“Mah, santai dong, sakit tahu!” Rosea menarik-narik tangannya agar Kartika berhenti menyeretnya seperti anak kecil. Rosea sangat malu di perlakukan sembaranga, apalagi kini Atlanta tengah menontonnya.Kartika melepaskan cubitannya dan langsung bertolak pinggang di hadapan Rosea. “Kamu itu ya, mamah sudah bilang sama kamu ratusan kali, jika pagi-pagi itu kamu harus sudah rapi dan cantik. Kamu harus menjaga penampilan kamu! Kamu itu mengerti tidak sih Sea sama nasihat mamah?”“Mamah yang tidak mengerti denganku. Aku kan baru pulang olahraga, penampilan orang selesai olahraga memang seperti ini.” Bela Rosea tidak terima di marahi hanya perkara habis olahraga dan tidak terlihat cantik segar.“Memangnya olaharaga dapat buat kamu dapat calon suami hah?” debat Kartika.“Aku dapat sehat.”“Iya, kamu yang sehat. Mamah yang darah tinggi.”“Siapa suruh mikirin jodoh orang terus.”“Karena jodoh harus di cari Sea!”“Aku juga mencarinya, tapi tidak ada yang masuk standarku.”Kartika membuang mukany
“Pak, nyonya Berta meminta saya untuk menemukan babysitter baru untuk Prince.”Leonardo terdiam sejenak, melihat Yeri dengan serius. “Tahan dulu, sepertinya ada seseorang yang cocok dengan Prince dan bisa mengajarinya banyak hal.”“Benarkah?” Yeri berbinar senang, “Mau kita hubungi langsung dari perusahaan?”“Tidak perlu,” jawab Leonardo dengan cepat, sekilas perhatian Leonardo teralihkan pada sosok Prince yang kini tengah duduk di depan jendela tengah duduk menyusun beberapa robot.Prince masih sangat kecil, dia polos meski memiliki kecerdasan yang berada di atas rata-rata anak seusianya, dia juga pemilih. Namun apa yang di lakukan Prince sampai membuat babysitter ke empat di tahun ini mengundurkan diri.“Kamu tahu apa yang di lakukan Prince hingga membuat babysitter itu mengundurkan diri?”Yeri berdeham tidak nyaman, wanita itu memasang ekspresi sedatar mungkin lalu berkata. “Saat Anda di luar negeri, babysitter itu menjaga Prince seperti biasa. Saat itu Prince ingin bermain tanah,
Suara derakan kecil pintu gerbang yang di buka dan tawa senang Prince berhasil menarik kesadaran Leonardo lagi. Pria itu tertunduk melihat Rosea yang kini membungkuk di hadapan Prince dengan senyuman yang jelas memaksakan, namun tangannya terbuka menerima pelukan Prince. Rosea menyambut Prince dengan baik, mengesampingkan ke tidak nyamanannya pada Leonardo. Dengan handal Rosea bersikap seperti biasa pada Prince yang kini menanyakan kabarnya dan membalas pelukan erat anak itu. Entah apa lagi yang membawa Leonardo dan Prince datang menemuinya. Rosea merasa sedikit menyesal karena membiarkan kedua orang itu tahu di mana rumahnya. Padahal Rosea tidak ingin berhubungan lagi dengan mereka berdua. “Mengejutkan kamu ke sini,” Rosea tersenyum, mengusap pipi Prince yang terasa lembut dan halus. Prince tersenyum lebar, “Apa Sea sibuk?” tanya Prince. Rosea terdiam, dia ingin langsung mengatakan bahwa dia sibuk untuk mengusir Prince dan Leonardo. Namun, saat melihat mata indah Prince yang pol
Rosea langsung berbalik dan menyibukan diri untuk membuat kopi sambil berpikir sesuatu. Rosea tidak tahu harus berbicara apa pada Leonardo, tidak ada hal yang harus dia bicarakan, kebersamaan mereka saat ini karena ada Prince. Bibir Leonardo bergerak lembut masih mengunyah sisa-sisa strawberry di dalam mulutnya sambil berbicara dengan Prince yang menceritakan rasa setiap buah yang dia gigit. Di antara perbincangannya dengan Prince, Leonardo sesekali melihat Rosea yang membelakanginya. Penampilan Rosea hari ini menyegarkan Leonardo, wanita itu terlihat manis dan lembut seperti permen kapas. Akan terasa lembut dan manis untuk di gigit. Rosea berbalik lagi dan memberikan kopi panas untuk Leonardo. “Terima kasih” Leonardo mengambil gelas kopi dan kembali melihat Rosea, pria itu menerka-nerka perasaan Rosea saat ini karena dia ingin melanjutkan pembicaraan mereka tadi malam. “Sama-sama,” jawab Rosea dengan bibir menekan, sekilas dia melihat Prince yang masih lahap memakan buah-buahan,
Bibir Rosea menekan, wanita itu mengangguk kecil merasa di pojokan. “Aku, aku percaya,” jawab Rosea dengan terbata.“Jadi, apa sekarang Sea mau berbisnis dengan Ayah?”“Prince, berbisnis itu tidak bisa di putuskan dalam waktu singkat. Aku harus memikirkannya terlebih dahulu,” jawab Rosea sebijak mungkin agar Prince memahami penolakan halusnya.“Baiklah, Sea pikirkan saja dulu. Besok aku dan Ayah akan datang lagi ke sini. Besok Sea pasti sudah memiliki keputusan.”Rosea tercengang sampai kehilangan kata-kata untuk berbicara, ucapan Prince ternyata lebih berbahaya dari ayahnya.Leonardo membuang mukanya dan tersenyum geli karena Prince yang pandai berbicara berhasil membuat Rosea diam seribu bahasa tidak bisa menolak. Leonardo menegakan tubuhnya, pria itu mengangkat wajahnya menunjukan kebanggaan penuh atas kepandaian Prince.Pandangan Prince mengedar dan terpaku melihat sebuah rak buku besar yang terisi banyak buku. Prince turun dari kursinya “Sea, apakah aku boleh melihat perpustakaa
Malam itu, hujan turun deras. Petir menyambar beberapa kali hingga mendengingkan pendengaran. Rosea duduk meringkuk di atas sofa sambil menonton drama yang di tayang di televisi.Suara petir terdengar sangat keras membuat Rosea beberapa kali melihat ke arah jendela dengan perasaan takut, angin berhembus cukup kencang dan hujan turun kian deras.Suara petir kembali muncul dengan keras membuat jendela-jendela ruangan berdentang seakan mau pecah.Di detik selanjutnya lampu seluruh ruangan dan televisi yang menyala langsung padam menyisakan kegelapan yang mencekam.Rosea berteriak ketakutan dan melompat dari sofa, wanita itu mengaduh terjatuh kesakitan, kakinya membentur sesuatu karena tidak bisa melihat apapun di sekitarnya.Rosea melangkah terpincang-pincang di kegelapan dan beberapa kali menabrak sesuatu, Rosea berlari menuju keluar rumah.Begitu pintu terbuka, angin berhembus kencang menggoyangkan gaun tidurnya hingga membuat Rosea mundur beberapa langkah kehilangan keseimbangannya.S
Atlanta berdiri di depan cerminnya tengah mengeringkan rambut sambil menatap wajahnya sendiri yang terpantul di cermin, Atlanta menyisir rambutnya yang sudah kering itu dengan jari.Malam ini dia harus mandi dua kali karena kehujanan membantu tetangganya.Mengenai tetangganya, Atlanta kembali teringat sesuatu yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, Atlanta pikir dia tidak akan pernah bertemu lagi dengan wanita itu, namun ternyata kedatangannya ke Indonesia mempertumukan dia dengan wanita itu, seseorang yang kini baru Atlanta ketahui namanya, yaitu Rosea.Dalam satu gerakan Atlanta berbalik dan pergi tampak santai, pria itu terlihat muda dan bebas. Fisiknya yang dari ujung kaki hingga ujung kepala sempurna itu terlihat selalu mencolok dan menjadi daya tarik banyak orang, ketampanan Atlanta terkadang menjadi penilaian utama wanita saat mereka pertama kali bertemu.Selain tampan, sejak kecil Atlanta memiliki kecerdasan di atas rata-rata karena hyperaktif, Atlanta pandai beradaptasi
Rosea berdiri di depan lemari sambil berdecak pinggang melihat beberapa pasang jenis dalaman menggantung dengan rapi seperti di sebuah toko. Semua peralatan yang di perlukan wanita benar-benar lengkap berada dalam lemari itu, sampai ke pengaman seks-pun Rosea menemukannya.Rosea sedikit berdecih, “Dia benar-benar playboy professional. Aku pikir pria seperti itu hanya ada di novel hayalanku saja, ternyata ada juga di dunia nyata.”Kaki Rosea berjinjit melihat beberapa dalaman dan memeriksa ukurannya. “Astaga, kenapa besar-besar. Apa semua pria suka wanita berdada besar, pantas saja banyak wanita yang memakai silicon di payudara mereka.” Omel Rosea yang tidak kunjung menemukan dalaman seukuran dengannya.Rosea segera memilihnya dan mengenakannya, kini dia tinggal memilih pakaian yang nyaman untuk di kenakan.Bibir Rosea membulat membentuk hurup o. Rosea tecengang kaget karena semua pakaian yang tersedia sangat terbuka. “Astaga, apa Indonesia sepanas itu. Ini bukan lagi baju untuk pamer