Share

Bab 93

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-02 18:59:28

Bekerja di sini membuat Alisya tidak sempat merasa galau.

"Mbak Alisya jam sembilan diminta pak Firman ikut meeting di luar," kata Laras sekretaris Pak Firman.

Meeting dadakan bukan hal yang baru untuk Alisya, sebagai pegawai bagian keuangan dia terbiasa ikut kemanapun jika atasannya meminta untuk melakukan perincian harga proyek yang akan mereka kerjakan.

Devisi keuangan memang hanya memiliki tiga orang pegawai termasuk dirinya.

Tak jarang mereka harus lembur untuk memenuhi tuntutan kerja.

Seharusnya memang menambah pegawai di bagian ini.

Akan tetapi sebagai pegawai baru tentu saja Alisya hanya bisa diam.

Gaji yang mereka berikan memang besar sangat sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, jika saja Alisya bukan wanita yang sedang mengandung bayi kembar tentu dia tidak akan keberatan dengan itu semua tapi lagi-lagi dia tak bisa berbuat banyak karena memang sangat membutuhkan pekerjaan ini.

"Kamu sibuk banget, Al?" Alisya yang sedang bersiap dengan beberapa dokumen penunjang yan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Wartini
ini pengarangnya gimanasi cerita sama judul kok GK nyambung
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
mampus sekalian nanti keba cerai pandu pasti gila tuh si cintanya pandu. haaa
goodnovel comment avatar
Nurhamidah Hasty
ceritanya bukan wanita lemah tp knp alisya tokoh utamanya disiksa terus tanpa ada perlawanan sama sekali jadi memuakkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 94

    Sekar seperti bensin yang berusaha mencari api, tanpa peduli nantinya dirinya dan juga sekitarnya terbakar. "Kamu tenangkan diri dulu, Al. Tidak usah ikut meeting. Ras, panggil Sigit menggantikan Alisya." Alisya dididik untuk menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab, melimpahkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya pada orang lain jelas tak akan dia lakukan. Akan tetapi suara pak Firman yang tegas membuat Alisya tak memiliki pilihan, dia memang belum melihat wajahnya di cermin tapi dari cara pandang teman-temannya dia tahu wajahnya berantakan, belum lagi pipinya yang terasa perih kena cakaran. "Ayo, Al. Aku bantu kembali ke ruangamu dan jelaskan pada Sigit tentang proyek ini." "Maafkan saya, Pak," kata wanita itu menunduk dalam sambil meremas tangannya merasa bersalah, jika pak Firman menganggap dia biang keributan dan dipecat dia tak akan mampu membela diri. "Pak Panji bilang dia akan datang kemari, aku tahu bagaimana kamu Al dan siapa wanita itu, yang aku heraan...

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 95

    “Aku tidak akan terkejut kalau kamu membelanya lagi tapi aku penasaran apa yang kamu katakan kali ini?” Suara itu terdengar dingin, membuat ruangan itu seolah membeku. Tidak ada yang salah dengan AC ruangan itu, karena tentu saja akan diset normal seperti biasa. “Apa sekarang kamu jadi bisu!” suara itu kembali terdengar, ada kemarahan yang kental di sana, seperti lahar yang siap untuk dimuntahkan. Terdengar helaan napas dati laki-laki yang lebih muda, dia lalu mendongak menatap ayahnya. Penyesalan melumuri hatinya. Apa ini karma? Rasanya tidak juga, dia hanya ingin setia pada gadis yang dicintainya, takdirlah yang membuatnya menikah dengan wanita itu. Akan tetapi takdir tak mampu menghadirkan cinta di hatinya. Dia menyadari telah banyak menorehkan luka di hati wanita yang dengan terpaksa dia nikahi, tapi bukankah dia menebus semuanya dengan membiayai pengobatan ibu mertunya, meski akhirnya dia harus tutup usia. “Maaf,” hanya itu kata yang keluar dari mulutnya setelah cukup lam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 96

    “Itu dia!” Padahal Pandu sudah berusaha berbaur dengan rombongan pengacara yang akan membantunya menangani kasus ini. Kasus yang menimpanya sudah banyak menarik perhatian publik meski dirinya belum tentu bersalah ditambah lagi dengan masalah pribadinya yang membuat semua orang jadi penasaran, dia tahu perbuatan Sekar makin menyulitkan posisinya, pantas saja ayahnya begitu marah pada sang istri. Bahkan ada wartawan infotemen juga. Sial dia bukan artis kenapa juga mereka ingin mengorek hidupnya? “Pak Pandu sebaiknya cepat masuk ke ruang sidang, biar kami menghalau para wartawan itu,” kata salah satu tim yang memang ditugaskan untuk menjaga keamanannya. Pandu berjalan cepat menuju arah ruangan yang ditunjukkan oleh kepala keamanan tapi ucapan ayahnya kemarin terngiang kembali di telinganya. “Kamu bukan hanya putraku tapi juga pewaris kerajaan bisnis ini, jika kamu tumbag maka semuanya akan hancur. Papa sudah tua. Waktunya kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 97

    Baiklah mari kita bercerai. Alisya memejamkan mata, saat sedang tak ada pekerjaan seperti ini membuatnya sebal karena otaknya akan berpikir hal yang tidak-tidak. “Kalian masih banyak pekerjaan. Mau aku bantu?” tanya Alisya menawarkan diri. Sigit dan Anton teman satu tim Alisya di devisi keuangan langsung mengangkat kepalanya dan menatap wanita satu-satunya di ruangan itu seolah wanita itu gila. “kamu baik-baik saja, Al. kamu demam, sebaiknya kamu ke klinik gih,” kata Sigit yang diangguki Anton dengan yakin. “Aku menawarkan bantuan kok malah dibilang sakit,” sewot Alisya. “ini sudah jam pulang, sebaiknya kamu pulang gih nggak baik ibu hamil pulang kemalaman,” kata Anton yang merupakan kepala keuangan, usianya memang sepantaran Alisya dan dia sudah sejak lulus kuliah bekerja di sini. Alisya menghela napas panjang, sejujurnya dia tidak ingin sendiri, berada di rumah akan kembali mengingatkannya pada kenangan menyakitkan tiga hari yang lalu. Kenangan yang membuat Alisya berjuang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 98

    Otaknya pasti bermasalah karena kini Pandu malah menjadi penguntit mantan istrinya. Pandu tak pernah menduga kejadian tiga hari yang lalu mempengaruhinya sedemikian rupa. Harusnya dia bahagia bukan, hidup bersama Sekar, wanita yang dia cintai selama ini, tapi kenapa bayangan luka di mata Alisya hari itu membuatnya bahkan tak bisa berhenti memikirkannya barang sedetik pun. “Nyonya ada di taman kota sepulang kerja, Pak bersama temannya. Kami akan terus mengawasi sekitarnya.” “Bagaimana dengan orang-orang itu?” tanya Pandu pada laki-laki berbadan tegap di depannya. “Sepertinya mereka masih mencari kesempatan.” Tak menghiraukan ucapan anak buahnya lagi Pandu berjalan cepat menyebrangi jalan dan benar saja dia melihat Alisya di sana bersama temannya sedang menikmati jajan kaki lima. Keningnya mengernyit  tak suka, bukankah jajan di sini tak higienis, Alisya sedang mengandung bagaimana kalau dia sakit perut dan anak mereka....Pan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 99

    “Alisya menolak,” kata Pandu dengan nada rendah, ada kegetiran dalam suaranya. Akumulasi dari rasa bersalah dan juga kebingungan yang sedang melandanya. Dia menyesal kenapa hubungannya dengan Alisya jadi seperti ini, semua salahnya memang yang tidak bisa menghargai wanita itu saat menjadi istrinya, dan sekarang setelah Alisya lelah dan memilih lepas darinya rasa tak rela itu mengguyurkanya, membuatnya sesak dalam rasa bersalah. “Sudah papa duga, sejak awal dia bukan wanita gila harta. Dia hanya butuh uang untuk pengobatan ibunya,” kata sang ayah dengan datar. Pandu tahu itu sindiran untuknya yang lebih memilih Sekar. Dia tahu sang ayah sangat menyayangi Alisya meski rasa sayang itu juga dilakukan dengan salah. Tak pernah dia kira ayahnya malah bekerja sama dengan sang dokter untuk membuat Alisya tak kunjung sembuh. Keduanya bertatapan ada penyesalan yang begitu kental dalam mata keduanya, sebagai orang yang sejak kecil bergelut dengan bisnis yang tidak selamanya bersih. Tidak ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 100

    Pintu kamar terbuka dan Sekar masuk dengan senyuman manisnya. “Mas mau makan apa biar aku siapkan?” Pandu menatap istrinya dengan seksama. Ini masih pagi dan Sekar masih dalam masa hukumannya tidak boleh pergi sesuka hatinya, tapi sekarang wanita itu sudah tampil cantik dengan dandanan yang bisa dibilang berlebihan untuk pagi hari dan... di rumah saja. “Kamu mau kemana?” tanyanya. “Oh ini. tidak kemana-mana, aku hanya ingin menyenangkan suamiku,” kata wanita itu dengan kedua tangan yang sudah melingkari pinggang Pandu dan kepala yang rebah di dada bidangnya. Setelah apa yang terjadi tadi malam dan bahkan wanita itu mengusirnya dari kamar mereka, bukankah aneh Sekar bersikap seperti ini. “Apa yang kamu inginkan?” tanya Pandu langsung dia sudah hapal sifat Sekar yang akan bermanis-manis dengannya jika ada yang diinginkan, setelah semalam Pandu dengan tegas mengatakan  tidak lagi mengijinkan wanita itu mengikuti arisan konyol

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 101

    Yang ditunggu Alisya akhirnya datang juga. “Pos!” Alisya mengerutkan kening saat terdengar suara tukang pos di depan teras rumahnya, dia tidak sedang menunggu pesanan online memlalui pos, pun dia tidak ingat punya teman yang akan mengirim barang lewat pos. “Iya pak?” “Ibu Alisya?” “iya saya sendiri.” “Ini surat untuk anda, tolong di tanda tangani bukti terimanya.” Senyum masam langsungtersungging di bibir Alisya begitu petugas pos meninggalkan rumahnya. ada yang menggores di hatinya. Air mata tiba-tiba saja mengaliri pipinya tapi dengan cepat dia mengusapnya. Ini memang tidak mudah tapi ini jalan terbaik untuknya. Banyak hal yang akan berubah dengan datangnya surat ini, dan Alisya harus siap menghadapinya. Dia tahu urusan seperti ini sangat mudah untuk Pandu, Alisya bahkan tak perlu untuk datang ke pengadilan tapi surat itu sudah datang. Alisya memasukkan kembali surat dalam amplop berlogo pengadilan agama itu, dan menyimpannya di kamar. Dia berusaha tersenyum, meski tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 207

    Minggu pagi Pandu sudah rapi, dengan kaos oblong dan celana pendek yang terlihat sederhana, tapi Alisya tahu harga pakaian itu bahkan lebih mahal dari harga motor keluaran terbaru. "Mas mau kemana?" tanya Alisya yang buru-buru meletakkan barang belanjaan yang baru saja dia beli. Dengan Bisma yang ada di gendongan sang suami, membuat laki-laki itu terlihat semakin mempesona.Alisya tidak ingat Pandu mengajaknya pergi ke suatu tempat, jadi dia berencana hari ini akan membuat camilan untuk orang-orang desa yang akan melakukan kerja bakti membersihkan parit di sepanjang jalan di depan rumahnya dan tidak mungkin meminta Pandu untuk ikut kerja bakti bukan, jadi Alisya memutuskan menyediakan makanan saja untuk bapak-bapak yang bekerja. "Mau kerja bakti kan?" tanya Pandu balik dengan tampang polos yang membuat Alisya bingung harus menjawab apa. "Mas mau ikut?" Pandu mengangguk. "Mas yakin?" "Kan kemarin pak Rt suruh datang, nggak enak kalau nggak datang, aku kan sudah jadi warga kampun

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 206

    Alisya tahu bagaimana Sekar juga mama mertuanya, mereka tipe wanita yang gemar bermewah-mewah tak peduli bagaimana sulitnya mencari uang, dia bahkan dulu pernah tak sengaja mendengar kalau biaya salon Sekar dalam satu bulan mencapai seratus juta, belum lagi dengan keperluan gaya hidupnya yang Alisya yakin lebih dari itu. Sedangkan untuk Alisya Pandu hanya memberi uang bulanan separuh dari biaya salon Sekar. Dia tidak pernah iri karena tahu Pandu juga menanggung biaya pengobatan sang ibu yang tidak sedikit, tapi saat dulu Pandu meminta Alisya mengembalikan uang perawatan untuk ibunya, dia benar-benar sakit hati. Sekarang mereka kembali bersama, Pandu memang mempercayakan hartanya pada Alisya dan membebaskan dia untuk menggunakannya, tapi Alisya yang tahu sekali bagaimana susahnya mencari uang tentu saja tidak akan pernah menggunakan uang itu jika tidak benar-benar membutuhkannya. Gaya hedon dan mewah sangat bukan Alisya sama sekali dan tentu saja dia tidak mau hidup dengan menj

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 205

    Alisya menggeliatkan tubuhnya, keadaan di luar masih gelap, dia menatap jam di dinding ini memang sudah waktunya dia bangun. Saat itulah dia sadar ada seseorang yang bergelung dalam pelukannya. Awalnya terasa aneh karena untuk pertama kalinya dia memeluk versi dewasa dari putranya, seminggu pernikahan dadakan mereka banyak hal yang terjadi, dan semuanya melibatkan energi dan emosi yang tidak sedikit, Alisya kelelahan tentu saja, tapi setelah melihat sosok yang masih tidur pulas sambil memeluknya erat ini membuat rasa lelah itu hilang tak berbekas, apalagi mengingat tawa renyah sang anak saat bermain bersama ayahnya.Semalam Pandu memang pulang agak sore untuk ukuran Pandu tapi pembicaraan yang mereka lakukan memaksa mereka untuk tidur lebih larut, apalagi kondisi Pandu yang akhir-akhir ini malas makan membuat Alisya khawatir. "Mau kemana?" Padahal Alisya sudah sangat hati-hati jangan sampai membangunkan sang suami tapi ternyata laki-laki itu tipe yang gampang bangun. "Mau sholat

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 204

    Sepanjang lobi sampai mereka masuk ke dalam lift banyak orang yang melongo menatap mereka. Alisya tahu sebentar lagi pasti dia akan menjadi gosip terhangat di sini. Pemandangan saat ini memang cukup epik, dengan direktur utama mereka yang sedang memeluk pinggang wanita yang mereka kenal sebagai mantan istrinya dan Bisma, tidak akan ada yang meragukan kemiripan bayi itu dengan wajah papanya. Alisya sedikit menggeliatkan tubuhnya supaya tangan Pandu yang ada di pinggangnya terlepas, tapi tangan itu seperti sudah dilem di sana. "Mas, malu banyak karyawan mas di sini," bisik Alisya berharap dengan begitu laki-laki itu melepaskanya. Pandu hanya menatap mereka sekilas dan melepaskan pinggangnya hanya untuk menekan tombol lift lalu tangan itu kembali ke sana. "Kenapa harus malu? mereka harus tahu kalau kamu istriku," kata Pandu enteng. Ini lift khusus direksi, dan di jam makan siang seperti ini tak banyak anggota direksi yang terhormat itu masih menggunakannya, mereka biasa makan si

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 203

    Biasanya Alisya orang yang selalu punya rencana untuk hidupnya, kehilangan orang yang menjadi sandarannya sejak kecil membuat wanita itu harus berhati-hati dalam bertindak karena jika dia terjatuh tidak akan ada lagi yang membantunya bangkit. Akan tetapi semenjak mengenal Pandu entah kenapa Alisya selalu bertindak sembrono, seperti kali ini. Kenapa bisa dia lupa kalau dulu Pandu melarang keras dirinya untuk datang lagi ke kantor yang pernah menjadi tempatnya mencari nafkah ini. Dulu saat dirinya begitu tergantung pada laki-laki itu untuk pengobatan ibunya, lagi pula memang dia tidak melihat jalan lain selain menuruti keinginan Pandu. Pandu suaminya dan dia sangat berharap hubungan mereka juga sama kuatnya seperti hubungan orang tuanya dulu, sampai maut memisahkan. Meski sekarang mereka dalam tahap hubungan yang baru, tapi Pandu sekalipun tidak pernah mengundang Alisya untuk datang ke kantornya. Jadi seharusnya dia tidak sepercaya diri ini. "Alisya? kamu Alisya bukan?" A

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 202

    "Biar saya bantu, bu. Ibu ingin masak apa?" Alisya menoleh ke belakang dan melihat kepala chef berdiri di sana, laki-laki berusia awal lima puluhan itu tersenyum ramah."Maaf ya, pak. Saya pinjam dapurnya untuk membuatkan suami saya makanan, dia sedang tidak bisa makan kalau tidak masakan saya," kata Alisya sambil meringis. Kalau dipikir-pikir konyol memang tapi Alisya tahu kalau Pandu tidak pura-pura, laki-laki itu memang sudah terbiasa makan masakan yang memang diperuntukkan untuknya, tapi tidak dapat dipungkiri keadaan ini juga sedikit meningkatkan rasa percaya dirinya, dia merasa dibutuhkan."Bu Alisya sedang hamil?" tanya si bapak yang membuat telur di tangan Alisya hampir saja tergelincir. "Hah! kok bapak bisa berpikir begitu, anak saya saja belum setahun," kata Alisya saking kagetnya. Pernikahannya dengan Pandu bahkan belum berumur satu minggu dan mereka bahkan belum pernah melakukan hubungan suami istri bagaimana mungkin dia bisa hamil? ada-ada saja. Tapi tentu saja selain

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 201

    Alisya tak menyangka kalau Pandu bisa sekejam ini. Ini keadaan yang sulit untuknya, belum pernah dia mengalami sesulit seperti ini."Kamu kenapa menangis? apa ada yang menyakitimu? Al ada apa?" nada suara Pandu yang panik membuat Alisya makin sesenggukan. Oh dia sebenarnya tak ingin menangis, apalagi untuk hal yang tidak jelas seperti ini. Tanpa sepengetahuannya Pandu benar-benar memasukkan nasi goreng buatannya tadi pagi ke dalam kotak yang dia tunjukkan dan saat ini mereka sedang melakukan video call dan laki-laki itu menunjukkan kotak bekal itu sebagai makan siang. Sontak saja hal itu membuat Alisya merasa bersalah, dia merasa makin menjadi istri terburuk di dunia, selama ini dia sibuk melindungi diri dan hatinya dari Pandu yang menurutnya adalah suami yang buruk, dan itu membuatnya tak bisa melihat kebaikan laki-laki itu. Dengan uang berlimpah yang dia miliki laki-laki itu bahkan bisa membeli makanan semewah apapun di restoran, tapi sekarang laki-laki itu lebih memilih makan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 200

    Alisya tahu dengan melibatkan Pandu untuk menghandle 'mantan teman' laki-laki itu adalah tindakan paling logis yang harus dia lakukan saat ini. Tindakan laki-laki itu yang menawarinya pekerjaan lain di tempat dan kerjanya bisa dibilang sangat kurang ajar, Sasti pasti akan sangat marah jika tahu, tapi Alisya tidak ingin wanita itu tahu. Beban Sasti sudah cukup banyak tanpa dia harus merengek seperti anak-anak karena masalah ini. "Mas berangkat saja ini sudah siang, aku yakin bisa menghandlenya," kata Alisya sambil mengetuk jam tangannya saat melihat Pandu tak juga pergi, malah laki-laki itu sudah duduk nyaman di sofa sambil membuka tabletnya dan sibuk dengan benda itu.Satu jam sudah berlalu sejak mereka datang dan jam kerja sudah dimulai tiga puluh menit yang lalu tapi Pandu tetap duduk santai di ruangan ini. "Aku bisa bekerja dari mana saja, tidak ada yang memecatku juga meski aku datang terlambat," kata Pandu datar, meski itu benar tapi kok ya menyebalkan ya. "Kamu kerja saja se

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 199

    Bahkan sudah beberapa kali Pandu membukakan pintu mobil untuknya dengan penuh perhatian tapi tetap saja membuat Alisya salah tingkah. Pernikahan mereka memang terjadi secara mendadak dan tanpa perencanaan sama sekali, tapi sebagai dua orang dewasa dan beradab tentu mereka harus menghargai komitmen yang telah mereka buat. Pandu sudah berusaha membuktikan dirinya untuk mau berkomitmen dengannya, setidaknya itu yang terlihat di depan Alisya saat ini, dan Alisya harus melakukan hal yang sama juga bukan. "Terima kasih, Mas," katanya sambil tersenyum. Pandu membalas senyum itu sambil mengelus rambut Alisya lalu mengambil Bisma yang seperti tak sabar untuk digendong papana. "Aku antar kalian sampai masuk ruanganmu," kata Pandu yang diangguki oleh Alisya, sejak mereka menjadi suami istri lagi Pandu selalu melakukan hal ini setiap mengantar Alisya ke kantor, mulanya wanita itu mencoba menolak tapi bukan Pandu namanya kalau menuruti apa maunya dengan mudah. "Bu Alisya, tunggu!" Alisya m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status