Share

Bab 26

Penulis: Dania Zahra
Napas Livy terengah-engah karena ciuman panas itu. Ketika Preston melepaskannya, wajahnya memerah seperti tomat. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin memakannya.

Preston menarik dasinya, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku sempat minum-minum waktu pertemuan bisnis siang tadi."

Livy tampak kebingungan karena belum tersadar dari keterkejutannya. Saat berikutnya, terdengar suara pintu dikunci. Livy menoleh, mendapati Preston mengunci pintu dari dalam.

Keempat mata bertatapan. Suasana di ruangan menjadi ambigu. Preston menjulurkan tangan dan merangkul pinggang ramping Livy. Seketika, Livy digendong dan diturunkan di sofa kulit hitam.

Livy tanpa sadar ingin bangkit, tetapi tubuh pria yang besar sontak menindihnya. Kemudian, sebuah kemasan kecil diletakkan di tangan Livy. Itu adalah kondom.

Livy seketika memahami keinginan Preston. Dia berkata dengan terbata-bata, "Pak, kita ... lagi di ... perusahaan ...."

Apa benar bisa melakukannya di sini? Bagaimanapun, di luar banyak orang yang berl
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 27

    Tanpa diduga, Zoey sudah melihatnya."Kak Livy!" seru Zoey sambil berlari menghampiri dengan penuh semangat. Dia langsung merangkul lengan Livy sambil mengadu dengan manja, "Aku bilang sama mereka aku adikmu dan minta izin ke atas untuk mencarimu, tapi mereka nggak percaya. Mereka bilang bakal menyuruhmu turun saja."Resepsionis menjelaskan dengan tidak berdaya, "Livy, bukan kami sengaja ingin menyulitkan. Kamu juga tahu aturan perusahaan. Orang tak berkepentingan nggak boleh sembarangan masuk.""Ya, terima kasih." Livy berterima kasih kepada resepsionis itu. Kemudian, dia membawa Zoey ke samping dan menyingkirkan tangannya sebelum bertanya dengan dingin, "Ada urusan apa?"Zoey mencebik. Dia hendak mengejek Livy, tetapi tiba-tiba teringat pada pesan Kristin. Ekspresinya langsung berubah. Dia tersenyum menyipitkan mata sambil berkata, "Kak, aku bakal wawancara di Grup Sandiaga dalam waktu dekat ini. Aku tahu kamu kerja di sini, makanya mengunjungimu. Kamu jarang pulang. Hubungan kita ja

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 28

    Untuk sesaat, lobi menjadi sunyi senyap. Livy merasa dirinya sangat sial. Kenapa Preston malah keluar di saat seperti ini? Bukannya pria ini di ruangannya tadi?Livy bisa merasakan Preston menatapnya. Dia menahan kegusarannya, lalu menarik Zoey sambil berkata, "Kita bicara di luar."Jika Preston tahu ada keributan yang terjadi karena masalah pribadinya, sekalipun mereka berdua punya hubungan yang agak istimewa, Preston belum tentu akan membelanya dan mungkin akan memecatnya.Livy tidak berani membayangkan konsekuensinya. Saat ini, dia menyesal karena tidak bertanya dulu pada resepsionis. Daripada menghadapi situasi seperti ini, dia lebih baik bercinta dengan Preston di ruang kantor."Pak Preston?" Zoey menatap Preston dengan mata berbinar-binar. Dia berseru takjub, "Dia Presdir Grup Sandiaga!"Zoey ingin bergabung dengan Grup Sandiaga cuma karena reputasi besarnya di ibu kota. Dia sama sekali tidak mencari tahu tentang informasi lainnya. Bahkan, Zoey mengira Presdir Grup Sandiaga adala

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 29

    Livy mengernyit. "Kamu mau buat onar sampai kapan? Semua tergantung wawancaramu sendiri. Aku nggak bisa bantu apa-apa."Livy tidak ingin buang-buang waktu dengan Zoey lagi. Dilihat dari ekspresi Preston tadi, pria ini juga tidak terlihat marah. Mungkin menurut Preston, Livy hanya sekadar mengobrol dengan adiknya.Livy berbalik dan pergi. Zoey masih ingin mengganggunya, tetapi ada banyak orang yang melihatnya. Pada akhirnya, dia hanya bisa menggertakkan giginya dengan geram dan pergi. Dia akan menunggu wawancaranya dulu.....Ketika Livy kembali ke departemen sekretaris, Ivana segera menghampiri. "Livy, kenapa Pak Preston memanggilmu tadi?"Livy termangu sesaat. Dia sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan ini. "Oh, aku ditegur karena adikku. Adikku mau wawancara sore nanti, tapi datang mencariku dulu. Pak Preston kira aku mau membantunya, jadi memberiku peringatan."Ivana menarik napas dalam-dalam. "Rupanya kamu ditegur ...."Livy menyunggingkan bibirnya dan berucap, "Bukan masalah be

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 30

    Bagi Livy, ini adalah kabar mengejutkan. Bagaimana mungkin Zoey bisa diterima dengan prestasi yang begitu buruk? Kecuali ....Setelah memikirkan ini, Livy berlari keluar dari ruang data. Dia tidak bisa mendengar suara Annie lagi.....Di ruang presdir, Livy mengetuk pintu. Sesudah mendapat respons, dia memberanikan diri untuk masuk.Preston sedang bekerja. Ketika melihat Livy, tatapannya terlihat datar, seolah-olah tahu Livy akan mencarinya. Dia berkata, "Aku telepon orang dulu."Livy duduk di sofa untuk menunggu. Ketika melihat waktu terus berlalu, Livy hanya bisa menghela napas dengan pasrah. Sepertinya dia tidak bisa mengunjungi neneknya malam ini. Sekarang sudah malam. Livy tidak ingin mengganggu neneknya istirahat.Setelah menunggu beberapa saat lagi, Preston akhirnya selesai bertelepon. Livy segera berdiri dan memanggil, "Pak ...."Sebelum Livy sempat berbicara, Preston telah melambaikan tangan untuk memanggilnya. Livy pun menghampiri. Saat berikutnya, Preston menariknya ke peluk

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 31

    Preston sudah tidak sabar untuk pulang. Jantung Livy berdetak kencang. Dia bisa membaca isi pikiran Preston dari tatapannya. Jika tidak segera pergi, Preston mungkin akan melahapnya di sini.Livy buru-buru mengangguk. "Oke, aku akan cepat." Usai berbicara, Livy langsung kembali ke ruang data untuk merapikan barang-barangnya.Seketika, Livy tersadar kembali. Dia jelas-jelas ingin menanyakan tujuan Preston memasukkan Zoey, tetapi malah tidak mendapat kesimpulan apa pun dan Preston yang mengambil keuntungan darinya.Namun, dari ucapan Preston, sepertinya Zoey bisa bergabung dengan Grup Sandiaga berkat dirinya? Hanya saja, Preston adalah orang yang profesional. Livy saja hampir dipecat. Bagaimana bisa Zoey diterima? Jangan-jangan Preston menyukai wanita seperti Zoey?Ah, sudahlah! Livy tidak ingin memikirkannya lagi. Lagi pula, departemen propaganda sangat jauh darinya. Asalkan Livy tidak mengusik Zoey, Zoey juga tidak punya kesempatan untuk mengusiknya.....Zoey sangat gembira setelah ta

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 32

    Sebelum tidur, Livy terpikir akan sesuatu. Di perusahaan, dia dipersulit Annie. Malam harinya, dia bekerja lembur untuk memuaskan Preston. Sepertinya, cepat atau lambat tubuhnya tidak akan tahan.Apalagi, Preston punya hasrat dan energi yang begitu besar. Jika situasi seperti ini terus berlanjut, bagaimana Livy harus bertahan?Livy sangat berharap dirinya cepat menstruasi supaya bisa beristirahat beberapa hari. Adapun Annie yang menyulitkannya, Livy tidak berniat memberi tahu Preston.Setelah kejadian sebelumnya, Annie pasti sudah membuat persiapan. Kalaupun Livy mengadu, Annie pasti akan memberi alasan yang terdengar baik.Selain itu, Livy tahu dirinya tidak berhak mengadu. Mereka berhubungan hanya karena kontrak dan bukan pasangan sesungguhnya.Sementara itu, Annie adalah atasan Livy. Menurut logika, sudah seharusnya Livy menuruti perintah Annie. Setelah memikirkan semua ini, Livy pun tidur.....Ruang data terletak di belakang departemen sekretaris. Meskipun tidak luas, tempat ini s

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 33

    Livy sedang bertaruh, apakah Stanley berani mengambil risiko sebesar ini untuk pernikahannya?"Kamu!" Stanley menggertakkan giginya dengan kuat. Dia memang tidak berani mengadu. Dia susah payah mengejar Chloe, apalagi Keluarga Dewanto kurang puas padanya.Jika Keluarga Sandiaga tahu Stanley pernah punya hubungan dengan Livy, hal ini mungkin akan memengaruhi pernikahannya dengan Chloe. Pada akhirnya, Stanley akan rugi."Livy, masalah ini belum selesai!" Setelah melontarkan ancaman, Stanley menutup telepon dengan kesal.Chloe sering memberi tahu Stanley tentang Preston. Preston bukan pria yang sudah merayu wanita, bahkan sering menolak wanita. Jika Livy dan Preston bisa menikah, itu artinya mereka sudah lama punya hubungan. Bahkan, mungkin mereka sudah mengenal sebelum Stanley bersama Chloe.Begitu memikirkan dirinya dipermainkan oleh Livy selama ini, bahkan harus memanggil Livy dengan panggilan "bibi" dan bersikap sopan padanya, Stanley merasa sangat gusar dan tidak bisa menerima kenyat

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 34

    Ketika Livy masih termangu, tiba-tiba terlihat sesosok yang cantik berlari ke depan Preston. Itu bukan orang lain, melainkan Zoey yang berdiri di sampingnya tadi."Pak Preston!" Zoey bersikap seolah-olah mereka sangat dekat. Setelah memanggil dengan centil, dia berkata, "Terima kasih sudah menerimaku. Aku pasti akan bekerja dengan giat dan nggak akan mengecewakanmu!"Pertumbuhan Zoey sangat baik. Dia membusungkan dadanya. Karena memakai rajutan ketat berkancing, bahkan kancing pertama serta kancing keduanya terbuka, sosok Zoey pun terlihat makin seksi. Hanya dengan melihat ini, pria mana pun akan berfantasi.Sejak SMA, Zoey memang punya banyak penggemar. Itu sebabnya, dia sangat percaya diri, terutama pada tubuhnya. Tubuh Zoey memang lebih seksi dari sebagian besar wanita. Dia tahu dirinya bisa bergabung dengan Grup Sandiaga berkat Preston.Preston pasti tertarik padanya. Jika tidak, Zoey tidak mungkin berdiri di sini sekarang. Zoey sengaja berterima kasih kepada Livy hanya untuk membe

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 417

    Tanpa mempertimbangkan sudah berapa banyak nyawa yang telah dihabisi Gavin dan hanya bagi Livy sendiri saja, Gavin adalah pria yang hampir saja merenggut nyawanya."Aku nggak begitu mengerti urusan seperti ini. Sayang, kamu saja yang menanganinya," kata Livy yang tidak mungkin memaafkan Gavin begitu saja di depan Fabian. Menurutnya, pilihan terbaik adalah menyerahkan masalah ini pada Preston."Pak Preston, aku mohon padamu. Anakku memang bersalah. Tenang saja, aku akan membuangnya ke luar negeri dan nggak akan kembali mengganggumu selama sepuluh tahun ke depan. Bisakah kamu memaafkan Keluarga Soedjono dan mengampuni nyawanya?" kata Fabian yang terus memohon pada Preston dengan air mata mengalir di wajahnya, menunjukkan dirinya adalah ayah yang baik.Namun, Preston hanya menatap Fabian dengan dingin dan berkata dengan cuek, "Pak Fabian, manusia nggak boleh serakah. Antara Keluarga Soedjono atau Gavin, kamu harus memilih salah satu."Fabian langsung tertegun sejenak, lalu menoleh ke arah

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 416

    Setelah diam-diam melirik Preston, Livy meneguk habis dua gelas air dingin dan mengganti filmnya dengan tegas.Preston langsung menatap Livy dan berkata, "Kenapa? Filmnya masih belum berakhir."Livy berkata dengan canggung, "Aku tiba-tiba nggak ingin menontonnya lagi. Sayang, bagaimana kalau kita jalan-jalan di luar?"Saat ini, cuaca di luar sangat dingin. Livy tidak percaya sisa obat yang terakhir ini akan membuatnya terangsang lagi setelah terkena angin dingin.Namun, begitu mendengar perkataan itu, Preston langsung menatap Livy dengan ambigu. "Sepertinya semalam kamu masih belum lelah, jadi sekarang masih punya tenaga untuk jalan-jalan."Livy berpikir bagaimana mungkin dan secara refleks menggigil. Meskipun Preston tidak lelah setelah berhubungan selama dua hari berturut-turut, kakinya sudah gemetar. Namun, justru karena begitu, dia baru merasa tubuhnya tidak kuat dan ingin jalan-jalan di luar. "Aku hanya merasa terlalu pengap di rumah. Sayang, bagaimana kalau aku pergi jalan-jalan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 415

    "Mengadu apa?" Livy tertegun. Dia hanya merasa bahwa Preston pasti salah paham lagi."Aku nggak tahu apa yang kamu salah pahami kali ini, tapi aku sama sekali nggak mengatakan apa pun pada Ayah. Kalau kamu nggak percaya, ada rekaman di ruang tamu. Kamu bisa memeriksanya!"Meskipun Livy sudah terbiasa dengan kenyataan bahwa Preston sering salah paham padanya, saat mengatakan ini, dia tetap ingin menangis.Matanya memerah, tetapi dia tetap menatap Preston dengan keras kepala. Bibir merahnya sedikit bergetar, lalu air mata mulai jatuh.Melihat itu, Preston merasa gusar. Dengan kesal, dia menghapus air mata di sudut mata Livy dan menggerutu, "Kenapa kamu cengeng sekali? Kamu ini terbuat dari air atau apa?""Bukan begitu." Livy menggeleng dengan cepat, tetapi wajahnya masih ditahan oleh tangan Preston. Jari-jari kasar pria itu menyapu sudut matanya."Kamu yang selalu salah paham padaku." Suaranya terisak karena menangis. Dia terdengar seperti kelinci kecil yang sedang ditindas, membuat siap

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 414

    Saat Preston kembali ke rumah, Livy sudah tak terlihat.Yang tersisa hanyalah Tristan yang duduk dengan wajah penuh kekesalan. Dia mendengus pelan. "Masih tahu jalan pulang? Aku pikir jiwamu sudah sepenuhnya terpikat oleh gadis itu!"Preston mengerutkan kening, menatap Tristan dengan tidak setuju, lalu menjelaskan, "Ayah, hubunganku dengan Sylvia nggak seperti yang kamu pikirkan.""Aku ini belum buta! Sylvia itu jelas menyukaimu. Aku sudah berkali-kali mengingatkan, kalau kamu nggak tertarik, jangan memberi harapan! Kamu malah bersikap baik padanya. Dulu mungkin nggak masalah, tapi sekarang kamu sudah punya istri! Kenapa kamu masih nggak tahu batasan?"Wajah Tristan penuh kekecewaan. Anaknya ini memang sempurna dalam banyak hal, mewarisi gen baik darinya, tampan dan sangat berbakat. Namun, justru karena itu, dia selalu menarik perhatian wanita di mana-mana.Yang lebih parah, Preston tidak menyadari apa pun dan memberi celah untuk kesalahpahaman."Ayah, Sylvia pernah menyelamatkan hidup

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 413

    Saat itu, neneknya sudah sangat kesulitan membiayai pendidikannya. Tidak ada uang lebih untuk mengikuti kelas minat dan bakat.Namun, Livy tidak pernah iri pada orang lain. Yang ada di pikirannya hanyalah belajar dengan giat, masuk universitas yang bagus, mendapatkan pekerjaan yang baik, dan membalas budi neneknya dengan kehidupan yang lebih baik. Namun ...."Nggak perlu, akhir-akhir ini aku sibuk dengan pekerjaan." Livy menolak dengan halus."Baiklah." Sylvia juga tidak terlalu memedulikan penolakannya. Kemudian, dia mengambil bidak putih, tetapi Tristan tiba-tiba melambaikan tangannya."Aku sudah tua, baru ngobrol sebentar saja rasanya sudah lelah. Sylvia, aku terima hadiahmu. Sampaikan kepada kakekmu kalau aku pasti datang ke pesta ulang tahunnya minggu depan."Wajah Sylvia sontak menegang. Tristan menyuruhnya pergi? Dasar tua bangka! Meskipun Tristan tidak terang-terangan menunjukkan kekesalannya, Sylvia tetap bisa merasakan pria tua ini tidak menyukainya!Padahal, dia menyambut wa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 412

    Ekspresi Preston jelas melunak setelah mendengar perkataan Livy. "Bagus kalau kamu mengerti."Preston menarik Livy untuk duduk kembali di sofa, lalu menoleh ke arah Tristan dan berkata, "Ayah, Livy sudah bilang aku nggak membutuhkannya. Jadi, sup ini bisa kamu singkirkan, 'kan?"Hanya semangkuk sup ayam, 'kan? Kenapa reaksi Preston begitu berlebihan?Ketika Livy mengikuti Preston memandang mangkuk di samping papan catur, dia sontak memahami mengapa pria itu begitu menolak.Itu sama sekali bukan sup ayam! Warnanya hitam, dengan beberapa potongan kulit ayam hitam yang mengambang di atasnya, persis seperti makanan eksperimen yang gagal!Jika diminum, bukannya menambah energi, justru mungkin bisa membunuhnya!"Ya sudah kalau nggak mau minum, bukan aku yang akan merasakan akibatnya nanti." Tristan mendengus, lalu melirik Preston dengan kesal sebelum berdecak. "Pergi sana! Setiap kali main catur kamu selalu begitu kejam, bahkan nggak memberi kesempatan pada ayahmu sendiri. Aku ingin main cat

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 411

    "Pak Preston ...."Mata Livy sedikit memerah. Dia mengambil inisiatif untuk mencium bibir tipis pria yang begitu dekat dengannya.Dengan tangan gemetar, dia menanggalkan setiap helai pakaian Preston, lalu tak kuasa menggigit bahu lebar pria itu dengan lembut. Air matanya mengenai tubuh Preston."Kalau kamu nggak peduli dan nggak menyukaiku, kenapa memperlakukanku dengan begitu baik? Kalau ini terus berlanjut, aku mungkin nggak akan bisa mengendalikan diriku ...."Bagaimana mungkin dia tak tergoda oleh pria sehebat ini? Namun, bagi Livy, Preston adalah jurang yang dalam.Dia tidak boleh jatuh ke dalamnya. Namun, pada saat yang sama, dia juga tidak bisa mengendalikan perasaannya terhadap pria itu."Nggak bisa mengendalikan apa?" Preston mencengkeram pinggangnya dengan erat.Angin dari luar meniup tirai jendela besar. Di ranjang yang luas itu, dua tubuh terjalin erat dalam keintiman ....Saat Livy terbangun lagi, tubuhnya terasa begitu lemah hingga menggerakkan satu jari saja terasa seper

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 410

    Saat ini, di dalam kamar tidur, Livy sedang menahan rasa sakit yang menyiksa. Air dingin di dalam bak mandi sudah membasahi tubuhnya, tetapi panas di dalam tetap membakar, membuatnya semakin tidak nyaman.Rasanya seperti ada ribuan serangga yang menggigit dari dalam dadanya, menyebar perlahan, hingga dia hanya bisa mencengkeram telapak tangannya sendiri, bahkan sampai berdarah.Saat kepalanya mulai terasa pusing, tiba-tiba pintu kamar mandi didorong dengan keras dari luar. Suara rendah dan penuh amarah pun terdengar. "Livy, kamu sudah nggak sayang nyawa?"Detik berikutnya, tubuhnya langsung diangkat dari bak mandi oleh Preston. Rasa dingin yang menyelimuti seketika menghilang, digantikan dengan kehangatan tubuh pria itu yang begitu membara.Livy dilempar kasar ke atas tempat tidur yang empuk, lalu tubuh Preston langsung menindihnya dengan kuat."Pak ... Preston ...." Begitu Livy membuka mulut, dia sendiri terkejut dengan suara lembut dan menggoda yang dikeluarkan.Mungkin karena ini su

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 409

    "Ayah, sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan Preston untuk sementara waktu."Livy berinisiatif merangkul lengan Preston, lalu menunjukkan senyuman malu-malu. "Tentang cucu, aku ingin menundanya sebentar. Lagian, aku masih muda. Kalau punya anak sekarang, pekerjaanku juga akan sulit diatur.""Baik, baik. Aku tahu anak muda pasti punya pemikiran sendiri." Tristan menghela napas pelan, lalu kembali ke topik awal. "Tapi Livy, kamu sudah berlatih di departemen bisnis selama beberapa bulan. Sudah waktunya kamu kembali. Jangan terlalu lama di sana, bisa merusak kesehatanmu.""Baik, Ayah."Setelah berbincang sebentar lagi dengan Tristan, Livy mulai merasa tidak tahan. Mungkin efek obat penghilang rasa sakitnya sudah hilang, jadi tubuhnya kembali terasa nyeri. Bahkan, napasnya juga mulai semakin berat."Ada apa dengan Livy?" Tristan adalah orang pertama yang menyadari ada yang tidak beres dengan Livy.Livy menggeleng, mengepalkan tangannya erat-erat, berusaha keras menenangkan d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status