"Kupikir sebaiknya kita mengurung Ardika di dalam penjara, agar dia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri perusahaan istrinya direbut dan keluarganya hancur, tapi dia malah nggak berdaya untuk melakukan apa pun! Memikirkan hal itu saja, aku sudah sangat senang!"Kendy tertawa terbahak-bahak.Sepasang matanya sudah memerah, seakan-akan menunjukkan dirinya sudah menggila.Setiap kali memikirkan Rocky, putranya yang masih tergeletak di ranjang rumah sakit, kebenciannya terhadap Ardika kian mendalam."Haha, aku juga merasa sangat senang!"Gilang merasakan hal yang sama dengan Kendy. Dia sudah tidak sabar menyaksikan pemandangan yang mereka bicarakan itu.Pada saat bersamaan.Informasi mengenai Ardika melempar Juko dari lantai tiga dan ditangkap oleh anggota kepolisian menyebar ke seluruh pelosok Kota Banyuli.Ambulans dan mobil polisi sudah tiba di lokasi, tentu saja hal itu tidak bisa dirahasiakan lagi."Dasar Ardika si pecundang! Jelas-jelas dia tahu Dedi sedang mengincarnya, tapi d
"Ardika, aku akan membuatmu dan istrimu sekeluarga merasakan bagaimana neraka di bumi!"Di Kediaman Wali Kota.Dedi menunjuk Ardika dan berkata dengan ekspresi ganas.Ardika berkata dengan dingin, "Oh? Kebetulan sekali, aku juga ingin membuatmu dan seluruh Keluarga Pambudi merasakan sensasi itu."Amarahnya sudah tersulut setelah mendengar ucapan pria sialan itu.Jelas-jelas Juko sendiri yang menggila dan hampir mendesak Luna melompat turun dari lantai tiga gedung. Istri tercintanya hampir saja mati!Namun, Dedi malah beranggapan kalaupun Luna mati, itu memang merupakan konsekuensi yang harus diterimanya.Selain itu, pria sialan itu juga mengatakan seharusnya Ardika tidak melakukan perlawanan dan tidak melempar Juko turun dari lantai tiga gedung.Logika seperti apa itu?"Hahaha. Ardika, sekarang kamu sudah jatuh ke tanganku dan menjadi tahanan. Siapa yang memberimu keberanian untuk mengucapkan kata-kata seperti itu?"Dedi tertawa liar, dia sama sekali tidak menganggap serius ucapan Ardi
Ardika melirik Dedi dengan sorot mata seakan sedang melirik orang yang ajalnya akan segera tiba tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Diabaikan oleh Ardika, amarah Dedi langsung meluap. Dia hendak mengucapkan sesuatu.Namun, tepat pada saat ini, Derril berjalan menghampirinya bersama beberapa orang dengan ekspresi dingin dan tegas. "Dedi, untuk apa kamu beromong kosong lagi dengan seorang tahanan? Langsung mulai saja proses interogasinya. Proses interogasi harus segera diselesaikan. Aku harus segera kembali ke ibu kota provinsi."Derril melirik Ardika dengan sorot mata meremehkan.Di matanya, Ardika tidak lebih dari seekor serangga."Oke, kalau begitu proses interogasinya dimulai sekarang."Dedi melambaikan tangannya kepada beberapa orang anak buahnya, lalu berkata, "Bawa dia masuk."Begitu mendengar perintah dari Dedi, beberapa orang itu langsung menghampiri Ardika dan menariknya.Ardika tidak tahu mereka ingin mencari tahu informasi apa dari dirinya, dia berencana untuk melihat situasi
Seluruh ruang interogasi dipenuhi dengan suara tawa keras Ardika.Suara tawanya ini sangat menusuk indra pendengaran.Namun, yang jauh lebih menusuk indra pendengaran adalah nada bicaranya yang santai.Sontak saja reaksi Ardika langsung membuat ekspresi Dedi, Derril dan Ferdinan berubah drastis."Apa yang kamu tertawakan?!"Amarah Ferdinan langsung meluap. Dia bisa merasakan sikap acuh tak acuh Ardika."Ah, aku hanya sedang mentertawakan kamu konyol," kata Ardika dengan tenang.Bisa-bisanya ada orang yang ingin memainkan dilema tahanan terhadap dirinya, mencoba untuk menggunakan trik seperti ini untuk menembus pertahanan mentalnya, agar dia mengeluarkan pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan.Tanpa perlu mengungkit tentang tim tempur, kemampuan untuk melakukan dan menghadapi pengintaian dan investigasi adalah kemampuan yang wajib dimiliki. Di Kediaman Dewa Perang saja, ada banyak orang berbakat seperti itu. Orang-orang itu telah melakukan penelitian terhadap trik-trik tersebut h
Seperti dinyalakan pemanas ruangan, suasana di ruang sebelah sangat panas.Ridwan tergeletak di lantai dengan lemah. Sekujur tubuhnya berkeringatan, tetapi permukaan kulit bibirnya tampak terkelupas, menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ekstrem."Tuan Ardika, aku nggak mengkhianatimu."Dengan sedikit celah di kelopak matanya, Ridwan melihat keberadaan Ardika. Seulas senyum menyedihkan mengembang di wajahnya, nada bicaranya terdengar lemah."Dedi, Derril, kalian benar-benar cari mati!" teriak Ardika dengan marah.Kalau situasi dibiarkan seperti ini terus, Ridwan akan mati dehidrasi!"Byur!"Tepat pada saat ini, seorang petugas membawa seember air memasuki ruangan, lalu menggunakan gayung untuk menggayung air dan menuangkannya ke alat pemanggang yang terletak di samping.Seketika itu pula, asap panas pun mengepul.Ruangan kecil itu langsung terasa panas seperti kompor."Ardika, kamu nikmati saja sauna di dalam sini terlebih dahulu. Bawa Ridwan keluar, jangan sampai dia mati," kata Dedi deng
"Tuan Kodam sangat sibuk, mengapa dia masih bisa memperhatikan kasus sepele seperti ini?"Dedi tidak mengerti mengapa Helios tiba-tiba memperhatikan kasus Ardika.Derril berkata, "Tuan Kodam nggak hanya memperhatikan kasus ini, dia bahkan menyebut nama Ardika secara khusus, meminta sekretarisnya untuk menanyakan detail kasus Ardika.""Apa? Apa mungkin Ardika sudah menjalin hubungan dengan Tuan Kodam dan meminta Tuan Kodam untuk membantunya?" kata Dedi dengan nada terkejut sekaligus curiga.Dia memang sedang melakukan tindakan kejahatan. Terlebih lagi, sekarang kasus ini masih belum ada perkembangan. Dia takut kalau Kodam ikut campur dalam hal ini, akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya.Derril terkekeh dan berkata, "Ardika memang cukup pandai memainkan relasinya sampai-sampai Tuan Kodam memperhatikan kasusnya. Tapi, Tuan Kodam bukan datang untuk membantunya.""Hmm? Mengapa demikian?" tanya Dedi buru-buru."Apa kamu tahu tindakan bodoh apa yang telah dilakukan oleh Ardika?"Derri
'Tuan Kodam sudah datang ke Kota Banyuli?'Dedi dan Derril sedikit tercengang.Mereka tidak menyangka kasus Ardika bisa menjadi sebesar ini, sampai-sampai Kodam datang ke Kota Banyuli secara pribadi untuk menemui Ardika."Ardika, sudah tamat riwayatmu! Tuan Kodam sudah datang secara pribadi! Kali ini kulihat siapa lagi yang bisa menyelamatkanmu dan istrimu!"Dedi sangat senang."Untuk apa kamu berbicara omong kosong lagi dengan idiot itu? Ayo cepat pergi sambut kedatangan Tuan Kodam!"Derril mendengus, lalu segera menarik Dedi keluar dari ruang interogasi.Di depan pintu Kediaman Wali Kota, dua mobil melaju dan berhenti tepat di depan pintu.Dedi tahu itu adalah mobil khusus Kodam. Seorang Kodam hanya datang dengan mobil, benar-benar tidak menonjolkan diri.Melihat Helios keluar dari mobil, kedua orang itu segera menghampirinya dan memberi hormat. "Hormat kepada Tuan Kodam!""Di mana Ardika?" tanya Helios dengan ekspresi masam. Tanpa menghentikan langkah kakinya, dia bergegas berjalan
Dedi dan Derril benar-benar tercengang.Mengapa Helios memarahi mereka?Walaupun mereka bertanya-tanya mengenai sikap Helios terhadap Ardika, tetapi mereka belum benar-benar menyadari apa yang sedang terjadi.Derril buru-buru berkata, "Tuan Kodam, Ardika secara terang-terangan mengirimkan hadiah kepada Tuan, tapi dia malah nggak mengakui perbuatannya. Pak Dedi menggunakan cara kejam seperti ini juga demi melindungi reputasi Tuan."Dia mengira dengan berbicara seperti ini, dia bisa menyulut amarah Helios.Bagaimanapun juga, Kodam bergegas datang sendiri ke Kota Banyuli karena kasus ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kodan tidak akan melepaskan Ardika begitu saja."Mengirimkan hadiah untukku? Dia melakukan hal itu karena nggak tahan melihat kalian bertindak semena-mena di Kota Banyuli! Dia sedang memberiku peringatan!"Helios memelototi Derril dengan marah dan berkata, "Coba kamu katakan! Kedatanganmu kali ini ke Kota Banyuli, kamu dan Dedi sudah mendapat berapa banyak keuntungan?!"Begit
Siapa sangka ternyata ketiga orang pelayan anjing itu juga merupakan ahli bela diri.Dalam sekejap, mereka sudah menerjang ke hadapan Luna. Saking cepatnya pergerakan mereka, Desi dan yang lainnya tidak sempat bereaksi.Luna sendiri juga memejamkan matanya saking ketakutannya.Walaupun sikapnya sangat tegas, tetapi saat menghadapi situasi seperti ini, hanya tersisa ketakutan yang menyelimuti hatinya."Bam!"Tepat pada saat ini, sosok bayangan seseorang tiba-tiba muncul di hadapannya, lalu mengangkat satu kaki dan melayangkan tendangan ke arah pelayan anjing yang menerjang di paling depan itu. Dengan darah muncrat dari mulutnya, tubuh pelayan anjing itu terpental."Ardika!"Wulan meneriakkan nama Ardika dengan kesal, dia memelototi pria itu dengan penuh kebencian.Begitu mendengar teriakan ini, secara refleks Luna membuka matanya.Saat dia melihat sosok bayangan familier yang berdiri di depannya dan melindungi dirinya itu, matanya langsung memerah.Tidak peduli kapan pun dan seberapa be
"Futari, kemarilah, jangan ikut campur dalam pembicaraan orang dewasa!"Amanda segera menarik putri kesayangan yang berlinang air mata itu ke hadapannya. Kemudian, sambil memeluk putrinya, dia menatap Tuan Anjing dengan tatapan marah."Kalian menjauh saja."Saat ini, Ardika juga sudah berdiri. Dia menepuk-nepuk bahu Handoko dan Hariyo.Setelah melirik bekas tamparan di wajah Futari, sorot matanya berubah menjadi sedingin es."Ardika, apa yang ingin kamu lakukan? Cepat duduk!""Apa kamu merasa masalah masih belum cukup besar? Kamulah penyebab semua masalah ini! Nanti aku akan memperhitungkannya padamu!"Melihat Ardika sudah mulai bergerak, Desi buru-buru menegurnya.Dia sudah tahu jelas temperamen Ardika. Dia takut mulut bocah ini memperburuk situasi.Setelah memelototi Ardika dengan sorot mata peringatan, Desi segera berbalik dan menghampiri Tuan Anjing."Tuan Anjing, saat berada di Kediaman Keluarga Basagita, kami sudah berjanji pada Tuan Besar. Kami akan melakukannya dengan baik.""S
Raut wajah Luna juga sedikit memucat. Namun, setelah melirik Ardika sekilas, dia tetap menggelengkan kepalanya dengan penuh tekad."Mengenai Mikues menjabat sebagai wali kota, ini adalah hal besar, bukanlah hal yang bisa keluarga kami campur tangan. Maaf, kami nggak bisa menuruti permintaan ini.""Adapun mengenai pelepasan Elsen, kecuali kalian bisa meminta Nyonya Tisya untuk berjanji di depan publik setelah Elsen dibebaskan, dia nggak akan membalas keluarga kami! Kalau nggak, kami juga nggak bisa menuruti permintaan ini!""Ini adalah batasanku!"Luna tahu kedua hal ini tidak bisa disetujui dengan mudah.Namun, dia tetap menyisakan ruang untuk berkompromi."Meminta Nyonya Tisya untuk berjanji di depan publik?"Begitu mendengar ucapan ini, Wulan tidak bisa menahan diri dan tersenyum dingin sekaligus mengejek. "Luna, memangnya kamu pikir kamu siapa? Apa hakmu meminta ibu angkatku untuk berjanji pada kalian?""Sesungguhnya, ibu angkatku sudah bilang padaku, bukan hanya menyuruh suamimu un
"Hormat kepada Tuan Anjing!"Saat itu juga, beberapa orang dewasa di tempat itu, termasuk Luna segera bangkit dan memberi hormat kepada Tuan Anjing dengan sopan.Sementara itu, beberapa anak muda tersebut sudah ketakutan sejak awal. Mereka hanya berdiri mematung di tempat, menyaksikan pemandangan itu dengan sedikit ketakutan.Hanya Ardika yang tidak menunjukkan reaksi apa pun, dia tetap duduk di sana dan makan tanpa menunjukkan ekspresi apa pun."Handoko, seduh teh berkualitas baik untuk menjamu tamu!"Setelah memberi instruksi pada putranya, Desi menyunggingkan seulas senyum kaku dan menyapa, "Tuan Anjing adalah tamu dari jauh. Tuan dipersilakan untuk duduk. Nanti Tuan akan dipersilakan untuk mencicipi teh terbaik kami.""Nggak perlu."Tuan Anjing melangkah maju, lalu berkata dengan suara serak yang tidak enak didengar, "Tujuan kedatanganku kemari hari ini ada dua hal."Seiring dengan pergerakannya ini, tiga ekor anjing ganas itu juga ikut bergerak maju sambil menjulurkan lidah.Mengh
Setelah mendengar ucapan suaminya, ekspresi Desi langsung berubah.Pada akhirnya, dia mendengus dengan enggan, tetapi dia juga tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.Karena suaminya dan putrinya sudah mengatakan demikian, dia juga menyadari mungkin dirinya sudah gegabah."Benar saja, aku sudah tahu pasti ini ulah Kakek dan yang lainnya."Sementara itu, ekspresi Luna berubah menjadi agak masam.Dia masih belum sempat memberi tahu orang tuanya mengenai pembelian saham Grup Hatari yang dilakukan oleh Keluarga Basagita atas niat buruk.Siapa sangka, Keluarga Basagita malah begitu tidak tahu malu.Mereka berpura-pura seakan-akan tidak terjadi sesuatu, lalu menghasut ayah dan ibunya untuk mengelabui Ardika.Hasilnya, Keluarga Basagita yang akan mendapatkan keuntungan, lalu menindas keluarga mereka dengan makin menjadi-jadi."Ayah, Ibu, ada satu hal yang masih belum kalian ketahui ...."Saat itu juga, Luna menceritakan tentang pembelian atas niat buruk yang dilakukan oleh Keluarga Basagita,
Begitu Ardika selesai berbicara, jantung Luna langsung berdegap kencang.Dia sudah sangat mengenal temperamen ibunya.Setiap kali ibunya merasa puas, ibunya akan memperlakukan seseorang lebih baik dibandingkan siapa pun.Namun, setiap kali ibunya merasa tidak puas, tanpa banyak bicara lagi, sikap ibunya pasti akan berubah seratus delapan puluh derajat."Nggak cocok?"Benar saja, detik berikutnya senyuman di wajah Desi langsung menegang.Meletakkan alat makannya di atas meja, Desi menatap Ardika dengan lekat dan berkata, "Coba kamu katakan, mengapa nggak cocok?""Ibu, aku sudah pernah melihat CV Mikues ini selama di Suraba."Ardika tidak memedulikan perubahan sikap Desi, dia menjelaskan dengan sabar, "Orang ini terlalu memedulikan pencapaian. Dia adalah tipe orang yang tergesa-gesa dalam meraih pencapaian, orang yang ambisius. Demi meraih pencapaian, dia bisa menggunakan cara apa saja.""Kalau membiarkan dia yang memimpin Kota Banyuli, bukan sebuah keberuntungan bagi penduduk Kota Banyu
"Hormat kepada Tuan Anjing!"Ternyata pria tua inilah Tuan Anjing yang sesungguhnya.Tuan Besar Basagita menarik napas dalam-dalam, lalu segera bangkit dan membeli hormat.Menghadapi sosok pria tua dengan aura menakutkan yang menyelimuti sekujur tubuhnya itu, Tuan Besar Basagita benar-benar ketakutan.Wulan juga berkata dengan penuh hormat, "Tuan Anjing, aku harap Tuan bisa menemaniku ke Vila Cakrawala!""Nggak masalah!"Tuan Anjing mengangguk sambil tersenyum jahat....Vila Cakrawala.Begitu kembali dari Kediaman Keluarga Basagita, Desi langsung berinisiatif menyiapkan satu meja hidangan, bahkan meminta Luna untuk segera memanggil Ardika pulang.Merasakan sikap Desi yang tidak biasa ini, Luna merasa sedikit terkejut. Namun, dia merasa ini adalah hal yang baik. Oleh karena itulah, dia segera menghubungi Ardika.Handoko dan Amanda sekeluarga juga berada di rumah.Satu keluarga besar itu berkumpul bersama dan makan dengan diselimuti suasana harmonis."Kak Ardika, beberapa hari lagi aku
"Eh ... ini ...."Dalam sekejap, ekspresi seluruh anggota Keluarga Basagita tampak sangat menarik.Ada yang kagum dan iri, ada juga yang menunjukkan ekspresi rumit.Tiba-tiba saja, Ardika, pecundang yang mereka pandang rendah, sudah bisa menentukan pemilihan wali kota yang setara dengan level wakil kodam.Bahkan pengangkatan Mikues yang didukung oleh Keluarga Bangsawan Basagita Suraba juga membutuhkan persetujuan dari Ardika.Hal ini adalah hal yang sama sekali tidak bisa dibayangkan oleh mereka."Huh! Apa yang perlu dikagumkan? Dia hanya sekadar beruntung saja!"Hanya Wulan yang menunjukkan ekspresi acuh tak acuh.Dia tidak menyembunyikan kebenciannya terhadap Ardika, semua orang tahu alasannya.Tuan Besar Basagita mengalihkan pandangannya ke arah Jacky dan Desi, lalu berkata, "Jacky, kalian harus kembali dan bicarakan dengan Ardika. Dia harus menyetujui Mikues menjadi wali kota. Kali ini jangan bersikap keras kepala lagi.""Dia mendapatkan dukungan dari Keluarga Bangsawan Basagita Su
"Violet, sekarang semua orang sudah tahu, ingin menjadi Wali Kota Banyuli, membutuhkan persetujuan dari Ardika itu.""Menurutku, ini ada kaitannya dengan proyek kota baru Sungai Banyuli yang telah dia usulkan sebelumnya. Terlebih lagi, ini adalah sebuah proyek besar yang melibatkan banyak pihak, jadi perlu dipastikan bisa berlanjut dengan baik.""Itulah sebabnya, wali kota baru yang diangkat oleh kabinet kali ini, pasti harus memiliki pemikiran yang sejalan dengan Ardika ....""Eh ... ini ...."Violet tercengang sambil menggenggam ponselnya, mulutnya terbuka sangat lebar hingga bisa dimasukkan sebutir telur ayam.Dia tidak memedulikan kata-kata yang keluar dari mulut Jorgo selanjutnya.Dia hanya memedulikan satu hal.Pemilihan wali kota baru memerlukan persetujuan dari Ardika?Apakah ini hanya sebuah kebetulan belaka, atau bocah itu sudah tahu sejak awal, itulah sebabnya bocah tersebut bertaruh dengannya?"Halo? Violet, apa kamu mendengarkanku?""Oh ya, sebelumnya kamu bilang kamu mau