Sierra melangkah ke kamarnya sendiri dengan tekad yang baru malam itu. Setelah Valdo pergi, Sierra terus meresapi semuanya dan itu benar. Selama menjadi istri pura-pura Jacob, semuanya berjalan lancar. Sekesal apa pun Sierra pada Jacob tapi perasaan Sierra pun biasa saja. Namun, sejak dengan begitu murahannya ia menanggapi Bastian perasaannya tidak pernah benar. "Ya, kau harus memperbaiki semuanya dan kembali pada dirimu yang sebelumnya, Sierra! Perjalananmu hampir berakhir di sini!" "Sebelum kau makin melewati batasmu dan sebelum semuanya menjadi makin rumit, kau harus bersikap tegas dan mengakhiri semuanya!" Sierra terus bergumam pada dirinya sendiri sambil terus melangkah. Namun, langkahnya terhenti dan Sierra langsung mendesah gugup melihat Bastian yang sudah menunggunya di depan pintu kamarnya. Bahkan pria itu belum membersihkan luka di wajahnya dan belum merapikan kemejanya. Bastian berdiri di depan pintu kamar Sierra sambil menatapnya begitu tajam hingga membuat
Bastian membeku mendengar ucapan lantang Sierra yang mau mengakhiri hubungan mereka. Sierra benar bahwa hubungan antara mereka memang tidak jelas. Hubungan terlarang antara ibu tiri dan anak tiri. Dan entah siapa yang memulai hubungan ini duluan. Tidak ada yang berencana, mereka hanya mengikuti naluri mereka, yang secara mengejutkan, Bastian menyukai Sierra. Saat bersama Sierra, Bastian selalu melupakan status wanita itu yang merupakan ibu tirinya dan saat mengingat kenyataan itu, Bastian akan selalu mengumpat kesal. Bastian tahu dirinya sekarang mungkin terlihat sangat brengsek karena menginginkan istri ayahnya sendiri. Sumpah demi apa pun, Bastian bukan orang yang segila itu, bahkan memikirkannya saja tidak. Namun, saat mereka sudah terikat saat ini, tidak mungkin Bastian mundur lagi karena ia terlalu menginginkan wanita itu. Semakin bersamanya, bahkan semakin ditolak, Bastian semakin menginginkan Sierra. "Apa kau bilang, Sierra? Mengakhiri hubungan?" ulang Bastian dengan ra
Lagi-lagi Sierra menahan napasnya, ia sama sekali tidak bisa bernapas sekarang. Sierra dipeluk begitu erat oleh Bastian dan tubuh mereka menempel saat ini dengan hembusan napas Bastian di wajah Sierra. Rasanya campur aduk sekarang, antara takut, gugup, dan meremang. Bahkan dalam ketakutannya, Sierra masih bisa meremang karena ulah pria itu yang sudah menciumi wajahnya lagi. "Bastian, jangan lakukan itu, Bastian! Jangan! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Sierra terus bergerak dan memalingkan wajahnya, tidak membiarkan Bastian bisa meraih bibirnya sama sekali. Namun, itu tidak masalah bagi Bastian. Tidak ada bibir, maka Bastian tetap masih bisa mengeksplore bagian lagi dari wajah wanita itu yang semuanya menjadi favorite Bastian. Oh, Bastian belum pernah menyukai wanita sebesar ia menyukai Sierra. Bahkan Bastian menyukai bagaimana bulu mata lentik wanita itu bergoyang saat Sierra mengedipkan matanya. Ini gila! Itu hal paling detail dari seorang wanita yang pernah Bastian perhatikan.
Jacob masih terus mengkerut memikirkan banyak hal di kamarnya sendiri. Otak Jacob penuh dengan rencana-rencana untuk menjauhkan Bastian dari Sierra. "Ck, wanita sialan itu! Bisa-bisanya dia mendekati Bastian!" Jacob mengepalkan tangannya dengan geram. "Bukankah lebih baik kalau Valdo membawanya pergi jauh saja? Aku yakin Valdo juga tidak akan keberatan membawa wanita itu karena dia menyukai Sierra, sudah lama aku mengetahuinya!""Sial, aku tidak pernah menyangka Bastian bisa menaruh perhatian pada Sierra!""Ck, aku masih membutuhkannya, tapi tidak bisa seperti ini! Aku harus bergerak cepat! Ya, apa pun itu, aku harus bergerak cepat!"Jacob terus bergumam sendiri dengan kesal, sebelum Jacob pun akhirnya keluar dari kamarnya dan menghampiri kamar Sierra. Jacob menekan gagang pintunya, tapi terkunci. "Mengapa dia mengunci pintunya? Bukankah biasanya tidak?"Jacob mencoba menekan gagangnya lagi dan memang pintunya terkunci. Jacob yang tidak sabar pun akhirnya mengetuk pintunya denga
Bastian terus berdecak kesal saat akhirnya ia harus masuk ke kamar mandi lagi. Samar-samar aroma sabun mandi dan parfum milik Sierra pun menyeruak di sana dan Bastian menikmatinya. Ini aroma khas kamar mandi wanita yang selalu wangi dan bersih. Kamar mandinya pun kering dan ada pakaian dalam yang tergantung di sudut, tempat seharusnya menggantung handuk di sana. Tanpa sadar sudut bibir Bastian sedikit terangkat dan ia tersenyum singkat, sebelum akhirnya ia mematikan lampu kamar mandi agar tidak ada yang mengetahui kalau ada orang di dalam. Bastian pun tetap menunggu dalam diam sambil terus mengumpat karena ini sama sekali bukan dirinya. Baiklah, satu lagi hal baru yang ia rasakan sejak bersama Sierra, menjadi pengecut dan terus bersembunyi. Waktu itu bersembunyi dari Tere dan sekarang bersembunyi dari Jacob. Bastian benci melakukan ini, namun tidak dapat dipungkiri ucapan Sierra tadi membuatnya goyah. Walaupun Bastian belum mengerti apa maksud Sierra sebenarnya, tapi Bastian t
Sementara itu, Bastian yang masih berada di kamar mandi Sierra pun bernapas lega saat semuanya sudah aman. "Sial! Sampai kapan aku harus melakukan ini? Apa susahnya Sierra meninggalkan pria tua itu? Apa dia benar-benar mengincar harta Jacob?"Bastian mulai bertanya-tanya. Sikap Sierra tidak terlihat seperti pengejar harta, namun apa lagi yang menjadi penyebab wanita muda bertahan menjadi istri pria tua yang selalu bersikap kasar padanya kalau bukan karena uang. "Sial! Kalau hanya uang, aku bisa memberikannya! Aku benar-benar tidak menyangka aku kalah dari si tua brengsek itu!""Aku masih muda dan kaya tapi Sierra memilih yang tua! Brengsek!"Bastian masih terus mengumpat saat ia keluar dari kamar mandi dan merasakan perih di tangannya. Ia pun melirik tangannya yang sudah berdarah saat ini. Tadi ia memang menghantam saklar lampu dengan begitu keras tapi tadi rasanya tidak sesakit ini. Namun saat ini, kulitnya sudah terkelupas dan darah sudah merembes dari sana. "Sial!"Bastian ke
Bastian duduk di ranjang Sierra sambil menatapnya tajam, seolah pria itu memang sudah menunggunya sejak tadi."Mengapa kau masih di sini, Bastian?" tanya Sierra yang sudah lemas memikirkan begitu banyak yang harus ia hadapi secara terang-terangan saat ini. Jacob, Bastian, Laura. "Apa yang kau lakukan di kamar Jacob, Sierra?" Alih-alih menjawab pertanyaan Sierra, Bastian malah menanyakan hal lainnya.Sierra mengernyit mendengarnya, namun ia sudah memutuskan tidak akan mempersulit hidupnya dengan menanggapi Bastian lagi. "Itu bukan urusanmu, Bastian!""Apa kau melayaninya? Servis cepat?" tuduh Bastian begitu saja. Sierra langsung menganga mendengarnya dan amarahnya pun bangkit. "Bastian, apa di otakmu itu hanya ada hal seperti itu? Apa suami istri hanya boleh melakukan itu saja? Aku juga punya urusan lain dengan Jacob!""Sialan, Sierra! Kau yang membuatku seperti ini! Kau menolak saat kusentuh tapi selalu berakhir pasrah! Sebentar kau bersikap terhormat, sebentar murahan! Kau yang m
"Apa katamu, Sierra? Dia mengancammu?""Ya, begitulah, Valdo. Mendadak aku ketakutan apa yang akan dilakukan Tante Laura padaku."Valdo sudah kembali bekerja keesokan harinya dan seperti biasa, Sierra menceritakan semua yang terjadi pada Valdo. "Tenanglah, Sierra! Jangan takut, ada aku. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah bergerak lebih cepat. Karena dia sudah mengetahui apa yang kau lakukan, berarti ada kemungkinan dia akan melakukan sesuatu yang membuat kita tidak bisa menemukan kelemahannya."Valdo terdiam sejenak dan nampak berpikir keras. Bagi Valdo, ia akan melakukan apa saja agar Sierra bisa lebih cepat menyelesaikan tugasnya dan keluar dari keluarga Sagala. Karena itu berarti Sierra bebas dan Valdo juga bebas mendekati Sierra, melindungi wanita itu, dan berhubungan secara wajar. Tidak dapat dipungkiri semua orang mempunyai maksudnya sendiri-sendiri. Namun di atas semua itu, maksud Valdo tulus demi kebebasan dan kebahagiaan Sierra. Sementara di rumah, Laura yang sudah
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok