Raihan langsung menoleh ke belakang, menjadi sangat terkejut, sampai-sampai buku yang berada di atas pangkuannya langsung terjatuh di lantai.
“Kamu belum tidur, Dik?”
Kegugupan yang Raya lihat dari suaminya, segera menelusupkan seonggok kecewa di hatinya.
“Pasti itu foto Hanum, kan?”
Raya kembali mencecarkan tebakannya sembari langkahnya mulai beringsut mundur.
Dengan segera Raihan memutuskan bangkit berusaha mendekati istrinya yang tampak sedang meradang sekarang.
Raihan menjadi ragu untuk bisa memberikan penjelasan pada wanita yang sudah dinikahinya itu. Segala kebenaran yang masih dia sembunyikan bisa saja akan memantik salah paham. Karena itu Raihan harus bisa menghadapi semua ini dengan hati-hati.
“Biar aku jelaskan semuanya padamu, Dik.”
Raya menggeleng tegas sembari langsung
“Katakan saja di mana foto itu?!”Raya semakin mendesak, yang membuat Raihan memandang dengan bingung.Sampai akhirnya Raihan mendesah panjang dan mulai berterus terang.“Aku masih menyimpannya di almari, karena foto itu bukan hanya berisi sosok Hanum tapi ada juga Bu Nyai, beserta Kyai Hisyam, mereka berdua sosok yang sangat berjasa dalam hidupku.”Setelah mendengar jawaban Raihan, Raya malah bergegas turun dan segera bersiap melangkah dengan tergesa-gesa.Raihan yang cemas mau tidak mau merasa harus mengikuti. Dia tak mau istrinya menjadi kian marah karena dia berterus terang masih menyimpan foto dari sosok yang sekarang bisa memantik kecemburuan dari wanita yang sudah menjadi istrinya itu.Setelah berpamitan sebentar kepada beberapa orang yang masih berada di kebun di dekat mereka, Raihan segera mengikuti langkah istrinya, sampai ke
Tak berselang lama, ketika Raihan akhirnya keluar dari kamar, yang kemudian segera diikuti oleh Raya, mereka melihat kedatangan Ida, dengan memasang raut muka yang sangat tegang. Bibirnya yang cemberut dengan kedua mata membeliak memandang nyalang ke arah Raya malah menimbulkan berbagai macam prasangka. “Ada apa. Da?” tanya Raihan hati-hati. Bukannya menjawab Ida kemudian segera merangsek mendekat dengan membawa tangisnya. Perempuan itu menjatuhkan diri dalam dada bidang Raihan, yang membuat Raihan harus menahan tubuh sepupunya. Raya langsung terperangah, menjadi tak bisa menyembunyikan kegeramannya mendapati sikap wanita yang selalu saja berusaha menarik perhatian suaminya itu. Dengan geram Raya langsung menarik tubuh perempuan yang dianggapnya tidak tahu malu itu. Meski Ida masih sepupu suaminya, Raya menganggap perempuan itu selalu tak bisa menjaga sikap selalu saja menca
“Mas, jangan pergi ya.” Raya masih saja berusaha membujuk suaminya untuk tak mendatangi rumah Parman. Tapi Raihan tampak sangat yakin dengan keputusannya yang membuat Raya tak bisa lagi mendesak sang suami. “Dik, kamu nggak usah khawatir, aku akan baik-baik saja, bagaimanapun Lek Parman itu masih pamanku, aku yakin dia tidak akan berani menyakitiku lagi. Aku tahu apa yang harus dilakukan kok Dik.” Raihan berusaha menenangkan istrinya. Raya sekarang akhirnya hanya bisa diam, tak lagi mencecar suaminya. Tapi di dalam hatinya, perempuan muda itu telah merangkai sebuah rencana tersendiri, yang diyakininya pasti akan bisa melindungi sang suami dengan caranya. *** Dengan langkah yang sedikit tergesa Raya berjalan menuju kediaman dari seorang aparat keamanan yang juga merupakan kawan lama suaminya. Raya merasa hanya pri
Ketika mereka semua menoleh tampaklah sosok Ida berjalan mendekat dengan tergesa-gesa, setelah tadi perempuan yang selalu memoles bibirnya dengan gincu berwarna merah menyala hanya menguping saja pembicaraan pria pujaannya dengan bapaknya tanpa mau memunculkan dirinya sama sekali. Ida kemudian menyusul dan berusaha menahan langkah Raihan. “Mas, kamu kok pulang begitu saja? Bagaimana nasibku dong Mas?!” Perempuan muda itu masih ingin menahan Raihan tetap di rumahnya dengan berusaha memeluk lengan kokoh Raihan dengan kedua tangannya, benar-benar mengabaikan keberadaan Raya yang langsung memberikan tatapan jengah kepadanya. Bahkan setelah itu Raya langsung menarik tegas tangan Ida dari lengan suaminya, memberi peringatan pada Ida dengan tatapannya yang tajam agar tak sembarangan mendekati Raihan. Sikap Raya selalu menegaskan tentang kepemilikannya atas sang suami, yang sel
“Apa ini Dik isinya?” Raihan bertanya dengan penuh rasa penasaran. Tapi Raya malah menjawabnya dengan senyuman yang semakin lebar. “Kamu buka aja, Mas.” Raihan sedikit menjadi ragu meski tangannya mulai menyentuh kotak yang lumayan besar di hadapannya itu. “Hati-hati ya Mas.” Raya kembali menimpali ketika Raihan mulai menggeser tutup kotak itu. “Pelan-pelan aja Mas.” Raya kemudian malah cekikikan saat melihat raut tegang suaminya. Raihan menjadi gemas melihat tingkah istrinya. Tapi dia juga sangat penasaran dengan isi kotak yang kata istrinya adalah kiriman dari seorang pria jadi-jadian yang sebelumnya pernah menjadi manajer istrinya, saat istrinya masih menjadi seorang selebgram seksi di Jakarta. Raihan sempat mengira jika kotak itu pastinya berisi perleng
“Bu, apa Ibu tahu tentang hubungan Kyai Hisyam itu dengan gadis yang bernama Hanum?” Raya bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Tapi sampai beberapa saat Siti tak juga memberikan jawaban, malah menampakkan gurat keresahan di wajahnya yang segera memancing curiga di hati perempuan muda itu, yang kini selalu menjadi penasaran dengan kisah lama suaminya. “Apa Hanum itu putrinya Kyai Hisyam, Bu?” Raya kembali mencecar. Wajah Siti justru terlihat semakin gugup, bahkan wanita itu lalu bangkit seakan ingin menghindari Raya yang menjadi semakin ingin tahu. “Ibu mau ke mana? Ibu belum jawab pertanyaanku lho.” Raya mengunggah kecewanya dengan cebikan kecil di sudut bibirnya. “Ibu mau mandi dulu, soalnya sebentar lagi maghrib.” Siti dengan sangat lugas kemudian mulai melangkah meninggalkan Raya yang kini hanya bisa diam dengan hati memendam rasa ingin tahu yang semakin kuat. Dengan sedikit kesal, akhirnya Raya bangkit juga dari balai-balai bambu yang didudukinya ketika ibu mertuanya m
Awalnya Raya sempat menduga jika suaminya akan mengabaikan dirinya, bila dilihat sikap sang suami yang sedang memusatkan perhatian pada pembicaraan bersama dengan Kyai yang sangat dihormati itu. “Dik, sini ....” ajak Raihan sembari memberi isyarat pada istrinya dengan gerakan tangan agar segera mendekat. Keraguan Raya segera runtuh yang membuatnya berjalan mendekat. Senyuman Raya terulas lembut penuh kelegaan karena suaminya kemudian malah memperkenalkan dirinya kepada semua kenalan, bahkan kepada Sang Kyai yang merupakan guru yang sangat disegani. “Perkenalkan Kyai, dia ini Raya, istri saya,” ucap Raihan sembari meminta pada Raya untuk berdiri di dekatnya. Raya langsung menangkupkan kedua tangan di depan dada memberikan penghormatan pada sosok yang sangat berwibawa itu. “Jadi ini istri kamu, Nak, selamat ya atas pernikahan kalian. Jodoh dan maut memang Allah yang mengatur, walau kita sudah membuat rencana, tetap saja Allah yang membuat ketentuan.” Setelah Kyai Hisyam mulai mem
Raya menjadi tak bisa menahan dirinya saat mendapati sikap Hanum yang terasa jelas begitu memusuhinya meski mereka belum pernah saling mengenal sebelumnya. Ternyata dibalik kelembutan senyuman dan tutur katanya gadis cantik itu memiliki hati yang menyimpan banyak prasangka. Raya langsung melengos kesal, karena telah dituduh dengan sangat frontal oleh sosok yang sejak awal selalu menerbitkan kecemburuannya. “Bukankah sebelumnya kamu adalah perempuan yang selalu suka mengumbar pesona diri kamu? Hanya setelah menikah dengan Mas Raihan saja, kamu sekarang berubah penampilan menjadi tertutup seperti ini.” Raya menjadi semakin tak bisa menyembunyikan kegeramannya. “Aku tahu, kamu tidak rela kan kalau Mas Raihan sudah menikah dan Tuhan menakdirkan wanita seperti aku sebagai jodohnya?” “Kamu tidak rela kenapa? Apa karena kamu juga suka dengan suamiku?” Raya terus saja mencecar. Perempuan muda itu memang selalu teramat lugas mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya. Cara bicara Ra