Tepat jam 7 malam nampak nampak dua mobil Mercedes-Benz S600 Guard berwarna perak dan hitam, berhenti tepat di depan rumah keluarga Riyadi.
Kalisa yang nampak gelisa hanya mondar-mandir di kamarnya. Antara siap dan tak siap drinya harus menerima keputusan yang sudah dibuat oleh kedua orang tuanya.
“Selamat datang di kediaman sederhana kami, pak Hendra,” ucap Riyadi menyambut keluarga calon besannya.
“Terima kasih sudah repot-repot menyambut kedatangan kami,” ucap Hendra Papa dari Jonathan.
“Mari silahkan masuk, Pak. Maaf jika rumah kami tidak semewah rumah anda,” ucap ibunya Kalisa.
“Mewah dan tidaknya rumah itu tergantung pada penghuni rumahnya, Bu,” ucap wanita paruh baya yang bernama Mawar yang tak lain istri dari pak Hendra.
“Bagaimana kabar kamu, nak Jonathan?” sapa ibunya Kalisa sambil menujukan senyum lembut.
“Alhamdulilah baik,” jawab Jonathan singkat.
Mereka pun duduk di ruang tamu dan saling mengenalkan anggota keluarga masing-masing. “Kenalkan Ini Bram, anak sulung kami kakaknya Kalisa,” ucap Riyadi. Bram yang dikenalkan pun langsung menyalami para tamu satu persatuan sebagai bentuk sopan.
“Ini adik saya Surya dan Sella istrinya. Dan di sebelah mereka itu adalah anak perempuan mereka, Anisa,” ucap Hendra mengenalkan angota keluarganya.
“Ngomong-ngomong dimana calon kakak iparku?” Ucap Anisa sambil mencari keberadaan Kalisa.
“Sebentar saya panggilkan dulu anaknya,” ujar ibunya Kalisa.
Jonathan hanya diam mendengar obrolan keluarganya dan calon ayah mertuanya. Sekilas dia melihat kearah Bram yang kebetulan juga melihat ke arahnya.
Begitu dengan Bram, dia juga hanya diam memperhatikan calon adik iparnya yang diam duduk di kursi roda tanpa ikut mengobrol.
Silvi mengetuk kamar putrinya sebelum membukanya. “Kalisa, mereka sudah datang dan menanyakan keberadaan kamu, sayang.
“Apakah mama yakin masih tetap ingin menikahkan anak gadis Mama yang cantik jelita ini dengan pria itu?” Ujar Kalisa memelas.
“Maafkan Mama, sayang. Keputusan Mama dan Papa sudah bulat untuk menikahkan kamu dengannya. Dia pria yang baik dan bertanggung jawab, sayang. Mungkin memang benar disaat awal pernikahan kalian, kamu akan merasa terbebani menjalani awal biduk rumah tangga dengannya nanti. Akan tetapai Mama yakin jika dimasa depan kalian akan mendapatkan kebahagian yang tak ternilai harganya," ucap ibubya Kalisa memberi pengertian.
“Lalu kenapa Mama masih tetap kekeh menikahkan aku dengannya, Mah? Aku takut jika aku nanti kelepasan kontrol dan malah menyakitinya dengan mulut kasarku ini,” ujar Kalisa.
Silvi melihat putri tercintanya yang nampak enggan menerima perjodohan itu. “Kamu sudah janji dengan Mama bukan? Kalau kamu akan menerima hukuman yang akan Mama berikan untukmu?”
Kalisa hanya mengagumkan kepalanya dan menatap Mamanya dengan tatapan sendu.
Silvi menghapus butiran air mata yang mengalir dari sudut mata Kalisa. “Jangan menangis sayang, Mama yakin Jonathan sosok pria yang baik. Hanya saja saat ini dia masih mengalami masa-masa yang sulit, sayang.
"Mmm," Guman Kalisa dan langsung memeluk erat Mamanya. “Baiklah, aku akan menerima pria itu sebagai calon suamiku.
“Terima kasih, sayang. Mama yakin kamu pasti bisa menjadi istri yang baik untuk Jonathan. Dan kamu harus membantu dan berusaha mengembalikan semangat hidup Jonathan yang hampir padam dengan sifat keceriaan dan barbar kamu itu. Tetapi ingat, jangan kelewat batas barbarnya?
“Iya Mah. Aku akan berusaha mengurangi sifat barbar ku untuk kedepannya.
“Bukan hanya itu saja, kamu juga harus belajar menjadi istri yang berbakti dan selalu mendengarkan perkataan suamimu untuk kedepannya,” ucap ibunya dan di angguki oleh Kalisa.
Kalisa yang merasa sudah tenang dan sudah memperbaiki make up nya, langsung turun menemui calon suami beserta keluarganya.
“Maaf jika saya sudah membuat om dan tante menunggu terlalu lama,” ucap Kalisa merasa bersalah sambil menyalami satu persatu keluarga Jonathan.
“Tidak juga, kami juga baru datang 10 menit yang lalu, Kalisa,” ucap Mawar Mama dari Jonathan.
“Karena semuanya sudah berkumpul, saya akan menyampaikan maksud kedatangan kami. Saya Rahendra sebagai orang tua dari Jonathan Rahendra ingin melamar anak perempuan anda yang bernama Putri Kalisa. Dan jika memang lamaran kami diterima oleh nak Kalisa, kami ingin melangsungkan acara pernikahan mereka secepatnya, dan lebih tepatnya satu minggu atau paling lambatnya satu bulan kedepan.
Jantung Kalisa berdetak tak karuan mendengar perkataan dari calon mertuanya tadi. Perasaan gugup yang kini tengah dialami Kalisa membuatnya berubah menjadi sosok gadis yang kalem dalam sekejap mata.
“Kami sebagai orang tua hanya bisa menyerahkan keputusannya pada Kalisa. Karna mau bagaimana pun yang menjalani biduk rumah tangga itu adalah Kalisa,” ujar Riyadi dengan bijak.
“Hee, menyerahkan keputusannya kepada Kalisa? Bukannya Kemarin Papa dan Mama yang memaksa Kalisa untuk menerima pernikahan ini?’’ Batin Bram heran.
“Bagaimana, nak Kalisa? Apakah kamu menerima lamaran kami?” Tanya Mawar calon ibu mertua Kalisa.
Kalisa menelan saliva sebelum menjawab pertanyaan itu. Dan sebelum menjawab Kalisa menoleh ke arah Jonathan yang juga tengah menatapnya. “Iya, saya menerima lamaran anda, Om,” jawab Kalisa yang masih tetap menatap kearah Jonathan.
“Syukur alhamdulilah ya Allah,” ucap Mamanya Jonathan terdengar bahagia. Anisa yang mendengar jawaban dari Kalisa juga tersenyum bahagia dan menghapus air mata yang menetes di sudut matanya.
Bram menghela panas lembut ketika mendengar jawaban dari adik kesayangannya. Dia tidak menyangka jika Kalisa menerima perjodohan itu. Dia juga bisa melihat raut bahagia dari keluarga calon adik iparnya dan juga kedua orang tuanya yang turut bahagia dengan keputusan yang dibuat oleh adiknya.
Setelah acara lamaran selesai, Silvi mengajak calon besannya makan malam bersama dan sesekali mereka mengobrol dengan riang. Sedangkan Jonathan masih saja diam dan cuek. Dia hanya mengikuti saja apa yang orang tuanya lakukan.
Dari kejauhan Kalisa mencoba mencuri pandang ke arah Jonathan. Dia sangat penasaran, bagaimana bisa pria yang terlihat tampan dan berkarisma yang dilihatnya pada foto yang di berikan Mamanya kemarin berubah menjadi terlihat pucat dan nampak sangat dingin.
“Kakak ipar, aku harap kakak jangan tersinggung dengan sikap, kak Jo. Dia berubah menjadi seperti ini semenjak kejadian itu,” bisik Anisa yang duduk di samping Kalisa.
Kalisa hanya menjawab dengan senyuman manis dan melanjutkan makannya.
Tanpa terasa malam sudah larut dan keluarga Hendra pun pamit pulang. “Terima Kalisa, sudah menerima lamaran kami. Kami semua berharap kamu tidak akan berubah pikiran dan menyesali keputusan yang kamu buat tadi,” ucap Mawar sambil memeluk Kalisa dengan hangat.
“Tante tenang saja, jika saya sudah membuat keputusan maka saya tidak akan pernah merubah keputusan itu,” ucap Kalisa menenangkan Calon mertuanya.
“Jangan panggil tante dong, kamu harus membiyasakan memanggil Mama,” ujar Mawar.
"Kak, kami pulang dulu ya. Sampai ketemu minggu depan di acara ijab kabul kakak sendiri,” ucap Anisa.
“Iya, sampai jumpa minggu depan,” jawab Kalisa.
Jonathan sekilas melihat kearah Kalisa sebelum dirinya naik mobil. Dia tidak menyangka jika lamarannya akan diterima oleh Kalisa.
Diperjalanan pulang Jonathan berpikir dengan sangat keras. Apakah Kalisa menerima lamaran keluarganya karena kasihan yang melihatnya hanya bisa duduk lemah di kursi roda? Atau ada faktor lain yang membuatnya menerima lamaran ini. Memikirkan akan hal itu membuat Jonathan sakit kepala.
“Kak jo, aku suka dengan calon kakak ipar. Akan aku pastikan jika kalian sudah menikah nanti, aku akan sering berkunjung di rumah kalian,” ujar Anisa dengan antusias.
"Mmm," Guman Jonathan menanggapi celotehan adik sepupunya yang lumayan cerewet.
“Mama juga suka dengan sikapnya yang terbilang hangat dengan keluarga. Ya, walaupun kata orang tuanya dia memiliki sifat barbar katanya. Akan tetapi itu bukan masalah jika dia masih tau batasnya,” ucap Mawar.
Jonathan hanya diam tak menanggapi perkataan Mamanya barusan. Dirinya hanya pasrah dengan takdir yang membawanya menuju masa depan yang akan menghampirinya kelak.
Hari dan tanggal pernikahan Kalisa dengan Jonathan sudah ditentukan dan tepatnya satu minggu lagi Kalisa akan menyandang status baru. Setelah acara malam lamaran itu, Kalisa sudah tidak diperbolehkan keluar rumah oleh orang tuanya. Jika istilah orang Jawa mengatakan dipinnyit dan tidak boleh keluar rumah. Sudah lima hari Kalisa dikurung di rumah dan rasa bosan semakin menghampirinya.“Haah, bosan banget rasanya di rumah selama beberapa hari tanpa berkelana diluar sana,” keluh Kalisa dan beberapa kali membuang nafas kasar. “Sabar, setelah kalian menikah nanti bisa pergi malang melintang kemanapun kamu mau. Akan tetapi kamu harus ingat, kamu sudah menikah dan menyandang status istri dari Jonathan. Jadi emban lah dengan baik tugas seorang istri,” ucap ibunya Kalisa. “Iya, itu sudah pasti dong, Mah. Tapi kadang aku masih sedikit ragu, apakah aku bisa membantunya mengembalikan semangat untuk pulih kembali?” u
Tepat jam 5 subuh Silvi membangunkan Kalisa dan juga Desi yang masih tidur pulas. “Kalisa, Desi, ayo bangun. Ini udah subuh loh, cepetan bangun dan ambil air wudhu untuk sholat subuh sebelum waktunya habis.“Mmm, bentar lagi, Mah,” jawab Kalisa yang masih enggan untuk bangun. Sedangkan Desi langsung bangun dan duduk, akan tetapi matanya masih terpejam dan enggan untuk dibuka.“Jangan ditunda-tunda lagi, buruan bangun dan cepat bersihkan iler kalian berdua itu. Apa kalian lupa, jika akad nikahnya akan dimulai jam 10? Dan sebelum itu Kalisa harus di Make up terlebih dulu supaya enak di lihatnya,” Ujar ibunya Kalisa.Mendengar kata akad nikah seketika membuat Kalisa dan Desi membuka matanya dan melihat ke arah Silvi yang masih mengenakan mukena karena habis menjalankan sholat subuh. Perlahan Desi turun dari kasur menuju kamar mandi dan diikuti Kalisa di belakangnya.Silvi menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua gadis perawan yang terlihat malas menuju kamar
Dalam sekejap mata ruang tamu yang tadinya penuh dengan perabotan rumah dan hiasan kini disulap menjadi tempat untuk melangsungkan acara akad nikah Kalisa dan Jonathan.Nampak beberapa orang sibuk mondar mandir menyiapkan keperluan yang akan digunakan untuk acara itu. Sedangkan Kalisa dengan gugup menunggu kedatangan calon suaminya beserta keluarganya.“Udah gak usah gugup gitu, bikin santai aja kali,” ujar Desi yang menemani Kalisa dikamar.“Tau ah,” ucap Kalisa.Cklek! Suara seseorang membuka pintu kamar Kalisa dan ternyata Silvi ibunya Kalisa.Silvi tersenyum lembut ke arah Kalisa, dia sangat bahagia bisa melihat putri tercinta menikah. Dan sekilas dia teringat akan bayangan sosok Lisanna yang tersenyum ke arahnya."Andai saja kejadian itu tidak terjadi, dia pasti akan turut bahagia melihat Kalisa menikah,” batin Silvi dan dia merasa sangat sedih jika teringat akan sosok Lisanna.“Tante kenapa berdiri di pintu sambil nge
Kalisa yang tak tau apa apa hanya menuruti ucapan orang tua dan juga mertuanya yang menyuruhnya menaiki mobil yang akan dinaiki suaminya.Dari jauh Bram memperhatikan adik kesayangannya yang akan pergi bersama suaminya. Dia tidak menyangka jika adiknya yang barbar dan nakal namun sayang amat disayanginya, akan secepat ini menjadi istri orang dan pergi meninggalkan rumah untuk mengikuti suaminya.''Semoga kamu bisa mendapatkan kebahagian yang berlimpah bersama suami mu, adik barbarku tersayang," lirih Bram.Tampak para saudara dari keluarga Kalisa dan juga Jonathan melepas sepasang pengantin yang akan pergi menuju suatu tempat yang sudah disiapkan dengan matang oleh Anisa.Kalisa berusaha mati matian menahan tangis saat Mamanya melepaskan pelukan hangat. "Ingat pesan Mama, jadilah istri yang baik dan nurut dengan suamimu. Karena surga istri ada pada suami," ucap ibunya Kalisa dan diganggu Kalisa."Jonathan, Mama serahkan tanggungjaw
Karena kelelahan dan juga waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Jonathan dan Kalisa langsung tidur dengan pulas hingga subuh menjelang.Dering alarm pada ponsel yang membangunkan Kalisa, dengan cepat Kalisa menyambar ponselnya dan langsung mematikan alarmnya.“Kenapa cepat sekali sudah subuh?” Ucap Kalisa dan menoleh kesamping dan melihat Jonathan yang masih berlatih pulas.“Sebenarnya kamu itu sangat tampan dan masuk dalam tipe lelaki yang aku suka dari segi ketampanan. Akan tetapi mengapa sikapmu s
Jessica melihat penampilan Kalisa yang memakai kaos putih dengan celana jins pendek dan yang hanya memakai sandal Flat dengan model selempang yang menurut Jessica murahan."Siapa dia, Mas? Dan kenapa kamu diam saja saat dihina dan dipermalukan olehnya?" ucap Kalisa yang terlihat marah.Jonathan hanya diam tak menjawab pertanyaan Kalisa. Dirinya hanya memperhatikan wajah kesal menahan amarah dari istrinya."Kenapa diam saja, Mas?’’ Ucap Kalisa dan menatap tajam kearah Jessica yang juga menatapnya.“Kamu tidak berhak untuk tahu siapa saya? Memangnya kamu siapa bertingkah seolah kamu itu sangat mengenalnya?” Ujar Jessica dengan sikap sombongnya.Mendengar perkataan Jessica membuat Kalisa yang tadinya sudah kesal dengan Jonathan menjadi semakin kesal dan geram. “Tentu saja aku berhak tahu dan harus tahu siapa kamu, karena sudah berani menghina dan merendahkannya didepanku,” tukas Kalisa dengan suara dingi
Jonathan tidak menyangka jika Kalisa akan menayakan pertayaan yang sedikit vulgar dan itu malah menjadi poin penting bagi Kalisa kenapa dirinya menerima pernikahan ini. Ditengah keterkejutannya, Jonathan melihat tingkah lucu Kalisa yang tiba-tiba berbalik dan memunggunginya.Jonathan mengangkat sudut bibirnya karena mendapatkan ide cemerlang untuk mengetes istri barbarnya yang sepertinya malu setelah menyadari pertanyaan sendiri. “Kamu sendiri yang mengatakanya, jika dirimu tidak akan menyesal menikah denganku. Maka jangan salahkan aku jika kedepannya aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku seperti yang Jessica lakukan,” ucap Jonathan. “Hmm,” guman Kalisa. “Sekarang jawab pertanyaanku. Kamu sakit apa sebenarnya? Kenapa badanmu sampai dingin seperti tadi?” Ucap Jonathan sambil mengusap kembali pinggang Kalisa dengan lembut. “Ini hanya sakit biasa saat ada tamu bulanan datang,” jawab Kalisa. “Tamu bulanan? Tapi aku tidak melihat
Melinda tersenyum lembut mendengar pertanyaan Robert yang sudah menanyakan hal yang sama padanya."Tentu saja aku sangat yakin dan tidak akan menyesalinya, Robert. Bukankah satu bulan yang lalu kamu sendiri yang bilang, jika Jonathan mengalami keterpurukan dan hampir kehilangan semangat hidupnya setelah mengalami kecelakaan dan juga ditinggalkan oleh tunangannya? Setelah aku mendengar ceritamu, aku langsung memutuskan kembali ke indonesia dan akan menetap disini untuk membantunya pulih seperti sedia kala," ucap Melinda dengan yakin tanpa tahu jika sebenarnya Jonathan teman masa kecilnya dan orang yang sangat ia rindukan baru saja menikah dua hari yang lalu.'Kenapa aku merasa jika Melinda menyimpan rasa dengan Jonathan ya? Apakah aku perlu memberi tahunya, jika sekarang Jonathan sudah menikah?" Pikir Robert sambil melihat Melinda yang tersenyum lembut kearahnya."Melinda, sebenarnya Jonathan itu sudah me—,“ belum selesai Robert mengucapkan kal