Share

Bab 7 Mantan trainee idol unjuk gigi di kampus

Tanpa Fabian di apartemen ternyata benar-benar sepi. Meski Mama Jihan juga sempat datang dan mengajaknya menginap di rumah, namun Alisya tetap bertahan di apartemen karena takut terlalu merepotkan. Entah kenapa ia merasa seperti sangat "dibayikan" oleh Mama Jihan. Apa mungkin Fabian mewarisi sifat ibunya yang terlalu perhatian dan penyayang?

"Kamu jangan nolak ya, Mama udah siapin mobil dan sopir buat antar-jemput kamu kuliah," kata Mama Jihan, saat berkunjung tepat sebelum Alisya ospek fakultas keesokan harinya.

"Iya, Ma," angguk Alisya, pasrah saja. Sulit melawan ibu mertuanya yang terlalu memanjakannya.

Sejujurnya Alisya merasa terharu. Entah untuk berapa lama ia tak lagi merasakan kasih sayang orang dewasa. Mulai dari Mas Bian yang siap sedia dan membelikan makanan yang enak, juga sang mertua yang hangat dan perhatian.

"Udah siap semua, kan? Makin aneh-aneh aja anak kuliah jaman sekarang," oceh sang mertua, melihat-lihat barang-barang kebutuhan ospek dan juga kode-kode makanan ringan yang membuat Alisya agak kelimpungan memecahkan kodenya.

"Kayaknya udah lengkap sih, Ma."

Rasanya menyenangkan, Alisya seperti mendapatkan ibu pengganti yang bisa diandalkan. Sejak pagi, Mama Jihan sudah datang ke apartemen dan mengajak Alisya membeli kebutuhan apapun untuk keperluan kegiatan pengenalan kampus di universitas. Tapi Alisya tetap merindukan Fabian. Kemarin Fabian hanya bertanya melalui pesan mengenai kesiapan kuliahnya, lalu tak ada lagi balasan dari Fabian setelah Alisya membalas pesannya. Sepertinya Fabian benar-benar sibuk.

"Kamu yakin gak nginep di rumah aja?" tanya Mama Jihan, memastikan sekali lagi.

Alisya tersenyum. "Alisya mau kok, Ma. Tapi pas udah selesai ospek aja."

"Ya udah, yang penting kamu udah ada sopir. Kalo butuh apa-apa, langsung hubungi Mama."

"Hehe, iya, Ma," angguk Alisya, cengengesan. Terlihat jelas Mama Jihan mencemaskannya. Ia tahu mertuanya adalah sosok yang sangat tulus.

Berbanding terbalik dengan keluarganya yang sampai saat ini benar-benar tak menghubunginya untuk mengetahui keadaannya. Maksudnya sang ayah. Alisya hanya menganggap ayahnya itu sebagai satu-satunya keluarga. Tiba-tiba Alisya merasa cemas bahwa ayahnya benar-benar bukan ayah kandungnya. Ia segera menggelengkan kepala keras-keras. Tidak masuk akal! Tasya mungkin hanya berniat membuatnya merasa buruk saja.

Pernah Alisya berpikir untuk menghubungi ayahnya. Tapi ia merasa aneh. Ia memang tak terbiasa bersikap akrab dengan ayahnya. Semenjak kecil, ia melihat sang ayah selalu sibuk mengurus bisnis keluarga dan jarang menghabiskan waktu bersamanya. Mereka tak pernah jalan-jalan, makan bersama atau apapun itu. Alisya hanya terbiasa melihat punggung ayahnya.

"Halo, boleh duduk di sini?"

Alisya tersadar dari lamunannya di pagi hari. Ia melihat seorang wanita bertubuh mungil tersenyum ramah padanya. Alisya melihat sekeliling. Tadi ia berangkat kepagian dan sampai di kampus saat masih sepi, jadi ia memilih duduk di salah satu bebatuan dekat lapangan sambil menunggu yang lainnya.

"Boleh," lirih Alisya, balas tersenyum.

"Namaku Dian, kamu?"

"Alisya. Salam kenal."

Dian tertawa kecil. "Kayaknya bentar lagi kita disuruh kumpul ke lapangan deh. Itu kakak senior udah pada dateng."

"Oh, iya juga," cicit Alisya, memperhatikan kumpulan mahasiswa yang memakai almamater kampus. Lalu ia tersentak ketika melihat sosok yang ia kenal. Arka kuliah di sini juga? Ah, ia lupa bahwa kampusnya adalah salah satu kampus elit.

Seluruh mahasiswa baru disuruh untuk masuk ke auditorium lebih dulu. Alisya dan teman barunya, Dian, memilih duduk di barisan tengah. Alisya juga berusaha agar Arka tak terlihat mencolok agar tak menarik perhatian. Semoga Arka tidak melihatnya. Ia juga tidak tahu harus bersikap bagaimana di hadapan mantan pacarnya itu.

"Kamu! Yang di sana!"

Alisya kaget saat seorang senior menunjuk ke arahnya. Semua orang jadi menatap ke arahnya.

"Iya, kamu! Maju!"

Siapa pun yang menyuruhnya maju itu, Alisya pastikan akan menandai muka dan namanya. Dian memberikan semangat sebelum ia ogah-ogahan mengangkat tubuhnya untuk maju ke depan. Menyebalkan sekali!

"Baru hari pertama udah sok cakep, ya," dengus senior cewek yang tadi menyuruh Alisya maju.

Alisya berusaha keras untuk tidak menghela nafas. Yang dikatakan Fabian benar kalau senior-senior ini hanya berusaha mencari celah, setidakjelas apapun itu.

"Karena kamu sok kecakepan jadi kamu dihukum!"

"Tunggu, saya diem aja loh, Kak," bantah Alisya, agak menggerakkan gigi.

"Nah, berani bantah. Dia udah berani bantah," ujar sang senior, menoleh ke arah senior yang lain.

Alisya benar-benar menghela nafas kali ini. Malas sekali, tiba-tiba kena hukum. Padahal ia hanya diam-diam saja, duduk manis sambil berusaha agar tak terlihat.

"Diapain, nih?" tanya salah satu senior cowok, ikut mendekat.

"Suruh nyanyi aja, lumayan buat hiburan sebelum mulai," usul senior yang lain. "Tapi kalo suaranya jelek, kita kasih hukuman yang lain."

"Mic-nya belum siap," sela senior cowok itu, matanya tak lepas menatap wajah Alisya. "Putar musik aja, suruh joget."

"Lagu dangdut? Maksudnya disuruh jadi biduan?" tawa senior wanita.

Alisya kembali menghela nafas. "Saya gak bisa joget," ucapnya. Kalau tarian lagu K-Pop dia bisa, tapi jika disuruh joget lagu dangdut, gerakannya mungkin tidak akan nyambung. Disuruh nyanyi juga tak masalah, kemampuan bernyanyinya sudah meningkat semenjak menjadi trainee. Yang paling penting, ia tak buta nada.

"Ya udah, suruh joget aja."

Malah disuruh joget, keluh Alisya dalam hati. Mereka benar-benar menyebalkan.

"Gue gak tau lagu dangdut yang bagus, kalo lagu Korea banyak."

"Suruh joget Korea aja," celetuk si senior cowok. "Mukanya juga rada mirip sama orang Korea."

"Baru hari pertama udah ngegodain anak orang lo," sungut senior wanita yang tadi memanggil Alisya. "Ada nih, lagu Korea. Banyak."

Refleks, Alisya menatap senior wanita itu. Baguslah. Kebetulan ia sudah berlatih cukup banyak lagu Korea populer untuk pelatihan dan juga showcase bulanan. Gerakannya sudah cukup baik berkat latihan bersama Kak Acha yang saat itu juga adalah trainee asal Indonesia. Kak Acha membantunya latihan sampai tengah malam. Mereka benar-benar bekerja keras.

"Awas aja kalo asal gerak ya. Gerakannya harus bagus," sambung senior wanita yang menyebalkan itu.

Alisya yang mudah sekali merasa tertantang diam-diam mengepalkan tangan. "Kalo saya gerakannya bagus, saya gak mau diperintah selama tiga hari ke depan. Gimana?"

"Wah, nantangin dia. Kamu pikir kamu siapa sok-sokan bilang kayak gitu?!"

"Saya bukan siapa-siapa, tapi saya juga gak ada salah yang bikin saya sampe harus dihukum," gerutu Alisya dengan berani.

"Oh, gitu? Baik. Tapi gak sekedar gerak aja, kamu sekalian nyanyi juga. Kalo kamu bisa kayak gitu, tiga hari ke depan kamu gak akan diperintah atau dihukum sama senior. Kalo gagal, selama tiga hari ke depan kamu akan selalu dapet hukuman dua kali lipat. Gimana?"

"Hei, apaan sih?" Tiba-tiba Arka ikut bergabung dengan raut tak suka menatap senior yang sibuk mengintimidasi Alisya.

"Oke!" sahut Alisya, mengalihkan pandangan dari Arka.

"Wah bener-bener nih anak," ujar senior wanita menyebalkan itu. "Oke, liriknya juga gak boleh hancur, nyanyinya yang jelas dan dance-nya harus bagus. Kalo gak bisa, siap-siap dapat hukuman tiga hari ke depan. Fir, mic-nya udah beres belom? Ada yang mau kasih hiburan nih."

"Lagunya saya yang pilih," kata Alisya sambil berusaha tak mempedulikan Arka yang masih menatapnya.

Senior pria tadi pergi ke bagian belakang, tempat senior lain mengurus peralatan sound. Tak lama ia kembali sambil membawa sebuah mic tanpa kabel, sambil memeriksa apakah mic-nya berfungsi atau tidak. Ia lalu membaca karton bertuliskan nama yang tergantung di leher Alisya. "Hari ini kita akan mendapatkan pertunjukan dari Non Alisya," ucapnya kepada audiens, menyuruh mereka bertepuk tangan.

"Mau lagu apa, Non?"

Sejujurnya Alisya agak sebal dengan nada suaranya. Tapi ia memutuskan tak ambil pusing dan menimbang-nimbang lagu-lagu idol yang pernah ia bawakan saat trainee dulu. Ia bersyukur pakaian ospek hari ini adalah pakaian olahraga, jadi ia bisa bebas bergerak. Lagu yang dance-nya sudah ia kuasai, beserta nyanyiannya mungkin adalah lagu dari grup SNSD. "Genie dari SNSD."

Lagu ini adalah lagu yang ia tampilkan dalam evaluasi bulanan bersama empat orang gadis lainnya, di mana untuk pertama kalinya Alisya bernyanyi sambil menari. Suaranya saat itu tidak stabil, tapi Kak Acha membantunya sampai ia benar-benar mampu menyanyikan bagiannya tanpa terlihat ngos-ngosan. Alisya sudah menguasai lagu ini, walaupun ia harus bernyanyi sendirian. Dance-nya tak terlalu sulit dan ia bisa bernyanyi dengan lebih santai.

Kak Acha adalah trainee yang sangat cantik di matanya, dan hebatnya ia sudah masuk kelas debut. Alisya, yang hanya trainee biasa, tidak menyangka bahwa Kak Acha sangat baik hingga mati-matian membantunya latihan. Kemarin, padahal ia sudah berlatih sangat keras untuk penilaian bulanan sebelum sang ayah menjemputnya di Korea dan meminta agensi mengeluarkannya.

"Lirik bahasa Koreanya jangan sampe jadi bahasa alien ya. Itu juga gak boleh," tambah senior menyebalkan tadi. Alisya benar-benar akan mengingat namanya baik-baik.

Mereka memeriksa audio, sementara juga Alisya yang sibuk memastikan mic-nya berfungsi dengan baik. Tak sebagus mic agensi yang memang untuk tampil, tapi suara yang dihasilkan lumayan. Setidaknya sepadan dengan citra kampus yang elit. Para senior menjauh dan Alisya di posisi depan sambil menatap para mahasiswa yang memasang ekspresi penasaran. Mungkin mereka menunggu ia akan bernyanyi dengan sumbang atau gerakannya akan kaku. Ia jadi teringat ucapan-ucapan para pelatihnya di agensi.

"Alisya-ssi, kau adalah calon idola, jadi buang jauh-jauh rasa malumu. Jika kau sudah menjadi idola, maka setiap detik gerakanmu akan menjadi sorotan publik. Kau harus terbiasa dengan tatapan orang lain," kata guru etikanya, yang saat itu mengajari para trainee untuk bersikap percaya diri. Dan Alisya mau tak mau membuang rasa malunya, karena ia harus tampil di hadapan banyak orang dari waktu ke waktu.

Alih-alih gemetar gugup, Alisya memberikan senyuman yang sudah dilatih oleh pelatih visualnya untuk menghadapi kamera. Bedanya, Alisya saat ini menghadapi audiens. Tangan kirinya memegang mic dengan santai dan ia membayangkan bahwa saat ini ia sedang akan melakukan pertunjukan untuk penilaian bulanan. Sepertinya mereka tetap memakai lagu asli yang ada suara penyanyi aslinya, tapi tak masalah. Ia menyanyikan bait pertama, "Soweoneul malhae bwa~"

Para mahasiswa baru itu terdiam begitu ia menyanyikan bait-bait awal. Alisya cukup percaya diri dengan vokalnya. Pelatih vokal pernah bilang, "Aliseu-ssi (dia kesulitan menyebut nama Alisya), nada suaramu sudah tepat. Kau bisa mengembangkan vokalmu dengan terus melatih pernapasan, artikulasi, dan intonasimu. Baru setelahnya kita akan belajar teknik mengeluarkan suara dari tempat yang benar."

Terakhir, Alisya berhasil mencapai level tiga dari lima tingkatan kemampuan untuk vokal. Itu sudah cukup baik. Kini ia mulai menggerakkan tubuh sesuai dengan gerakan yang sudah ia hapal. Euforia itu mulai terasa saat anak-anak lain berteriak heboh melihat tariannya.

Saat mengajarinya dulu, Kak Acha pernah berkomentar, "Tarian lagu ini banyak terfokus pada gerakan kaki, ruang geraknya juga tak terlalu lebar. Kamu harus perhatikan kakimu baik-baik, tapi saat bernyanyi kamu pasti bisa lebih stabil. Tapi yang paling penting saat kamu tampil di hadapan para petinggi adalah kamu harus percaya bahwa kamu yang paling cantik, menarik dan memukau di antara trainee lain. Anggap semua mata melihat kamu dengan tatapan terpesona, aura kamu akan keluar dengan sendirinya."

Alisya melihat seluruh mahasiswa yang menatapnya dengan ekspresi senang yang lucu. Beberapa berebut untuk bisa melihatnya dengan lebih baik. Mereka heboh sendiri, padahal tarian lagu ini bukan termasuk tarian yang sangat enerjik. Sejauh ini, Alisya sebisa mungkin menjaga nafas agar tetap stabil saat bernyanyi. Jangan salah, ia pernah latihan bernyanyi sambil sit up, lompat tali dan berjongkok sambil bersandar di dinding karena dihukum. Lebih-lebih, Kak Acha yang pernah mengajaknya joging di arena sungai Han sambil menyanyikan lagu-lagu wajib Indonesia demi melatih nafasnya agar tak mudah terengah-engah.

"Sebenarnya saat break dance, kamu bisa sedikit modifikasi gerakannya. Tapi petinggi yang kolot gak akan suka. Mereka biasanya lebih fokus ke dasar-dasarnya. Yah, kecuali kamu dapat misi dan para pelatih dukung kamu," imbuh Kak Acha.

Tapi saat break dance, Alisya sengaja memakai gerakan yang berbeda. Setelah gerakan melompat kecil sambil bertepuk tangan, Alisya memakai koreografi yang pernah diajarkan oleh Kak Acha dan terakhir melepaskan karton nama dari lehernya dengan agak dramatis. Sambil melempar karton itu ia berteriak, "DJ! Put the back on!"

Mahasiswa yang terbawa suasana langsung berteriak heboh. Alisya tersenyum, melanjutkan bernyanyi bagian terakhir sambil memberi isyarat dengan tangan agar para mahasiswa berdiri. Semuanya benar-benar mengikuti arahannya dan beberapa mahasiswa yang hapal ikut menyanyikan bagian reff bersama Alisya. Suara musik seolah tak terdengar lagi karena riuhnya mahasiswa yang ikut bernyanyi dan bertepuk tangan. Ada juga yang sekedar berteriak-teriak.

Saat lagi benar-benar berakhir dan Alisya melakukan pose terakhir, semua mahasiswa baru termasuk beberapa senior memberikan tepuk tangan yang meriah untuknya. Sedikit menyeringai, Alisya melirik pada senior wanita menyebalkan tadi yang menatap tak percaya ke arahnya. Tanpa Alisya sadari, ini awal mula kehidupan kampusnya mulai berwarna-warni.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status