Share

Pewaris Tunggal

              Seorang lelaki paruh baya yang membentak Arya adalah Dwiky Sudarmadji, paman Cahaya, kakak ipar Arman Sentosa. Lelaki paruh baya itu terlihat tidak terima dengan perbuatannya yang memukul keponakan kesayangan. Ya, Krisna adalah keponakan kesayangan sejak kecil.

              “Paman coba tanya saja Mas Krisna. Dia dulu yang memulai,” jawab Arya sambil menatap Krisna yang duduk di sofa dengan bersandar di kepala sofa.

              “Kamu jangan mengelak. Jelas-jelas kamu yang salah di sini. Seharusnya, kamu bisa menjelaskan semuanya di sini ketika diminta pertanggung jawaban!” sungut Dwiky sampai  menggebrak meja.

              “Dia pasti ngelak soalnya sudah ketahuan. Mana ada maling yang ngaku kalau sudah tertangkap basah,” sindir Bella sambil menatap sinis dari atas sampai bawah.

              “Aku memang gak salah. Dia yang salah. Aku kerja di sana dan dia jatuh sendiri,” sanggah Arya dengan intonasi penekanan.

              “Halah.” Dwiky tidak percaya dengan sanggahan Arya.

              Kalimat sanggahan Arya tidak ada artinya karena tidak ada yang percaya dengan semua ucapan itu. Mereka pasti lebih percaya dengan ucapan Krisna yang tentunya adalah anak dan keponakannya.

              “Aku tadi ada di Bar dan melihat semua kejadian di sana. Semua yang dikatakan olehnya tidak benar. Dia yang memulai duluan sampai memukul banyak orang di sana hanya karena terjadi kesalahpahaman. Dia gak hanya memukul Krisna, tapi juga memukul Keanu,” ungkap seorang lelaki muda berbadan atletis dan tinggi.

              Seorang lelaki muda bersaksi palsu atas kejadian di Bar. Lelaki muda bernama Michael Cotman, sepupu Cahaya dan Krisna, anak dari Dwiky dan Bella. Michael memang tidak pernah suka dengannya sejak awal. Ia sengaja memberikan kesaksian palsu agar dipisahkan dari Cahaya karena Arya dianggap menantu tak berguna dan hanya menumpang hidup pada Cahaya.

              “Dasar pembohong!” sentak Dwiky di depan wajah Arya.

              “Sudah gak berguna di keluarga, pembohong pula. Apa gunanya kamu di keluarga ini kalay hidupmu menjadi parasit di Cahaya? Hah?!” hardik seorang perempuan yang menyambar seperti kilat.

              Seorang perempuan berlidah tajam adalah Bella Asmara, Istri Dwiky, adik dari Arman Sentosa. Perempuan itu kalau berbicara memang tidak pernah ada kalimat manis dan selalu menyakitkan di hati sampai membuat tangan kekar Arya mengepal erat.

              “Kamu sudah memukul Keanu?” Arman Sentosa memastikan kembali yang dibicarakan Michael.

              “Iya. Aku gak salah makanya aku memukul dia karena dia yang memulai,” jawab Arya yang berkali-kali mengatakan bahwa dirinya tidak bersalah.

              “Cukup! Kamu jangan mengeluarkan kalimat bohong di depanku, Arya! Kamu sudah jelas melakukannya, tapi gak mengakui salah. Bagaimana kamu bisa mengeluarkan pernyataan yang gak sinkron begitu? Hah? Kamu tahu gak, Keanu itu siapa?” Arman Sentosa tersungut emosi saat Arya tidak mengakui kesalahannya.

              “Aku tahu siapa dia, tapi karena aku gak salah makanya gak akan pernah minta maaf,” jawab Arya datar sambil menatap semua orang yang ada di ruang tamu.

              Cahaya mencengkeram tangan Arya sampai membuat menoleh ke arahnya. Cahaya mendelik dan memintanya untuk meminta maaf saja dari pada memperpanjang masalah. Selama dia tidak meminta maaf dan berusaha membela diri meskipun benar maka masalah semakin runyam.

              Arya menggeleng pelan lalu melepaskan tangan Cahaya yang mencengkeram erat. Cahaya tidak menyangka bahwa permintaannya ditolak. Ia sudah tahu sifat sang Ayah yang tidak akan pernah mengampuni siapa pun yang tidak menuruti perintahnya.

              “Minta maaflah, Mas. Aku gak mau memperpanjang masalah,” bisik Cahaya.

              “Kenapa kamu keras kepala sekali, Arya? Apa susahnya kamu minta maaf ke Krisna dan Keanu?”

              “Dia sudah gak keras kepala, tapi sangat merugikan apalagi kebutuhan kakinya yang palsu sebelah itu pasti menggunakan uang Cahaya. Sudah gak berguna, parasit. Buang saja suamimu yang parasit itu, Cahaya!” hardik Krisna sambil berdiri dan menunjuk Arya yang berdiri dan menatap tajam.

              “Apa pun yang kalian ucapkan tidaklah benar. Kalian gak tahu seluk beluk rumah tanggaku maka tutup mulutlah. Sampai kapan pun gak akan minta maaf,” balas Arya tegas lalu pergi meninggalkan rumah keluarga Sentosa.

              “Aku belum selesai bicara sama kamu, Arya. Kembali di sini!” seru Arman dengan nada meninggi.

              “Mas Arya kembalilah!” mohon Cahaya yang tidak ingin kabur dari masalah.

              Arya meninggalkan rumah keluarga Sentosa sambil mengepalkan tangan erat dan tatapan tajam melirik pelayan yang memandang rendah dan seakan memandang kotoran. Langkah Arya tertahan saat Cahaya memohon untuk menetap di rumah ayahnya.

              Arya menoleh ke arah Cahaya. “Kamu tunggu di sini dan aku tunggu di rumah,” jawab Arya lalu melanjutkan langkahnya.

              Arya pergi dari rumah keluarga Sentosa menggunakan ojek daring yang melewati di depan rumahnya. Ia mencegah pengemudi sepeda motor itu dengan meminta tolong untuk diantarkan ke rumahnya dengan bayaran offline yang telah disepakati.

              Lima belas menit berlalu, ia tiba di sekitar rumah sewaan dan terdapat seorang pria paruh baya berambut lurus dan berwarna hitam sedang berdiri di depan pagar. Dahi mengernyit dan alis tertaut erat secara otomatis ketika melihat pria paruh baya yang tidak asing baginya.

              Arya turun dari sepeda motor lalu membuka pagar dan melewati pria paruh baya yang menatapnya dan mengikutinya hingga depan pintu. Pria itu diacuhkan olehnya karena merasa tidak ada urusan.

              “Tuan Arya, pulanglah ke rumah.”

              “Aku bukan Tuan Arya. Aku orang lain.”

              “Jika bukan Tuan Arya, Anda gak menjawab pertanyaan saya yang memanggil dengan sebutan Tuan Arya.”

              Arya memejamkan mata sambil berdesis. “Ssst, oke, oke.”

              “Tuan Arya, saya mohon kembalilah pulang.”

              “Pak Willy, aku gak akan pernah mau pulang,” tolak Arya tegas.

              “Kakak Tuan yang pernah tidur dengan Ibu tiri Anda sudah diketahui oleh Bapak. Bapak sudah menyadari bahwa semua yang Tuan katakana adalah benar. Dia juga merasa bersalah sudah mengusir Tuan tanpa mendengarkan pernyataan Tuan. Kakak dan Ibu tiri Tuan sudah meninggal dunia karena kecelakaan pesawat ketika hendak berlibur bersama di saat Bapak pergi bisnis,” ungkap Willy yang mencengangkan.

              Arya tercengang sekaligus tertegun dengan pengungkapan Willy yang sebenarnya. Ia hanya menelan saliva ketika mendengar kalimat pengungkapan. Lima belas tahun lamanya, Arya pergi meninggalkan rumah di Jersey atas kejadian tuduhan pembohongan yang dilihat olehnya adalah hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang anak dan Ibu.

              Arya membisu sambil mengalihkan pandangan ke arah lain dan memikir sejenak dengan semua ucapan yang disampaikan oleh Willy, tangan kanan bapaknya. Willy menyampaikan semua kejadian pada keluarga di sana. Semua benar-benar tidak menyangka.

              “Kembalilah, Tuan. Bapak sudah mengalihkan sebagian besar bisnis yang tersebar di dunia ini atas nama Tuan. Tuan adalah satu-satunya pewaris,” beber Willy yang mengejutkan Arya.

              “Satu-satunya pewaris?” tekan Arya sambil mengernyitkan dahi.

              “Iya, Tuan adalah pewaris tunggal dari bisnis Bapak. Pulang dan jalankan tugas sebagai pewaris tunggal, Tuan,” pinta Willy dengan memasang wajah memelas.

              Arya terdiam seribu bahasa setelah mendengar semua yang tak disangka olehnya. Ia adalah salah satu pewaris dari kekayaan bapaknya. Ayah Arya bernama Ryan Soeparman. Ryan Soeparman adalah pebisnis terkaya nomor satu di dunia di bidang industri.

              Arya memikirkan semua yang dikatakan oleh Willy karena tidak mungkin, Ayah langsung memindahkan nama atas berbagai bisnis yang dikenal di seluruh dunia. Apalagi telah terjadi perseturuan di antara mereka.

              “Terimalah, Tuan. Bukannya Tuan sedang kesulitan ekonomi saat ini dan habis dipecat dari pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih di Bar?” ujar Willy sambil menatap Arya yang memikirkan semua ucapannya.

              Arya mengalihkan pandangan. “Kamu memata-mataiku?” tanya Arya dengan membulatkan bola mata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status