Kia melirik sebuah benda yang tergeletak dengan manis di samping komputer di meja kerjanya. Pagi itu suasana masih sepi. Belum banyak yang datang. Kia melangkah lalu mengambil benda itu. Sebuah undangan dengan cover berwarna biru muda, dengan tinta silver bertuliskan Teguh & Kalila. Kia melirik cover undangan itu. Azkia Rachel Poernomo, S.Farm., Apt. Ya, namanya. Berarti undangan ini memang ditujukan untuknya.
“Kamu?” Kia sedikit berteriak karena tidak percaya dengan pandangannya.Di kursi sebelahnya sudah ada lelaki tampan dengan setelan jas rose gold, yang men
Kia mengedipkan kedua matanya, merasa silau karena sinar matahari yang sudah memasuki jendela kamarnya. Kepalanya sedikit pusing, mungkin karena terlalu banyak menangis tadi malam. Kedua matanya pun masih sembap, dan bagian kantung matanya terlihat membesar. Harusnya tadi malam dia mengompres kedua matanya sebelum jatuh tertidur.
Setengah jam pesawat mengudara, tiba-tiba badan pesawat berguncang hebat. Kia yang tertidur pun langsung panik membuka matanya. Tidak pernah selama hidupnya dia mengalami hal ini. Terdengar pengumuman bahwa mereka mengalami turbulensi akibat cuaca buruk. Sedetik setelah itu, dapat dirasakan oleh seluruh penumpang bahwa pesawat ini seperti terhempas dari ketinggian yang ada. Seperti terjun bebas. Beberapa penumpang menjerit panik. Sementara Kia tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya terpejam. Tangannya mengcengkeram erat sebuah lengan besar disampingnya, Kia tak peduli itu lengan siapa.
Kia memencet bel berkali-kali di depan pagar sebuah rumah dalam kawasan perumahan asri ini. Sepertinya pemilik rumah sedang sibuk hingga tidak bisa membukakan pintu untuknya? Kia sangat kesal, karena meskipun jam baru menunjukkan pukul setengah delapan pagi, tetapi matahari sudah bersinar cukup terik. Membuat nya berkeringat cukup banyak. Kia meraih ponselnya lagi, mencoba menghubungi sang pemilik rumah agar membukakan pintu untuknya.
Rani menyikut pinggang Kia pelan, menyadarkankan dari rasa terkejut dan gugup dalam waktu yang bersamaan.“Ini kenalin temen Mas Fahri. Namanya Elang.”
Sabtu malam, selepas senja, Kia sudah menapakkan kakinya di sepanjang jalan Malioboro. Suasana disini tidak pernah sepi, selalu ramai pengunjung. Meskipun hanya seorang diri, Kia tak merasa kesepian. Dia justru sangat bersemangat menyusuri jalan, menikmati hiruk pikuk di sekitarnya. Langkahnya terhenti saat telinganya samar mendengar alunan musik angklung yang khas. Dia mengedarkan pandangannya, lalu segera melangkah menuju asal suara itu.
Kenapa jatuh cinta harus diawali dengan kata ‘jatuh’? Bagaimanapun juga apabila kita terjatuh, rasanya sungguh tidak menyenangkan. Dan ketika Kia merasakan dirinya jatuh cinta, dia pun merasakan sakitnya terjatuh berkali-kali, bahkan pada orang yang sama.
Elang tersenyum tipis menyapa wanita di depannya, “Halo, Chel… Ketemu lagi.”Kia terkejut dengan lelaki yang tiba-tiba ada di hadapannya, “Hhmm? O