"Kamu mungkin tidak bisa menyiram bunga yang sudah layu dan berharap ia akan mekar kembali, tapi kamu bisa menananm bunga yang baru dengan harapan yang lebih baik dari sebelumnya."
_____________________________________________________________________________Tak banyak yang mengenal lebih jauh sosok pria yang setiap pagi akan datang dengan sepeda motor dengan keranjang disisi kiri, kanan dan boncengannya. Pria yang selalu menebarkan aura optimis yang sangat luar biasa dimana pun dia berada.
Pria pemilik nama asli Wei Fengying tapi lebih dikenal dengan panggilan Faimo. Berusia 30 tahun ,berdarah China Jawa dari ayah dan ibunya. Lulusan Universitas Ghuangzou, China dan berhasil mengantongi ijazah S1 pertanian dan S2 management pemasaran yang dijadikan modal dalam membiayai hidupnya.
Dikaruniai wajah yang tidak terlalu buruk juga tidak terlalu rupawan. Namun pria itu mampu membuat para wanita betah memandanginya. Ditunjang dengan bentuk tubuh yang atletis dan lumayan jangkung membuat penampilan Fai Mo sangat pas sekali kalau dijadikan pasangan dalam photo. Pekerjaan utamanya adalah pembuat sekaligus penjual tempe. Pekerjaan sampingan sebagai konsultan bisnis di beberapa perusahaan ritail juga jasa pariwisata yang sedang booming saat ini.
Dalam kesehariannya, Faimo memilih untuk hidup sederhanan menyesuaikan dengan profesinya yang hanya sebagai penjual dan pembuat tempe skala rumahan. Walau tak mendapat restu dari sang kakek, Fai Mo muda pantang untuk surut kebelakang. Dan dirinya menjalani sepanjang harinya dengan penuh semangat dan senyum optimis akan sukses dengan tangan dan kakinya sendiri.
Masa kecil hingga remaja Wei Fengying atau Faimo, lebih banyak dihabiskan di tanah leluhur ayahnya. Faimo kecil bahkan sudah terbiasa bekerja membantu kakek juga ayahnya saat libur sekolah. Tugas yang dikerjakan Faimo cukup banyak dan memiliki tanggung jawab besar. Seperti ikut merawat juga mengawasi pekerja di kandang sapi milik ayahnya, agar sapi-sapi tersebut dapat memproduksi susu lebih banyak dan juga berkualitas bagus yang nantinya akan diolah menjadi minuman sehat juga keju.
Selain mengurus sapi-sapi peliharaan ayahnya, Faimo juga bertugas dikebun anggur juga ladang gandum milik sang kakek. Inilah yang membentuk karakter keras kepala dan pekerja keras dalam diri Faimo hingga saat ini.
Namun dibalik sikapnya yang ramah walau memiliki sifat yang keras kepala. Faimo menyimpan mimpi buruk akan kenangan masa remajanya. Satu kejadian yang membuatnya trauma dengan suara ledakan yang bisa membuatnya berteriak ketakutan.dengan tubuh yang gemetar.
Disinyalir karena kebocoran slang bahan bakar, membuat mobil yang dikendarai Wei Fangying mengalami kecelakaan dan meledak. Tuan Wei yang tak sempat menyelamatkan diri akhirnya tewas terbakar kobaran api yang melumat mobil jenis Mercedes itu. Namun sebelum mobil terbakar, tuan Wei sempat meminta pada istrinya untuk membawa keluar Faimo terlebih dahulu. Namun sang istri gagal menyelamatkan suaminya karena keburu api menjilat bahan bakar yang tumpah dan membakar habis mobil beserta penumpangnya. Dan akibat ledakan dan kebakaran mobil tersebut Faimo harus menjalani operasi pemulihan karena satu telinganya sempat terjilat api hingga harus menjalani operasi penggantian kulit . Dan Faimo kecil harus menerima kenyataan jika ayahnya meninggal dan menjadi korban atas peristiwa kecelakaan tersebut.
Saat itu usia Faimo baru menginjak 8 tahun, kematian sang ayah membuatnya terpukul terlebih sang ibu yang sedang mengandung calon adiknya. Dan atas perintah kepala keluarga Wei, yaitu tuan besar Wei Jun yang meminta putra keduanya untuk menikahi Tong Yuen yang merupakan ibu kandung Faimo demi bisa mempertahankan martabat nama besar keluarga Wei yang memang sangat terpandang di provinsi Ghuangzou hingga Shanghai.
****
Faimo menghapus peluh yang membasahi wajahnya. Badannya pun sudah terasa lengket karena keringat yang terus keluar hingga membasahi kaus lengan pendek yang dikenakannya.
Akibat pola perdagangan yang buruk, sehingga banyak memunculkan para spekulan-spekulan berotak licik yang memainkan nasib rakyat kecil dengan menaikkan harga bahan baku pembuatan tempe juga tahu. Dimana rata-rata pembuat makanan khas Indonesia itu dari kalangan yang tak bermodal besar. Dengan harga kedelai yang tinggi membuat para pegusaha tempe tahu harus lebih mengencangkan ikat pinggang agar bisa tetap berproduksi hingga bisa rutin memberi makan pekerjanya.
"Mau sampai kapan seperti ini ya, Fai. Kedelai semakin hari harganya semakin melambung sementara harga batu bara semakin terjun payung. Sebenarnya apa yang salah dalam hal ini." Bentario Nugroho teman yang setia menemani Faimo sejak memulai usaha rumahan ini.
"Kalau mencari yang salah, tentu banyak yang salah. Mulai dari regulasi, pola distribusi, kontribusi hingga mental kaum atas yang mengurus masalah ini, semuannya saling terikat seperti rantai pagar rumah kamu."
"Lalu jika sudah seperti ini ruwetnya masalah perkedelaian, apakah ada upaya dari penguasa untuk membuat rakyatnya sedikit bisa menikmati segarnya udara pagi tanpa diganggu dengan harga kedelai yang mencekik membuat kantong semakin berteriak sakit."
Faimo mengendikkan bahunya, bukan karena dirinya tak mengetahuinya tapi saat ini dia tak ingin dipusingkan dengan membahas masalah yang setiap tahun selalu muncul, seperti pelanggan tempenya yang selalu datang silih berganti.
"Menurutmu, apakah tanah di Indonesia tak cocok jika ditanami Kedelai, Fai?" Bentario melirik teman baiknya itu yang sedang fokus dengan ponselnya. Sekilas matanya yang jeli bisa melihat apa yang dipandangi pria dengan bentuk mata seperti bulan sabit itu.
Bukan photo wanita cantik, atau photo wanita seksi dengan busana minim yang menggoda hasrat lelaki. Namun pria itu sedang asik memperhatikan angka-angka pada diagram dari salah satu perusahaan reksadana yang cukup terkenal. Ya, Faimo sedang memperhatikan pergerakan saham perusahaan yang dibelinya. Berharap nilainya naik sehingga saldo tabungannya bisa tumbuh dengan sehat, tapi jika malah anjlok maka dia harus bersiap untuk menjualnya.
Merasa tak dihiraukan, Bentario kembali memanggil Faimo yang masih serius dengan kegiatan treding sahamnya." Mo ... Faimo !"
"Apa sih, Nu! telingaku ndak budeg. Ndak usah teriak-teriak kayak gitu. Nanti orang yang melihat dan mendengar mengira kita sepasang kekasih yang lagi perang dunia," respon Faimo dengan wajah kesalnya karena sahabatnya ini berteriak tepat ditelinganya.
"Apa kamu bilang?kita ini pasangan yang lagi bertengkar, ora sudi! Walau dibayar lima milyar aku masih memilih perempuan untuk aku nikahi."
"Ya ... aku juga ndak mau nikah sama kamu, sementara banyak wanita yang naksir aku."
Bentario menyebik mendengar perkataan dari sahabatnya ini. Walau benar banyak wanita yang menyukai tapi Faimo adalah type pria pemilih. Dirinya masuk kedalam golongan pria yang tak mudah untuk jatuh cinta.
"Tadi kamu itu mau ngomong apa, Nu?"tanya Faimo mengingatkan temannya yang sudah terlanjur kesal ini.
Tapi walau kesal, Bentario Nugroho atau yang lebih akrab dipanggil Inu ini tetap menjawab pertanyaan temannya yang kalau mendekati pertengahan bulan mendadak menjadi somplak karena efek menipisnya isi dompet.
"Aku tadi nanya, apakah tanah di Indonesia tak bisa ditanami dengan kedelai sehingga kita tak perlu membeli dari China ataupun Thailand."
"Tentu saja bisa. Seperti yang dikatakan Koes Plus dalam lagunya yang berjudul Kolam Susu, kalau tanah kita ini adalah tanah surga, dimana tongkat kayu bisa berubah jadi tanaman. Sudah banyak petani kita didaerah yang menanam kedelai."
"Lalu kenepa kita masih harus membelinya dari negera luar?"
"Yaa ... alasannya hasil panen kacang kedelai kita masih jauh dari kata memuaskan dengan indikator kuantitas dan kualitas. Padahal kalau mau jujur, hasil kedelai kita tak kalah dibadingkan kedelai dari China juga Thailand. Dengan kondisi seperti ini ditambah dengan langkanya pupuk membuat para tengkulak bertepuk tangan dengan riang."
"Lalu bagaimana dengan kamu sendiri dalam menyikapi mahalnya pupuk berakibat mahalnya harga bahan baku pembuat tempe tahu hingga ke konsumen,"
"Ikuti dan nikmati prosesnya. Karena sesuatu yang baik itu tak jarang berasal dari hal yang buruk. Tinggal pola pikir kita saja yang harus terus di perbaiki kualitasnya." Faimo menjawab sembari menaikkan sekarung kedelai ke dalam bak mobil pickup miliknya dari hasil kredit.
"Masa lalu bagai sebuah lembaran dari sebuah buku, dia hanya bisa dibaca kembali tapi tak bisa tuk mengulang tentang apa yang sudah terjadi."_____________________________________________________________________Fai Mo POV Aku Faimo, atau nama asliku pemberian kakek adalah Wei Fangying yang memiliki arti cerdasm hangat dan menyenangkan. Sementara nama Wei memiliki arti cerdas atau cerdik. Wei adalah nama keluarga. Kakekku Wei Jun adalah seorang yang gigih dalam membangun masa depannya. Kakek dikenal sebagai seorang dengan keuletan dan rasa optimis yang tinggi. Kakek memulai bisnis property dan retail miliknya mulai dari nol. Mulai dari tak memiliki apa selain semangat dan kemauan hingga sekarang sudah bisa memiliki apa yang di inginkan. Sepanjang usiaku, aku lebih banyak di asuh oleh kakek dari pada kedua orangtuaku sendiri. Karena aku adalah cucu laki-laki perta
"Dendam yang kau pelihara hanya akan mengerogoti akal sehatmu untuk tetap berpikir waras."__________________________________________________________________________Wei Fangying menatap wajah wanita paruh baya didepannya. Wajah yang masih tetap cantik di usianya yang menginjak 48 tahun. Dia adalah Tong Yuan, ibu kandung dari Wei Fangying. Tong Yuan adalah putri satu-satunya dari seorang Taipan yang sangat terkenal di Ghuangzhou dengan banyaknya proyek hunian yang ditanganinya. Tong Mian Zhu adalah ayah atau kakek Wei Fang ying.Tatapan pemuda itu menyiratkan kekecewaan juga kesedihan yang teramat dalam. Setelah mendengarkan hasil akhir investigasi atas kecelakaan mobil yang dialami ayahnya. Wei Fangying meminta izin pada kakeknya untuk menemui ibu dan pamannya untuk mengklarifikasi semua yang dia dengar."Kenapa mama memiliki pemikiran buruk seperti itu?Apakah cinta dihati mama tak bisa mengalahkan kebenc
"Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi kamu rasakan semenit, sejam, sehari , atau setahun . Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya." Lance Amstrong.____________________________________________________________________________Wei Fangying menatap negara Tiongkok yang semakin kecil dari ketinggian, airmata pun menetes di ujung matanya saat bayangan akan kenangan masa kecil bermain di pelupuk matanya. Masih sangat jelas dalam ingatannya, bagaimana kakek Wei menghapus diam-diam airmata yang jatuh di pipi tuanya saat dirinya meminta restu untuk hidup sendiri.Masih didengarnya suara tangis adik perempuannya Nuan Nuan yang tak rela ditinggalkan. Begitu juga tatapan sedih dan kecewa di mata adik lelakinya Wei Ju Long yangsempat berbisik akan mencari dan menyusul dirinya dimana pun berada. Tangis kehilangan dari mama, yang sepanjang usiannya lebih banyak menangis untuknya. Dan tatapan bersalah yang ditunjukkan paman Lin yang seakan ingi
"Teman yang baik bisa menjadi pintu rezeki namun teman yang buruk dia akan menutup rezeki."********Dengan menumpang kapal Wei Fengying bersama Jacky Lee menuju ke Kota Batam untuk mengambil uang sewa kapal milik ayahnya Jacky , Youpan Lee.Fengying mengedarkan pandangannya kesekeliling dermaga Batam yang cukup ramai."Biasanya apa yang dilakukan orang-orang di demaga ini ,Jack ?"Jacky pemuda berusia 20 tahun seorang programer di perusahaan IT ternama di Singapura, itu menoleh ."Kalau orang Singapura yang menyeberang ke Batam itu karena bisnis , seperti kita saat ini. Tapi kalau orang Indonesia ke Singapura sekedar jalan-jalan dan belanja saja."Fangying mengangguk mendengar penjelasan Jacky.Mereka lalu berjalan keluar Pelabuhan Batam Center setelah selesai dari pos imigrasi untuk melakukan pemeriksaan kartu pass keluar masuk baik dari Batam ke Singapura atau sebaliknya.
"Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya. Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah." *********** MerantaulahOrang berilmu dan beradab tidak tinggal beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang. MerantaulahKau akan mendapatkan pengganti dari orang-orang yang ditinggalkan ( kerabat dan kawan )Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat udara menjadi rusak karena diam terputus Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan menggenang menjadi keruh. Singa jika tak keluar dari sarang , tak akan mendapat mangsa.Anak panah jika tak ditinggalkan busur, ta
"Kesuksesan merupakan mengembangkan kekuatan kita, sedangkan kegagalan adalah akumulasi dari kelemahan kita,"****Dalam kehidupan manusia tida ada rasa kepahitan, tidak ada kesakitan yang abadi, tidak ada lubang yang tidak dapat dilangkahi, dan tidak ada kesulitan yang tidak bisa di lewati."Ingat yang perlu di ingat, lupa dengan apa yang harus dilupakan, mengubah apa yang bisa di ubah dan menerima apa yang tidak dapat diubah." Gu Wei Gong berkata denganekspresi wajahnya yang hangat. Gu wei Gong ini adalah seorang pujangga yang kini memilih menjadi seorang biksu. Dia adalah guru spiritual Yupan yang kerab datang ke kedai untuk sekedar mengobrol dan memahami makna dari sebuat arti kehidupan."Apa yang bisa di ubah itu, guru Gu?" Wei Fangying sangat tertarik dengan kiasan yang disampaikan oleh pria bijak ini. Guru Gu tersenyum dan mengangguk."Yang bisa di ubah dalam kehidupan adalah nasib dan yang tak bisa di ubah dalam kehidupan itu adalah takdir.
"Semua mimpimu akan menjadi kenyataan jika kamu punya keberanian untuk mengejarnya."***Jika kamu ingin mengalahkan rasa takut, Jangan duduk di rumah dan berpikir tentang rasa takut itu. Pergilah keluar dan sibukkan dirimu agar rasa takut itu tak lagi bersemayam di pikiranmu.Hari ini Wei Fangying menyibukkan diri dengan menganilisa wilayah. Pemuda itu mulai pukul 6 pagi sudah berkeliling sekitar rumah Tan Sabran Zahirulloh, sahabat guru Gu yang tinggal di Kelana Jaya. Pakcik Tan bekerja sebagai guru besar di salah satu Universitas di Johor Bahru sementara istrinya memiliki balai latihan kecerdasan bagi perempuan. Pakcik Tan memiliki tiga orang anak, mereka sudah menikah dan tinggal di Kuala Lumpur juga di Inggris dan Jepang.Selama tinggal di rumah guru besar itu, Wei Fangying tak ubahnya sedang menjalankan peran sebagai mahasiswa. Karena saat sore hari Pakcik Tan akan membahas hal-hal krusial yang terjadi terutama masalah pertumbuhan ekonomi.
"Keberhasilan tidak akan mendatangimu, tetapi kamu sendiri yang harus mendatanginya."*****Karena terkendala bahasa terkadang membuat Fangying dan Wong Li Yue merasakan kesulitan. Karena tidak semua orang yang bertemu dengan mereka bisa dan paham berbahasa Inggris atau Mandarin. Apalagi buat Wong Li Yue yang bahasa Inggrisnya masih tidak beraturan, sesuka dia menyebutnya saja.Dan hari ini mereka berencana menghabiskan sabtu sore di Kuala Lumpur, karena hari ini Buntario sedang banyak uang. Upah kerjanya di Kilang di terimanya siang tadi.Mereka naik LRT sama seperti saat tiba sebulan yang lalu. Tujuan mereka kali ini adalah jalan Alor yaitu tempat wisata kuliner Kuala Lumpur yang sangat cocok untuk menyuka kuliner seperti Wong Li Yue. Tapi sebelumnya mereka mengunjungi Batu Caves, Kuil Hindu tempat yang akan dipenuhi banyak orang saat diadakan festifal Thaipusam. Tapi di hari biasa pun pengunjung tak pernah surut untuk berphoto dengan latar belakang pat