Share

Bunga Tulip

Angin bertiup lumayan kencang saat ini, membuat terbang semua benda-benda ringan. Di landasan pacu pesawat sudah menanti rombongan yang akan menjemput mereka. Terlihat Guntur dan Anna serta beberapa pengawalnya. Dengan digandeng oleh kedua pamannya Aneet menuruni tangga pesawat.

‘Ayah! Aneet pulang. Aneet ingin ketemu Ayah.’ dalam hati Aneet berucap saat kakinya menginjakkan landasan pacu pesawat.

Aneet mengambil nafas panjangnya lagi kemudian dia berlari menghampiri oma dan opanya yang sudah menunggu, Aneet memeluk mereka berdua dengan sangat erat untuk melepaskan rasa rindu.

“Oma, Opa.” ucap Aneet saat berada dipelukan oma dan opanya.

“Oma rindu sekali dengan Aneet.” kata Anna, Septiana Baskara adalah nama  oma dari aneet yang biasa disapa dengan Ana. Ana adalah seorang wanita kareir yang membantu bisnis berlian suaminya. Sementara Guntur Pradipta Pasha adalah pimpinan Pasha grub perusahan yang punya banyak anak cabang. Dia juga termasuk orang yang disegani dikalangan para mafia.

Sebenarnya sebulan sekali Ana dan Guntur menjenguk Aneet dan kedua pamannya, tapi tiga bulan ini karena Aneet mau pulang hanya Guntur saja yang datang menjenguk.

“Opa! Ayah tidak datang untuk menjemput Aneet?” tanya Aneet sambil menolehkan kepalanya kesana kemari. Aneet sendiri sekarang sudah agak lupa dengan wajah sang ayah karena sudah lama tidak ketemu. Bahkan lebih lama dari kematian sang ibu.

“Opa memang tidak memberitahu Ayah jika hari ini kamu dan paman datang.” jawab Guntur. 

Mendengar jawaban Guntur Aneet memutarkan kedua bola matanya dan sedikit menurunkan bahunya.

“Opa mau dalam waktu dekat ini kamu tidak bertemu dengan Ayah dulu. Beberapa waktu lalu kepala cabang wilayah tiga baru saja meningga. Pamanmu... Jarot adalah kandidat terkuat yang akan menggantikannya. Opa tidak mau kamu jadi korban dari persaingan ini, seperti ibumu.” Perintah Guntur.

Aneet memejamkan mata dan merundukkan kepalanya sebagai respons tidak puas dengan perintah guntur.

“Nanti kalau sudah saatnya pasti Aneet akan bertemu dengan ayah. Oma percaya Ayah juga merindukan Aneet.” hibur Ana sambil mengusap pipi Aneet.

“Iya Oma.” 

Sambutan selamat datang beralih kepada putra kembar mereka Gaying dan Gayang. Mereka memeluknya dan memperlakukan hal yang sama dengan Aneet.

Mereka berjalan keluar dari bandara, didepan bandara sudah berjajar beberapa mobil Alphard mewah untuk membawa mereka pulang kerumah.

“Opa, Aneet mau ke makam ibu.” Pinta Aneet saat berada di dalam mobil. Guntur Pradipta Pasha adalah seorang pengusaha yang sukses di beberapa bidang usaha. Dia sangat sayang sekali dengan Aneeta, jadi sangat jarang permintaan Aneeta yang di tolaknya.

“Pak Raden. Kita ke makamnya Gayatri.” Ucap Guntur pada sopir pribadinya. ‘Ke makam orang yang masih hidup. Aneh rasanya!’ ucapnya dalam hati.

“Iya pak!” jawab Pak raden.

Wajah Aneet yang sedari tadi kecewa berubah menjadi ceria. Senyumnya yang mengembang manis di bibir juga membuat seisi mobil juga bahagia.

“Pak raden.” panggil Aneet

“Iya Non, ada yang bisa bapak bantu?” tanya pak raden sembari masih fokus dengan kemudinya.

“Nanti di depan jika ada toko bunga berhenti sebentar ya. Aneet mau beli bunga buat ibu.” Jawab Aneet.

Pak Raden tidak lekas menjawab, dia menoleh ke arah Guntur menunggu isyarat dari guntur. Tak berapa lama anggukan kepala Guntur menjadi tanda setuju.

“Iya Non, siap. Nanti pak Raden berhenti.” Jawaban Raden

“Makasih ya pak.”

Mobil dipacu dengan cepat oleh pak Raden, hingga mereka hampir tiba di area pemakaman. Disana berjajar beberapa toko bunga. Sampai akhirnya pak raden menepikan mobilnya pada toko bunga dengan cat tembok pink menghiasi dindingnya.

“Non, beli disini saja ya.” Ucap pak Raden

“Iya pak,” jawab Aneet. “Aneet turun sebentar ya oma.” pamit aneet

“Mau ditemani?” tanya Ana

“Biar Ying dan yang saja yang temani Aneet Mah.” sahut Gayang

Pak Raden membuka pintu mobil dari kemudi. Mereka bertiga turun dan berjalan masuk kedalam, mereka mencari-cari bunga kesukaan Aya yaitu tulip berwarna putih. Mereka memisahkan diri dan terus mencari dengan cermat.

“Non, ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang nenek. Dia sudah sangat tua sekali dengan keriput di wajah dan tangannya.

“Nenek, Aneet mencari bunga tulip putih punya?” tanya Aneet sambil jalan mendekat kearah sang nenek.

“Kamu tidak sering datang kesini kan? Mau ziarah ke makam siapa mencari bunga tulip putih?” tanya nenek sambil berjalan ke arah meja. “Aku hanya tinggal punya 2 ikat, yang satu pasti diambil oleh seorang anak mudah yang berziarah ke makam istrinya.” Terangnya sambil mengeluarkan dua buah tulip putih yang masih segar.

“Iya nenek aku memang tidak pernah kesini selama ini. Boleh satu ikatnya untuk saya?” Ucap lembut Aneet

Dengan tersenyum sang nenek memberikan bunga itu kepada Aneet. Aneet menerima bunga itu dan mencium tangan si nenek. Aneet memberikan sejumlah uang kepada si nenek dengan nominal jauh lebih banyak dari harga bunganya.

“Aku tidak meminta bayaran darimu.” ucap sang nenek kepada Aneet sambil menyodorkan uangnya kembali.

Aneet dengan lembut mendorong tangan nenek itu lalu berkata. “ini bukan bayaran untuk bunga ini nek, tapi untuk nenek yang telah baik hati memberikan bunganya untuk saya. Mulai sekarang setiap akhir pekan nenek harus menyiapkan bunga yang sama dengan ini untuk saya.” 

Nenek itu menganggukkan kepalanya, Karena terburu-buru Aneet langsung berpamitan kepada nenek dan pergi.

Mobil langsung dijalankan menuju makam. Hanya Gaying, Gayang dan Aneet yang turun ke makam. Sesampainya di depan makam sang ibu Aneet langsung merunduk dan menaruh bunganya. Dia termenung terdiam disana.

***

Setelah melakukan beberapa persiapan Annan dan Jarot siap untuk berangkat. Memakai pakai serba hitam dan berkata mata hitam, Mengendarai sebuah mobil Sports berwarna hitam mereka menembus jalanan. Tak lupa mereka mampir ke toko bunga langganannya yang terletak diujung perbatasan makam.

Turun dari mobil, dia sibakkan rambutnya ke belakang lalu berjalan ke masuk.

“Nek, mana bungaku.” Ucap Annan

“Ini bungamu.” balas nenek itu sambil memberikan bunganya. “Tadi baru saja juga ada seorang gadis kesini mencari bunga yang sama. Anaknya sangat baik.” Lanjutnya

“Bagus donk jadi nenek punya pendapatan.” kata Annan sembari menyalakan rokoknya menunggu bunganya selesai untuk dirangkai.

“Bukan hanya baik tapi juga cantik, lembut bicaranya.” puji nenek, “Nih bungamu, jangan terlalu banyak merokok tidak baik untuk kesehatan.” lanjut sang nenek yang memberikan bunganya kepada Annan dan mengambil rokok yang ada dimulut Annan.

Annan tak banyak komentar dia juga tidak marah karena sudah menganggap sang nenek adalah ibunya. Dia beri sejumlah uang lalu pergi meninggalkannya.

Saat mobil Annan memasuki komplek makam dia berpapasan dengan rombongan mobil Guntur.

“Kak, papah Guntur.” Jarot memberitahu Annan.

Annan menoleh melihat iring – iringan mobil tersebut. “ tumben dia ziarah, sejak Aya tidak ada dia tidak pernah mau diajak kesini.”

“Sudah mulai sadar kali kak, jadi dia kesini.”

“Hus! Jangan bicara seperti itu sama orang tua.” larang Annan

Mobil mereka menepi dan turun. Sampai di depan makam Aya. Annan terkejut dengan seikat bunga tulip putih yang berada dimakamnya aya.

“Darimana Papah tahu soal tulip putih ini.” ucap Annan sambil mengangkat tulip itu dari tanah.

“Maksudnya kak?” tanya Jarot heran

Annan tidak menghiraukan ucapan jarot, dia mencium tulip putih yang dia ambil. ‘Apa Aneet ada dalam rombongan tadi? Hanya Aku, Aya dan Aneet yang tau masalah tulip ini. Tapi tidak mungkin ah. Jika Aneet pulang papah pasti memberitahuku.’ Ucap Annan dalam lamunannya.

“Kak Annan!” panggil Jarot kembali karena Annan tidak merespons pertanyaannya.

“Hm!... Kenapa Jar?” tanya balik Annan

*** Bersambung ***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status