Cinta itu bukan dari mata turun ke hati.
Melaikan dari hati yang merasakan suatu ketulusan yang pasti.
Lalu memaksa membuka mata untuk melihat ketulusan tersebut.
Dan mencintai itu adalah kata sifat, di cintai itu adalah kata kerja.
Namun cinta itu bukanlah kata benda.
Melainkan cinta itu adalah kata hati.
Jadi cintailah sepenuh hati maka kamu akan merasakan ketulusan yang pasti.
Hanna.
~~~
Pagi pun tiba, Hanna menjalankan jadwal teraphynya dengan lancar, tanpa hambatan sedikit pun.
Sampai dimana saatnya Hanna selesai dengan jadwal teraphy, dan kini sedang konsultasi dengan Doker Ahli Tulang ternama di Negaranya.
Dokter tersebut menyarankan Hanna agar meminum susu tulang dan makan makanan berkalsium agar dapat pulih dengan cepat.
Elle dan kevin menunggu Hanna, duduk di luar ruangan dokter. Elle takut terjadi sesuatu terhadap Hanna. Khawatir dengan Hanna, Elle mulai bertanya tanya kepada Kevin.
"Dok, apa Hanna gak apa apa? maksudku apakah teraphy Hanna bermasalah? Apa semuanya baik baik saja? kenapa dia lama sekali."
Kevin mengerutkan dahinya "Satu satu kalau mau bertanya."
"Yang pertama, Hanna tidak apa apa, yang kedua, tidak ada masalah dalam teraphy Hanna, dan semuanya baik baik saja," sambungnya.
Elle menghela nafasnya "Syukurlah."
Hanna keluar dengan kursi rodanya.
"Han, Han, kata dokter gak apa apa kan? Gak ada masalah kan?," tanya Elle khawatir.
Hanna terdiam dengan raut mukanya yang tampak lesu.
"Ada apa? kamu kenapa?" tanya Kevin kemudian.
Dokter Ahli tulang itu pun juga keluar.
"Tidak ada apa apa, semuanya baik baik saja," ucap sang Dokter.
"Dokter Rina bilang kamu gak apa apa Han, kok kamu malah lesu?" tukas Elle yang bingung dengan raut wajah Hanna.
Hanna pun tertawa.
"Ngerjain orang tuh liat kondisi Han, gak tau apa aku khawatir," tukah Elle kemudian.
"Bisa kita berangkat sekarang ke kampus? Saya takut telat," ucap kevin.
"Dokter Kevin, kamu jangan capek-capek, ingat istirahat ya, jangan terlalu dipaksakan," Dokter Rina memberi perhatian lebih.
Kevin tersenyum, "Iya."
"Ada apa ini? kenapa Dokter Rina perhatian sekali. Dan itu, cincin pernikahan?" batin Hanna.
"Mari sini saya bantu dorong," Kevin menawarkan bantuan.
"Gak usah Dok, biar aku aja yang dorong Hanna, Dokter ambil mobil aja, nanti aku sama Hanna tunggu di lobby depan."
Kevin menganggukan kepalanya pertanda meng-iyakan gagasan Elle. Kevin pun melangkah pergi disusul oleh Hanna dan Elle.
"Han."
"Hmm..."
"Kamu penasaran gak?"
"Penasaran apa?"
"Dokter Kevin sama Dokter Rina? Soalnya mereka keliatannya deket banget."
"Gak tuh, biasa aja," Biasa lah wanita itu lain dimulut, lain pula dihati.
"Gak mungkin."
Mereka pun sampai di lobby utama Rumah Sakit. Dan suara klakson mobil menggema disana. Oh, ternyata itu suara klakson mobil Kevin.
"Kamu duluan aja, aku mau memastikan buruan mu tak akan kabur dari perangkapnya," ucap Elle menepuk pundak Hanna.
Tapi belum sempat Elle pergi, Kevin pun turun dari mobil, membantu Hanna untuk naik ke mobilnya. Menggendongnya layaknya tuan putri, reflek Hanna mulai mengalungkan tangannya ke tengkuk Kevin. Dan Hanna sudah duduk di dalam mobil, tapi tangan Hanna belum lepas dari tengkuk Kevin. Mereka pun berpandang pandangan satu sama lain.
"Maaf, bisa tolong lepas, saya tidak bisa bergerak," ucap Kevin.
Hanna melepaskan tautan tangannya, rasa malu menyelimuti aura antara mereka berdua. Elle masih disana, melihat mereka berpandangan satu sama lain, sampai rasa canggung yang mendera mereka.
"Kayanya Hanna mulai ada rasa," batin Elle.
Elle tersenyum melihat kecanggungan mereka berdua, ia berharap dengan kedatangan Kevin ke kehidupan Hanna, mengobati luka di hati Hanna.
"Han, kayanya aku ada yang ketinggalan deh," pamit Elle sembari memberi kode kedipan mata.
"Eh, iya sana," ucap Hanna.
"Cepat ya," sambungnya lagi.
Kevin membenahi kursi roda milik Hanna ke dalam bagasi mobilnya. Hanna yang membayangkan kecanggungan tadi, merasa malu terhadap dirinya. Hanna menutupi wajahnya memerah karna malu.
Elle berlari kembali keruangan Dokter Rina. Ia ingin mencari kejelasan tentang status Kevin yang sekarang adalah lelaki buruan untuk sahabatnya.
"Permisi Dokter."
"Iya, Kamu temannya Hanna kan? Ada apa?"
"Saya ingin bertanya Dok, apa Hanna membutuhkan obat tambahan," tanya Elle mengulur waktu mencari bukti dan kejelasan disana.
"Sepertinya tidak, Hanna cuma butuh Susu berkalsium tinggi saja."
Elle melihat sekeliling, matanya masih mencari sesuatu yang bisa ia jadikan bukti. Dan ia pun menemukan sesuatu, yaitu foto di dalam bingkai. Ia pun mulai bertanya menggali kebenaran yang ada.
"Wah Dokter cantik sekali di foto itu, Eh, siapa laki-laki itu Dok," tanya Elle yang penasaran.
Dokter Rina itu melihat arah yang ditujukkan oleh Elle.
"Oh itu suami saya," tukas Dokter Rina.
Dokter Rina mengunjukan jari jemarinya kepada Elle.
"Kamu lihat, ada cincin di jari manis, ini cincin sumpah pernikahan kami," sambung Dokter Rina.
Elle senang mendengar bahwa Dokter Rina sudah menikah "Tidak ada hambatan untuk Hanna mendekati Dokter Kevin sekarang," pikirnya.
"Ada yang perlu ditanyakan lagi?"
"Tidak Dok, aku rasa sudah cukup, terimakasih, permisi," pamit Elle.
Elle tersenyum puas, rasa penasarannya terjawab sudah. Ia pun pergi dari sana, dan mencari Hanna di parkiran mobil.
"Elle, sini," lambai Hanna dari jendela mobil.
"Gimana, gimana?" tanya Hanna.
"Katanya gak penasaran? Ternyata Dokter Rina udah nikah"
"Gak tuh aku gak penasaran."
Elle memutar bola matanya tak percaya. Dan Hanna menunjukan simpul senyumnya.
"Dokter Kevin mana?" Tanya Elle yang baru sadar ternyata Kevin tidak ada di sana.
"Tadi sih bilangnya mau ke toilet, udah sini naik."
Elle pun masuk kedalam mobil, mereka mulai berbincang kembali, tertawa, dan tanpa mereka sadari si pemilik mobil datang. kecanggungan antara Hanna dan Kevin pun dimulai.
Elle tertawa kecil melihat kecanggungan di antara mereka berdua.
"Dok, cepet nanti telat loh."
"Oh, iya maaf, kita jalan sekarang."
Dan akhirnya mereka pun jalan ketempat tujuan awal mereka.
Hanna memandangi hiruk pikuk kehidupan di kota dari balik jendela mobil. mata tertuju pada kehidupan diluar sedangkan otak sedang berpikir dan hatinya sedang merasakan sakit, berpikir tentang kekasih hati yang tak kunjung menemuinya di kala sepi.
"Kenapa chat yang semalem gak dibales ya?, apa dia sengaja menghindar?, aku salah apa?, apa dia pergi dari ku sekarang?" batin Hanna.
Batin Hanna mulai berperang, hatinya pun tak kunjung tenang, dan otaknya sudah tak bisa berpikir dengan jernih lagi. Hanna ingin penjelasan. Hanna hanya ingin kepastian. Jika Vikky meninggalkannya ia berhak tau, apa penyebabnya. Rasa yang Hanna milik sekarang menggantung tanpa kepastian.
TBC
Kenapa?Kenapa hati ini begitu sakit saat iniKenapa begitu pahit kenyataan ini.Orang yang ku pikir akan selalu adaperpaling begitu sajaDan, kenapa harus di depan ku kalian bercumbuHancur kurasa kepercayaan ini.Pergilah, jika itu kemauan mu.Aku terima keputusan mu, walau sakit bagiku.~~~Setelah beberapa menit Kevin mengendarai mobilnya, mereka pun sampai di tujuan. Tapi bukannya turun, Hanna dan Kevin malah terdiam dalam kecanggungan mereka masing masing.Elle binggung sampai kapan mereka akan ada di dalam mobil dan tidak turun."Jadi kita gak turun nih?" tegur Elle.Hanna dan kevin pun salah tingkah mendengar teguran dari Elle.Elle turun terlebih dahulu untuk membantu Hanna membuka pintu, disusul oleh Kevin yang segera pergi ke bagasi untuk mengambil kursi roda Hanna. Dan Hanna menutup mukanya yang memerah karna malu dengan tingkahnya."Permisi nyonya," ujar Elle
Hancur lebur persaan iniIngin aku berlariBerlari sejauh mungkin dari persaan iniKuharap semua ini hanya mimpiDan kuharap mimpi itu pergi dan tak kembaliAku menyesal mengenal muJika kau datang untuk memberiku rasa sakitSebaiknya kau tak perlu singgah di hati ini~~~Hanna pergi dengan hatinya yang perih, bagaikan luka yang tersiram air garam, itulah yang ia rasakan saat ini.Setelah Hanna rasa sudah cukup jauh dan tidak begitu banyak orang yang berlalu lalang, Hanna pun mulai menangis sejadi jadinya, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya."Sudah kuduga di akan meninggalkan ku El," ucapnya dalam tangis.Elle yang awalnya memegang gagang kursi roda Hanna, sekarang beralih memegang pundak Hanna, mencoba untuk menghibur sahabatnya."Han, gak usah nangisin orang kaya gitu, dia gak pantes kamu tangisin Han," ucap Elle sembari memberi pelukan untuk Hanna."Sudah Han, cukup menangisnya, masih banyak
Maafkan aku.Aku tak pantas untukmu.Aku terlalu menyakitimu.Aku memang mencintaimu.Tapi cintaku lah yang menyakitimu.Ku mohon maafkan aku.Aku terima jika kau ingin menghinaku.Tapi tolong jangan tangisi diri ku.~~~"Vikky!" teriak seorang wanita.Vikky tak menghiraukan panggilan tersebut."Vikky!" tukas wanita itu yang tak lain adalah Vhias."Vikky! Ingat perjanjian kita!" sambung Vhias, memperingatkan Vikky tentang perjanjian yang mereka sepakati.Vikky pun menghentikan langkah kakinya, dan kemudian menoleh ke arah Vhias"Apa? Mau mengancamku lagi? Aku udah gak perduli, terserah kamu sekarang, aku capek."Vikky melanjutkan langkahnya, Vhias yang kesal dengan sikap dan jawaban Vikky mulai berbicara dan membawa bawa nama Hanna."Oke kalau itu mau mu, aku bakalan kasih tau Hanna kalau kamu deketin dia karna ingin mengambil rahasia perusahaan Papanya saja, dan aku akan
Ketika mata telah memandang.Maka hati lah yang akan berbicara.Ketika pikiran telah menguasai diri.Maka prasangka lah yang akan hadir.Aku tau Tuhan itu baik pada umatnya.Selalu menunjukan kebenaran.Walau dalam keadaan yang kurang tepat.Dan terkadang kebenaran itu menyakitkan.~~~Malam pun tiba, dan jam pun menunjukan pukul 19.00 .Elle berpamitan pulang, meninggalkan ibu dan anak itu berdua di kamar, duduk di atas kasur yang ada dikamar tersebut."Han.""Iya? Kenapa Mah?""Jangan gitu lagi ya nak? Mamah takut kamu kenapa-kenapa," ucap Mamah Giselle mengusap pucuk kepala anak kesayangannya."Gak Mah, Hanna janji, Hanna gak akan ngelakuin hal kaya gitu lagi.""Janji ya nak, kamu kalau ada masalah cerita sama Mamah nak, jangan kamu pendam sendiri.""Iya Mah, nanti Hanna ceritain kalau hati Hanna udah siap Mah."Mamah Giselle memeluk anaknya, sebenarnya ia tau apa yang ada di pik
Hancur hati ini.Menerima kenyataan yang amat pahit.Orang yang ku cintai.Ternyata dalang di balik semua ini.Kenyataan ini begitu pahit.Hingga ku tak sanggup menerimanya.Tapi begitulah kenyataan hidup ku.Memang selalu tak menentu.~~~Bagai di sambar petir pada siang bolong, hati Hanna yang saat awalnya tak bisa menerima kenyataan, kini berangsur bisa menerima kenyataan pahit yang menerpanya itu.Ternyata orang yang ia cintai selama ini adalah dalang di balik semua kesedihan hidupnya sekarang.Tega nian, hanya karna ingin mendapatkan rahasia perusahaan papahnya, nyawanya Hanna hampir terancam.Berlinang sudah air mata Hanna, tak terbendung karna fakta yang telah di renggut oleh kenyataan pahit.Semuanya sia sia, jalinan yang ia bangun dan ia jaga selama ini di hancurkan karna faktanya harta yang dimiliki oleh papahnya lah yang menjadi incaran mereka.Selama ini ia hanya di permainkan, di jadikan
Sinar matahari itu menghangatkan.Tapi bagi sebagian orang kehangatan itu.Bisa berubah menjadi rasa terbakar.Sinar matahari selalu menyinari hari.Tapi bagi sebagian orang sinar itu.Bisa berubah menjadi terik yang amat menyengat diri.Begitu pula dengan cinta.Kadang mengahangatkan.Sampai kadang kehangatan itu berubah menjadi rasa terbakar.Kadang menyinari.Sampai sinar itu berubah menjadi terik yang menyengat hati.~~~Hanna pun keluar dari kamarnya, ia telah siap untuk berangkat ke kampusnya, perlahan tapi pasti ia memutar kursi rodanya itu.Elle melihat Hanna yang keluar dari kamar pun menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa ia menyuruh Elle datang pagi-pagi sedangkan dirinya sendiri saja belum siap."Akhirnya Nyonya keluar kamar," ledek Elle.Hanna terdiam tak seperti biasanya, mukanya pun tampak serius dengan tatapan tajam layaknya pisau menusuk ke arah Elle."Ad
Sepertinya aku terkena panah cinta.Melihatnya tersenyum membuat ku bahagia.Senyumnya membuat ku menjadi gila.Senyum manis mu menusuk ke hatiku.Sampai Hati ku berdetak tak karuan.Aku harus apa?Panah ini telah menusuk hati ku.Dan hati ini semakin tak karuan.Seperti ingin melompat dari dalam sana.Panah cinta ini membuat ku gila.~~~Seperti biasanya, sesampainya di Rumah Sakit, Hanna pergi ke resepsionis untuk mendaftarkan dirinya."Nona Hanna, bisa langsung keruangan Dokter Kevin ya," kata sang resepsionis.Hanna menganggukan kepalanya, kemudian ia pun pergi menemui Dokter Kevin di ruangannya."Permisi Dok," ucap Mamah Giselle sembari mengetuk pintu dari luar."Silahkan masuk,""Hanna? kamu kenapa? apa kaki kamu sakit lagi?" tanya Dokter Kevin cemas.Hanna menggelengkan kepalanya, "Aku hanya ingin periksa saja Dok, tadi pagi aku mau mengambil Es batu di kulka
Dilema.Disaat engkau datang.Hati ini begitu tenang.Seperti bunga yang sudah hampir layu.Kemudian di sirami kembali.Bertemu dengan mu adalah anugrah.Perpisahan dengan mu adalah takdir.Ku harap kita tak akan terpisah.Sampai takdir tak mempermainkan kita.~~~Dokter Kevin menyarankan agar Hanna sesegera mungkin menggunakan 'kruk' agar syarafnya dapet merespon kembali.Senyum merekah di bibir Dokter Kevin mengetahui bahwa Hanna akan sembuh dan dapat berjalan kembali.Tetapi hatinya berkata lain, ia gundah bahwasannya ketika Hanna sembuh nanti ia akan jarang bertemu, atau bisa jadi malah tidak akan pernah bertemu kembali.Namun Dokter Kevin seketika merubah raut wajahnya, dari tersenyum menjadi agak sedikit murung.Mamah Giselle terheran melihat raut wajah dokter Kevin yang berbuah drastis, ia sadar betul apa yang sedang di rasakan Dokter Kevin saat ini.Mamah Giselle seperti