Share

Bab 147

Author: BELLA
"Aku harap dia baik-baik saja," ucap Grace dengan nada serius.

"Aku juga berharap begitu," jawabku pelan.

Grace menghela napas, lalu berkata, "Aku rasa belum ada siapa pun di sini yang tahu. Persiapan masih berjalan dengan cepat. Apa aku harus beri tahu mereka?"

"Aku nggak tahu, Grace. Lakukan saja apa yang menurutmu benar," sahutku dengan lemas.

Grace menghela napas lagi. "Aku nggak tahu apakah aku harus merasa sedih untuk sponsor utama kita atau malah merasa senang atas kemalangan Sandra yang kehilangan tunangannya."

Aku berkata, "Mari kita berdoa untuk sponsor utama kita. Lagi pula, uangnya sangat penting bagi kita." Faktanya, bukan hanya uangnya yang penting bagiku. Jika itu hanya tentang uangnya, hatiku tidak akan begitu sakit.

Grace menyahut dengan serius, "Ya, aku akan urus urusan perusahaan, kamu temani saja Mark di sana. Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku."

Aku mengangguk. "Terima kasih."

Aku hendak mengakhiri telepon ketika Grace memanggil namaku. "Sydney?"

"Ya?" sahutku den
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 148

    Seminggu kemudian.Aku mengalihkan pandanganku yang lelah dari layar saat ponselku terus bergetar. Aku tahu itu bukan Lucas karena aku menggunakan nada dering khusus untuk panggilannya. Pasti juga bukan Grace. Dia pasti sudah datang ke sini jika aku tidak menjawab panggilannya lebih dari dua kali.Ini sudah panggilan kelima dari nomor ini. Aku harus memberi pujian kepada penelepon ini. Dia sudah menelepon lima kali berturut-turut. Kegigihannya patut diacungi jempol.Aku menguap sambil menggosok mataku yang lelah, lalu aku bersandar di kursi dan mengambil ponselku dari meja. Nomor yang menelepon itu tidak terdaftar di ponselku dan bahkan tidak familier."Halo…." aku menjawab panggilan itu dengan suara yang berat."Selamat sore, Bu. Apakah ini Bu Sydney? Anda yang membawa Tuan Mark Torres setelah dia terlibat kecelakaan kemarin."Aku mengernyit dan duduk dengan tegak. "Selamat sore. Ya, aku Sydney.""Aku adalah pengasuh yang ditugaskan untuk merawat Tuan Mark Torres."Aku mengangkat alis

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 149

    Aku menghela napas sambil berkata, "Aku sangat meminta maaf atas hal ini. Keluarga Torres nggak seperti itu. Aku yakin ada sesuatu yang menghalangi mereka. Aku akan coba ....""Bagaimana dengan gajiku? Aku khawatir aku mungkin harus berhenti bekerja kalau aku nggak ....""Aku akan mengurusnya, Bu. Kirimkan nomor rekening dan tarifmu ke nomor ini. Aku akan membayarmu segera. Jadi tolong, teruslah merawatnya.""Baiklah. Terima kasih.""Aku juga akan coba ...."Aku terkejut mendengar suara yang menandakan telepon sudah diputus. Aku mengangkat alis dan bahuku sambil meletakkan ponselku. Aku tidak menyalahkannya, aku pasti akan lebih marah kalau berada di posisinya. Dia sangat lembut dalam berbicara sehingga aku tidak mengira dia akan menutup telepon begitu saja.Aku menggelengkan kepala dan bersandar di kursiku. Mark benar-benar sangat kasihan. Dia koma dan sampai sekarang masih belum sadar semenjak operasinya selesai. Aku tidak bisa terus tinggal, jadi aku harus pergi. Aku rasa tindakanku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 150

    "Pertama-tama, kenapa kamu coba menghubungi dia?" Itu adalah pertanyaan pertama yang langsung terlontar dari mulut Grace.Aku memberi tahu Grace mengapa aku perlu menghubungi Rose atau Sandra. Mulutnya membentuk huruf "O", lalu dia cemberut sambil berucap, "Aku benar-benar kasihan padanya.""Aku juga," gumamku kembali. Mataku mengikuti Grace yang kembali bekerja. Dia tampak sedang menjahit beberapa kain dengan jarum kecil."Karena Rose tidak mengangkat telepon, sepertinya aku harus menelepon Sandra." Aku mengangkat bahu dan menggigit bibirku. Aku menghubungi nomor Sandra. Aku bertanya-tanya bagaimana bisa aku punya nomor ini. Dia menjawab telepon dengan cepat, seolah-olah sudah menunggu panggilanku."Halo?""Sandra. Ini Sydney."Ada jeda singkat. "Sydney?" Dia terdengar terkejut. "Ada apa?"Aku menyilangkan kakiku, lalu berkata, "Aku baru saja mendapat telepon dari pengasuh Mark." Aku mendengar dia mengeluh pelan, tetapi aku mengabaikannya dan terus berbicara. "Aku baru tahu dari dia k

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 151

    Sudut pandang Bella:Aku mengernyit, merasa jijik saat melihat nama penelepon. Apa yang dia inginkan? Kenapa dia meneleponku? Pikirku dengan kesal. Mengapa aku masih menyimpan kontaknya di ponselku?Aku menatap lurus ke depan, tatapanku terpaku pada wajah-wajah tersenyum orang-orang yang baru saja keluar dari gerbang. Karena dia terus meneleponku tanpa henti, aku memutuskan untuk mengangkat panggilan sialan itu."Apa yang kamu inginkan?" jawabku dengan dingin."Halo, bestie. Lama nggak bertemu ya?"Aku mendengus, si idiot ini berbicara seolah-olah kami masih berteman. Bahkan, apa dia benar-benar pernah menjadi temanku? Dia selalu mengaku bahwa dia membenci Sydney demi aku, tetapi sepanjang waktu dia hanya mengincar pria yang aku inginkan."Apa yang kamu inginkan, Sandra?" ucapku dengan geram sambil menggenggam benda yang ada di kantong jumpsuit jeans longgarku. Betapa kesalnya aku hanya dengan mendengar suaranya, jika dia berdiri di depanku, aku tidak akan ragu untuk menggunakan benda

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 152

    Hari ini adalah hari yang dijadwalkan untukku bertemu dengannya. Aku memeriksa diriku di cermin, tersenyum lebar pada pantulanku sambil memastikan pakaian dan segala hal lainnya tidak melanggar kebijakan penjara.Aku memanggil taksi dan memberi tahu sopir tujuanku. Sopir itu memandangku, namun tidak mengatakan apa-apa.Setibanya di sana, aku diarahkan ke ruang tunggu dan diminta untuk menunggu di sana. Ada beberapa orang lain yang juga datang untuk menemui salah satu narapidana. Selama sekitar dua puluh menit, aku memperhatikan sekitar, perlahan merasa lelah sampai seorang polisi datang dan memanggil nama terakhir dari orang yang akan dipertemukan.Aku sontak berdiri saat mendengar polisi yang sama memanggil nama belakang Isaac. Aku memaksakan senyuman di wajahku saat aku mendekati ruang kunjungan. Ada meja kecil di tengah ruangan dengan dua kursi di setiap sisi."Dua puluh menit," ucap polisi itu sambil berjalan menjauh beberapa langkah.Pada menit-menit awal, Isaac dan aku hanya sali

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 153

    Dia tertawa pelan. Kenangan tentang saat kami baru mulai berkencan terlintas di pikiranku. Dulu, dia selalu tertawa dengan setiap lelucon yang aku buat. Mungkin, mendapatkannya kembali bukanlah ide yang buruk atau ... mungkin saja."Aku sudah berpikir," kataku setelah dia agak tenang. Sambil menggenggam tangannya, aku berkata, "Aku akan menarik gugatan yang aku ajukan terhadapmu."Isaac terdiam dan menatapku dengan mulut terbuka. "Apa kamu serius?" Hatiku dipenuhi kegembiraan saat aku melihat harapan yang bersinar terang di matanya.Aku mengangguk."Kamu benar-benar mau memberiku kesempatan lagi?"Aku tertawa, "Ya, Isaac. Kamu mencintaiku, 'kan?""Ya. Aku mencintaimu, dengan seluruh hatiku.""Kamu siap untuk berubah menjadi pria yang aku cintai?"Dia mengangguk."Kita bisa mulai dari awal lagi."Mata Isaac membelalak dan senyumannya semakin lebar. "Bella, aku bersumpah akan selalu mencintaimu. Aku mengakui bahwa aku telah memperlakukanmu dengan buruk dan aku salah, aku siap untuk berub

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 154

    Sudut pandang Sydney:"Wow!" Akhirnya aku mengalihkan pandanganku dari ponselku.Aku baru saja menerima telepon dari departemen kepolisian. Mereka menangkap Bella karena membunuh Isaac. Beberapa minggu terakhir, banyak hal yang terjadi. Dari Doris, Mark, hingga hal-hal sepele yang harus aku hadapi, baik di tempat kerja maupun di rumah sakit tempat Mark dirawat. Banyak sekali yang terjadi dan aku menghadapinya seolah-olah aku sudah diprogram untuk melakukannya.Aku hanya terdiam kaku ketika mendengar berita itu, tidak bisa memproses apa yang dikatakan oleh petugas polisi. Setelah kupikir-pikir, kata-kata petugas itu terulang kembali di kepalaku. Aku bertanya-tanya, mengapa mereka meneleponku. Bagaimana dengan orang tua kami? Hebatnya, berita itu tidak mengejutkanku seperti yang seharusnya. Mungkin itu sebabnya butuh waktu lama bagiku untuk bereaksi. Aku rasa tidak ada yang bisa mengejutkanku lagi. Jujur, aku salut pada Bella. Pasti memerlukan banyak keberanian dan tekad untuk mela

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 155

    "Halo, Bu Sydney," sapa dokter dengan senyuman saat melihatku masuk ke ruangannya. "Apakah kamu datang untuk menanyakan tentang pa ....""Nggak, nggak." aku menggeleng. Sudah menjadi kebiasaanku untuk mengunjungi dokter setiap kali aku datang untuk melihat Mark. Aku akan bertanya gimana kondisinya dan kapan dia akan bangun, tetapi nada bicara dokter selalu terdengar sedih saat menjawabku.Aku duduk di hadapannya. "Aku datang untuk menanyakan tentang pasien lain." Dokter itu terhenti sejenak, lalu mengangguk. "Apa itu?" "Selain Mark dan dua orang lainnya yang ada di mobilnya, apakah ada pasien lain yang dibawa ke sini malam itu?" Dokter itu mengernyit dan menggeleng. "Apakah seharusnya ada orang lain?" "Aku nggak tahu. Itulah alasan kenapa aku ada di sini. Sebuah mobil menabrak mobil Mark dan kemudian menabrak tiang setelah kehilangan kendali. Aku ingin melihat pengemudi yang mengendarai mobil itu." "Oh. Tenaga medis yang tiba di lokasi hari itu melaporkan bahwa nggak ada o

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 292

    Sudut pandang Dennis:"Oh!" seru Clara, matanya melebar sebesar cawan. "Kamu kembali."Aku menatapnya tanpa berkedip, dengan sengaja menahan diri untuk tidak merespons kekagetannya seperti yang mungkin dia harapkan. Kami tetap terkunci dalam tatapan yang tidak tergoyahkan selama beberapa detik yang terasa seperti selamanya, dan meskipun aku berusaha sekuat tenaga, aku tidak bisa menahan pikiran yang berlarian dengan kecepatan luar biasa dalam pikiranku.Meskipun Clara terus menatapku, sikapnya memancarkan kecemasan yang nyata. Telapak tangannya menggenggam erat halaman yang dirobeknya dari buku gambar Amie.Aku menatapnya dengan tatapan bertanya, mataku berpindah-pindah antara wajahnya yang terlihat penuh kecemasan yang sulit disembunyikan dan kepalan tangannya yang sedikit gemetar di bawah pengamatanku.Clara sepertinya menyadari pertanyaan tidak terucap dalam tatapanku karena dia tiba-tiba mengeluarkan tawa canggung yang terdengar seperti cegukan tertahan. Mengangkat kedua kepalan ta

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 291

    Sudut pandang Anastasia:Saat percakapan mengalir, Aiden bertanya, "Pak Jenkins, bagaimana Bapak bisa menjaga tempat ini berjalan dengan lancar? Maksudku, ada hektaran tanah perkebunan dan juga pondok ini. Bagaimana Bapak mengelolanya tanpa kehilangan fokus pada fungsi utama tempat ini?"Aku sadar bahwa aku sudah terlalu lama menatap sisi wajah Aiden. Aku cepat-cepat mengalihkan pandanganku tepat pada saat Pak Jenkins menjawab pertanyaan itu.Pak Jenkins tertawa pelan. "Ini kerja tim, tapi putraku, Alex, sangat membantu. Dia sedang pergi beberapa hari, tapi biasanya dia ikut membantu dengan tugas-tugas di sekitar pondok."Aiden melanjutkan, "Aku ingin sekali bertemu dengannya. Sekarang dia sedang apa?"Wajah Pak Jenkins berseri dengan kebanggaan, matanya berkeriput sebagai tanda tahun-tahun petualangannya. "Dia sedang dalam perjalanan berkemah bersama beberapa teman. Dia anak yang hebat, selalu siap membantu."Saat percakapan makin ramai dengan tawa dan candaan, aku melirik jam tangank

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 290

    Sudut pandang Anastasia:Aku memperhatikan saat perhatian kelompok beralih ke Aiden, matanya menyala dengan sorot protektif yang begitu intens hingga membuat jantungku berdetak lebih cepat."Dia menyuruhmu mundur, Bung," kata Aiden dengan suara tegas namun terkontrol. "Sadari batasmu. Dia nggak tertarik."Karyawan itu, yang bangkit dari tanah sambil mencoba menyelamatkan muka, menyeringai kepadanya. "Jangan ikut campur, Teman."Aiden melangkah maju, matanya menyala dengan kebencian yang cukup untuk membakar pria itu hanya dengan satu tatapan. "Aku bukan temanmu dan ini adalah urusanku sekarang.""Aku bisa menghadapinya sendiri," kataku, mencoba ikut campur, tetapi pandangan Aiden tetap tertuju kepada karyawan itu."Nggak, kamu nggak perlu menghadapinya sendiri," jawab Aiden dengan suara tegas. "Dia perlu belajar untuk menghormati batasan. Kalau aku lihat dia mengganggumu lagi, aku akan melaporkannya."Wajah karyawan itu memerah, tetapi dia tahu dia sudah kalah. Dia mundur menjauh dari

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 289

    Aku terkejut, merasa terjebak dalam kebimbangan. Aku berhasil tersenyum, memaksa diriku untuk bergerak ke meja Rachel. Rasanya tidak sopan jika aku menolak ajakannya.Pandangan mataku menyapu sekeliling, mencari satu wajah tertentu. Tidak terlihat bayangannya dan aku juga tidak mencium aroma khasnya yang cepat menjadi ciri khasnya."Hai, semuanya. Halo, Rachel." Aku mengambil kursi untuk diriku sendiri dan duduk di antara mereka. Percakapan di sekitar meja kembali berlanjut, dan setelah beberapa saat, aku merasa mulai nyaman, menikmati makanan yang enak dan percakapan yang hidup.Saat itu, aku baru sadar ada musik lembut yang sedang diputar di latar belakang. Catatan jadwal dibagikan dan seseorang membuat lelucon tentang bekerja di tengah kegiatan yang seharusnya merupakan liburan.Rasanya menyenangkan bisa bercampur dengan rekan-rekan kerja, meninggalkan profesionalisme sejenak. Sungguh malam yang indah, dan aku sangat bersyukur terutama karena entah kenapa, Aiden tidak bergabung dala

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 288

    Sudut pandang Anastasia:Jantungku berdebar saat melihat sosok Aiden yang telanjang di kamar sebelah, gambarnya terpatri di ingatanku, meninggalkan kesan yang mendalam, malu ... dan panas.Ada perbedaan yang mencolok antara pria yang kulihat bertahun-tahun yang lalu dan pria yang ada di depanku sekarang. Setiap pori-porinya memancarkan maskulinitas melalui kontur keras dan tepi kasar yang memotong tajam di paha dan punggungnya.Aku tidak bisa menahan diri untuk membayangkan kembali kekencangan pantatnya dan lebar bahunya yang terbentang seperti tepi-tepi berbahaya dari sebuah tebing, masing-masing melandai ke bawah untuk menampung bisep yang terlatih, yang mengencang saat dia menggerakkan tangannya, tanpa menyadari kehadiranku yang singkat.Aku sudah mencoba menyiapkan diri untuk kemungkinan bertemu Aiden selama perjalanan ini, berusaha keras menghindarinya, tetapi tidak ada yang bisa mempersiapkanku untuk pemandangan ini. Siapa yang mengira kami hanya dipisahkan oleh pintu tipis?Baga

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 287

    "Aku mulai menyukai temanmu.""Ana? Wah, itu manis sekali. Siapa sangka kamu akan punya perasaan untuk seseorang? Dulu kamu hampir tidak punya hati."Aku tersipu, merasa bersalah dengan kebenaran yang ada dalam kata-katanya, tetapi itu semua adalah gambaran masa lalu tentang diriku."Nggak sekarang. Aku sudah melewati kebiasaan buruk itu dan percayalah, aku sudah berubah," ucapku, lalu menurunkan nada suaraku. "Kamu harus bantu aku memenangkan hatinya."Tawa Clara menarik perhatian banyak orang dari segala penjuru klub, membuatku segera mundur ke bayang-bayang, merasa malu setengah mati."Ana masih jomblo, kok." Clara memberitahuku setelah tawa panjangnya mereda. "Kamu tahu, melihat dari hasil hubungan masa lalunya, kurasa dia nggak ingin membiarkan siapa pun masuk ke hidupnya. Terutama kamu.""Aku sudah berubah dan aku bisa lebih baik. Aku hanya ... aku nggak bisa mengeluarkannya dari pikiranku.""Jadi, kamu terobsesi?""Nggak!" teriakku pelan dengan keabsurdan pikiran itu. Terobsesi?

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 286

    "Hai, Dennis, kamu nggak apa-apa?" tanya Clara, saat dia mulai mendekatiku dengan ekspresi khawatir di wajahnya. "Kamu terlihat bengong."Aku hanya mengalihkan fokus pembicaraan menggunakan koper yang dia tarik di belakangnya seperti beban mati. "Kamu mau pergi ke mana?"Clara terpancing. "Sebenarnya baru pulang. Aku melakukan perjalanan singkat, tapi sekarang aku sudah pulang. Aku lihat kamu juga ….""Nggak. Aku baru saja keluar dari rapat. Aku sedang dalam perjalanan pulang sebelum melihatmu."Dia tersenyum lebar. "Itu lebih baik lagi. Bisa antar aku? Tolong?"Aku setuju dan mengangkat kopernya, lalu menyimpannya di bagasi. Selama perjalanan, dia menceritakan perjalanannya dan orang-orang menarik yang dia temui, serta berbagai hal lain yang sebenarnya tidak perlu aku ketahui."Oh, astaga!" Dia berhenti tiba-tiba, tatapannya melirik ke kursi penumpang dengan ekspresi terkejut. Dia menepuk ringan lenganku, sambil memberikan kedipan nakal. "Ini untuk siapa?""Kamu mau membunuh kita? Jag

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 285

    Aku berbagi ketakutan, impian, dan hasratku dengannya, dan sebagai balasannya, Anastasia memberikan telinga yang sabar mendengar dan membuktikan dirinya sebagai sistem pendukung yang hebat."Ana," kataku suatu hari, akhirnya menemukan keberanian untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya. "Jadilah milikku."Dia tersenyum lembut, tetapi dengan cara yang sangat ramah dia menepuk pundakku dan berkata, "Aku menghargai semua yang kamu lakukan untukku dan percayalah, aku nggak menganggap ini remeh. Tapi, aku nggak butuh hubungan sekarang. Kurasa aku nggak akan pernah menginginkannya."Apa yang orang katakan tentang menjadi patah tetapi tidak terkalahkan? Itulah aku.Waktu berlalu, putrinya tumbuh dan aku dengan sabar tetap bertahan, menolak untuk mencoba hubungan lain karena perhatianku tetap pada Ana, berharap ada perubahan dalam keputusannya.Aku berharap kepada bintang-bintang di malam hari, berharap kepada langit, dengan penuh keinginan untuk melihat segala sesuatunya selaras mendukungku,

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 284

    Sudut pandang Dennis:Aku bersandar di kursi dan memandang keluar jendela ke terminal bandara yang sibuk sambil menunggu rapatku berakhir."Baiklah, Rekan-rekan, mari kita tinjau proyeksi penjualan kita untuk kuartal berikutnya. Pak Ben, bisa tolong ringkas poin-poin utamanya?"Seorang pria botak yang duduk di ujung meja berdeham sebelum mulai berbicara. "Kami memperkirakan kenaikan penjualan sebesar 12%, yang terutama didorong oleh peluncuran produk baru kita dan upaya pemasaran yang diperluas.""Itu perkiraan yang konservatif, 'kan?" tanya Ketua menginterupsi. "Aku yakin kita bisa mendorongnya mencapai pertumbuhan 15%."Seorang wanita di sebelahku menambahkan pendapatnya, "Aku setuju dengan Bapak. Apa yang menghambat kita untuk mencapai proyeksi yang lebih tinggi itu?""Kita perlu mempertimbangkan tren pasar, persaingan, dan tingkat adopsi pelanggan. Tapi, aku rasa kita bisa meninjau kembali strategi harga kita dan mengeksplorasi saluran baru untuk menjangkau target audiensi kita," j

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status