilat, menahan air mata. "Sungguh menginspirasi melihat semua orang berkumpul di sini hari ini, bersatu dalam dedikasi untuk tujuan mulia ini."Suasana dipenuhi antisipasi akan perubahan positif yang akan dibawa oleh kolaborasi ini bagi mereka yang membutuhkan."Itulah yang memberi kami kebahagiaan," timpal salah satu perwakilan. "Beberapa dari kami memang hidup untuk ini, kalian tahu? Melihat senyuman di wajah anak-anak yang nggak berdaya, melihat kelegaan di raut orang tua atau wali mereka. Itu terasa seperti terapi."Ruangan pun dipe

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 270

    Sudut pandang Aiden:Dengan sedikit rasa senang dan juga kehilangan, aku memperhatikan Ana berlari keluar begitu pintu lift terbuka. Dia melesat melewati para pria yang tampak bingung dan naik tangga, suara langkah kakinya bergema di lorong tangga. Kami semua menatap sampai dia menghilang dari pandangan.Seandainya aku tahu dia akan kabur seperti itu, aku pasti sudah menghentikannya. Namun, aku tidak menyangka dia akan melakukannya. Saat aku mencoba menggenggam tangannya, dia sudah terlepas dari jangkauanku.Tanganku tetap mengepal, berusaha keras mempertahankan sensasi sentuhan terakhirnya. Hangatnya kulitnya, lembutnya tangannya.Semua itu sekarang terasa seperti mimpi singkat. Bahkan, kalau saja para pria ini tidak ada di sini, menatapku seperti melihat rusa yang tersorot lampu mobil, aku mungkin sudah menutup mata dan menghirup aromanya, mencoba mengingat setiap detail pertemuan singkat kami.Aku melangkah keluar dari lift dan berhenti di depan para pria itu, pikiranku masih terpus

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 269

    "Aku tahu kamu bisa mencari mereka," desaknya. "Tapi, jangan ragu untuk mencariku kalau kamu butuh bantuan ...." Ada jeda singkat sebelum dia menambahkan, "Atau mau aku membantumu."Entah kenapa, aku merasa terdorong untuk menoleh padanya, dan aku melakukannya. Jantungku langsung serasa tersangkut di tenggorokan. Meski cahaya remang-remang, kelembutan di matanya terlihat begitu jelas, intens.Apa maksudnya "mencariku?" pikirku sambil cepat-cepat mengalihkan pandangan. Apa ada makna tersembunyi di balik kata-katanya?Aku menelan ludah saat pikiran lain muncul di kepalaku. Ya, ini pasti karena situasi kami sekarang. Kalau tidak, aku tidak akan berpikir kalau "mencariku" bisa berarti dia minta aku kembali padanya.Aku menggeleng pelan, menutup mata untuk mengusir semua pikiran konyol yang bermunculan. Dia cuma bersikap baik sebagai atasan. Mungkin dia masih merasa bersalah soal caranya mengambil alih perusahaan dulu.Saat aku masih memikirkannya dan kata-katanya mulai masuk akal, tiba-tib

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 268

    Sudut pandang Anastasia:Tidak.Bibirku bergetar saat aku melangkah mundur dengan pelan dan gemetar sampai punggungku menyentuh dinding lift. Dingin logam di punggungku membuat tubuhku merinding, memperkuat rasa gelisah yang semakin tumbuh.Beberapa saat aku hanya menatap kosong ke depan, menatap ke depan tanpa benar-benar melihat apa pun. Kegelapan seolah menekan dari segala arah, mengancam untuk mencekikku. Dadaku mulai sesak, tetapi aku ingat pelatihan tentang cara menghadapi serangan panik dan klaustrofobia. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.Pertama, nyalakan cahaya.Aku buru-buru merogoh tas untuk mengambil ponsel, jariku meraba-raba dalam kegelapan. Butuh waktu lama dengan pencarian panik sebelum akhirnya kutemukan benda sialan itu. Saat kutemukan, aku hampir menangis karena ponselnya tidak mau menyala. Jantungku berdetak kencang saat aku menekan tombol power berulang kali, berdoa dalam hati agar bisa berfungsi.Aiden memukul pintu lift, suara tiba-tiba itu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 267

    "Maaf, aku nggak mengerti maksudmu," koreksiku cepat dengan senyuman kaku lagi."Jumat malam kemarin." Alisnya terangkat. "Keadaan darurat saat kamu di rumah sakit. Gadis kecil itu ... dia kelihatan nggak sehat. Sekarang gimana keadaannya?""Oh," gumamku, agak terkejut. Aku mengalihkan pandangan dari wajahnya. "Umm, ya." Aku berdeham pelan. "Dia, umm, ya ...." Aku menatapnya sambil mengangkat alis, "Anaknya Clara, 'kan? Dia baik-baik saja. Anaknya sudah sehat. Terima kasih."Aku menyelesaikan ocehanku lalu buru-buru menutup mulut. Seandainya saja lift ini bisa langsung mengusirku keluar. Aku bisa merasakan dia masih punya banyak pertanyaan, tetapi caraku mengakhiri percakapan dengan tegas dan menatap lurus ke depan sepertinya cukup efektif untuk menghentikannya.Aku lega karena taktikku berhasil. Hal terakhir yang aku inginkan adalah tahu apa yang ada di pikirannya dan malah jadi cemas tanpa alasan. Aku sudah punya cukup banyak hal untuk dikhawatirkan.Selama aku membuatnya yakin kalau

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 266

    Sudut pandang Anastasia:Setelah beberapa menit sibuk merapikan barang-barangku di dalam tas, aku menutup mata dan menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri."Nggak apa-apa, dia akan baik-baik saja," gumamku pelan sambil memaksakan senyum."Kamu hanya perlu pergi kerja, bertahan beberapa jam, selesaikan pekerjaan, lalu pulang lagi."Bibirku tertarik ke bawah saat aku memikirkan berapa lama aku harus jauh darinya. Ya Tuhan, aku akan jauh darinya selama berjam-jam! Pikiran itu membuat tanganku sedikit gemetar saat aku menggenggam tali tasku.Bagaimana kalau dia butuh sesuatu dan tidak ada orang di sekitarnya?"Tenang, Ana," kataku cepat-cepat pada diri sendiri. "Perawat ada di sini. Dokter sudah memastikan kalau dia akan dirawat dengan baik. Lagi pula, Clara bilang dia akan mampir. Jadi, dia akan baik-baik saja. Dia punya semua bantuan yang dia butuhkan." Aku mengulang-ulang fakta itu, mencoba melawan rasa cemas yang nyaris membuatku kewalahan.Dengan senyum lebar, aku berbalik me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status