Malam hari di rumah yaya
Tok tok tokTerdengar suara ketukan di pintu kamar yaya
“Sebentar bi!” ucap yaya
Dia tahu yang mengetuk itu pasti bibi. Karena hanya mereka berdua yang tinggal disana.
Sebenarnya disana juga ada supir, satpam dan penjaga kebun. Tapi mereka tidak tinggal di rumah yaya. Mereka hanya akan bekerja dan pulang setelahnya.
Bibi yang bekerja di rumah yaya belum terlalu tua. Baru sekitar 50-an. Suaminya sudah meninggal dan anak nya sudah pergi merantau ke kota lain. Sudah menikah, dan menetap di kota itu. Jadi tinggal lah bibi sendiri.
“Iya bi ?” tanya yaya setelah membuka pintu
“Bibi mau bilang kalau tadi nyonya besar datang kesini non,” ujar bibi
“Sini masuk dulu bi,” ajak yaya agar asisten rumah tangga nya itu masuk dan berbincang di kamar nya.
“Duduk bi!” kata yaya dan mereka berdua duduk di sofa yang berada di kamar itu.
“Tadi bibi bilang apa ? Mami dateng kesini ?” ucap yaya mulai bertanya hal yang ingin dikatakan bibi tadi
“Iya non. Tadi nyonya besar datang ke sini nyariin non yaya.” Kata bibi
“Terus bibi jawab apa ? Bibi enggak kasih tahu mami kan kalau yaya lagi cari kerja ?” tanya yaya
“Enggak non. Bibi kan udah janji nggak akan kasih tahu nyonya,” jawab bibi
Iya juga yah. Yaya memang meminta bibi agar tidak memberitahu mami jika nanti beliau datang untuk mencari yaya.
“Bibi cuman bilang kalau non lagi keluar.” jawab bibi
Yaya mengangguk setelah mendengar itu.
“Terus bi ?” tanya yaya lagi
“Nyonya kira non yaya mau kabur. Jadi tadi nyonya masuk ke kamar buat nyari passport sama visa.” jelas bibi
Yaya tidak kaget mendengar itu. Itu memang kebiasaan mami. Jadi bukan hal baru bagi yaya.
“Abis itu nyonya langsung pamit.” kata bibi lagi
Yaya tahu. Mami nya hanya akan memeriksa dan memastikan agar yaya tidak kabur ke mana-mana. Setelah itu pergi lagi. Selalu seperti itu.
Tapi mami tidak pernah mengambil barang-barang penting milik yaya.
Waktu berlalu dan sekarang yaya belum bisa tidur. Jika dia masih berdiam diri saja di rumah besok. Maka sudah dipastikan dia akan bertemu dengan mami besok.
Saat ingin menyalakan ponselnya, yaya malah mendapat sebuah panggilan masuk. Siapa lagi kalau bukan mami ?
“Halo mi!” jawab yaya
Walau sekesal apapun yaya kepada mami dan papinya, dia tidak akan menolak panggilan mereka. Itu karena yaya tidak benar-benar kesal. Dia tidak ingin egonya menghancurkan hubungan baik anak dan orang tua.
“Udah tidur yah sayang ?” tanya mami
“Belum mi. Ini yaya masih teleponan sama mami.” jawab yaya
“Tadi mami ke rumah kamu. Bibi udah kasih tahu kan ?” tanya mama
“Iya udah mi. Lagian nggak dikasih tahu juga yaya bakal tahu kok!” jawab yaya
“Besok datang ke rumah. Mami mau ngobrol sama kamu,” kata mama
“Besok mi ? Yaya nggak bisa janji sih. Kayaknya besok yaya ada acara.” jawab yaya. Dia tahu mami nya akan berbicara lagi tentang hal yang sama.
“Kamu mah gitu. Nolak aja terus!” kata mami
“Beneran mi. Yaya kan nggak pernah nolak ajakan mami kalau yaya lagi free,” balas yaya
“Ya udah deh. Tapi inget. Jangan lari terus!” kata mami
“Iya mi” jawab yaya
Mereka masih terus berbincang. Saling menanyakan keadaan satu sama lain.Sebenarnya yaya bukan melamar kerja karena dia bosan dengan pekerjaannya di Rumah Sakit sebagai Dokter Kandungan. Tapi Itu karena yaya dipaksa oleh mami dan papinya untuk bekerja di perusahaan papi sebagai direktur. Tentu saja yaya menolak.Bahkan rumah sakit tempatnya bekerja juga milik keluarga mami yang akhirnya memang menjadi bagian mami. Yaya dulu menolak menjadi direktur di rumah sakit tersebut dan memilih bekerja di rumah sakit lain. Tapi mami nya memaksa agar dia bekera disana. Akhirnya yaya setuju, tapi dengan syarat hanya menjadi dokter kandungan.Sekarang terjadi lagi. Yaya tidak ingin menjadi direktur di perusahaan papa yang bergerak di bidang properti tersebut. Yaya bukan anak tunggal kaya raya okey. Dia punya kakak laki-laki yang juga memilih untuk menjadi pebisnis. Kakak nya juga memegang kendali salah satu perusahaan papa di jakarta. Sayang nya, kakak yaya sudah menikah seka
Pagi ini, yaya datang ke Sanjaya Company seperti yang disampaikan mereka semalam.“Yaya!” ucap HRD menggulang nama yaya“Untung saja kamu tidak dipanggil nina.” ujar wanita itu lagi. Namanya Nina. Pantas saja dia berkata seperti itu. Semoga saja namanya bukan karenina. Karena akan benar-benar mirip dengan yaya. Walau sebenarnya sama pun tak apa.Itu karena dia memakai name tag. Jadi yaya bisa mengetahui namanya. Jangan mengira bahwa yaya bisa mengetahui namanya begitu saja.Jika ia bisa, ia akan mencari tahu juga nama jodohnya. Siapa tahu memang sudah saatnya dia menikah.“Apa nama ibu juga karenina ?” tanya yaya mencoba mengobrol agar mereka tidak terlalu kaku satu sama lain“Oh tidak. Nama saya Nina kalista. Jadi saya biasa di panggil nina,” jelas nyaYaya mengangguk mendengar penjelasan nya. Tidak terlalu buruk. HRD nya itu orang yang baik. Menurut yaya.“Oh ya,
"Boss ?” ulang yaya“Iya!” jawab nina“Pak manajer ?" Tanya yaya memastikan"Bukan. Dipanggil pak CEO. Di suruh keruangannya." jelas ninaYaya mengangguk. Ia ingin bertanya lagi tapi kelihatannya nina sedang sibuk. Itu terlihat seperti nina memang mencarinya sejak tadi."Baiklah!" Ujar yaya. Bahkan tidak sempat mengatakan terima kasih karena nina yang sudah lebih dulu pergi.Awalnya yaya akan membuat kopi. Tapi panggilan CEO lebih penting saat ini. Dia lalu segera berjalan keruangan CEO.Apakah setiap karyawan baru akan langsung berhadapan dengan boss seperti ini ?. Dulu waktu yaya bekerja dia tidak seperti itu.Lantai yang sedang yaya pijak sekarang ini sepertinya hanya khusus untuk CEO, karena di sana hanya terlihat sebuah meja yang mungkin digunakan sekretaris untuk bekerja, dan sebuah pinta besar dengan beberapa ornamen disana.“Permisi pak,”
“Baiklah” jawab yaya. Dia bahkan tidak bisa menyembunyikan tawa lucunya walau dia sudah mencoba menahannya.“Kenapa tertawa ?” tanya pria itu dengan wajah yang tidak suka.Akhirnya, yaya menghentikan tawanya.“Hanya merasa lucu. Sebenarnya sudut pandang mana yang ada lihat ?. Hingga bisa mengatakan bahwa saya mencoba mendekati adik bapak ?!” jelas yaya“Saya bukan bapak kamu!” protes bossnya itu.Yaya mengernyit sejenak. Dia memang bukan bapaknya yaya. Apalagi papinya. Sama sekali tidak mirip.“Lalu harus saya panggil siapa?" Tanya yaya."Lagipula, saya sudah lupa siapa nama anda!” jawab yaya lagiBoss di depannya ini sepertinya suka sekali menatap orang dengan tajam. Buktinya dari tadi dia selalu menatap yaya dengan tajam dan pandangan seolah meremehkan.“Berhenti menatap saya dengan tatapan menilai seperti itu. Dan berhenti bersikap seolah anda dan adik
Hari ini cuaca terlihat sangat cerah. Sepertinya hari ini akan terasa menyenangkan. Walau setiap hari rasanya menyenangkan bagi Audrey.“Mba audrey !” teriak seseorang dari depan rumah audreyMendengar itu, audrey bergegas turun karena dia juga akan berangkat ke kantor hari ini.“Iya mang!” jawab audrey saat mendapati mang ucup yang berada di depan rumah.“Selamat pagi neng,” ucap mang ucup dengan ramah“Pagi mang !” jawab audrey dengan senyum yang tak kalah ramahnya.Audrey selalu membeli onde-onde dari mang ucup dan memakan nya selama perjalanan. Walau dia juga sudah lebih dulu sarapan tadi. Maklumlah, rasanya kurang jika audrey belum ngemil di pagi hari.“Beli yang biasa mba ?” tanya mang ucup“Iya mang !” jawab audreyAh, audrey benci ketika tahu bulat di depannya juga seperti meminta untuk dibeli.“Sama tahunya mang, telur puyuhnya
~Dia tahu semuanya tidak akan pernah sama lagi. Namun dengan egoisnya,dia masih berharap semuanya akan baik-baik saja~Hari ini seperti biasa, audrey mengemudikan mobilnya menuju kantor. Dia selalu datang tepat waktu. Tidak terlalu cepat, dan tidak juga terlambat.Awalnya audrey tidak ingat dengan satpam di depan kantornya. Tapi kerumunan pagi ini membuat audrey kembali mengingat kejadian kemarin.Sepertinya pemandangan ini akan terjadi setiap hari. Semoga akhir pekan segera datang, walau hari ini barulah hari selasa.“Pagi mba audrey” sapa satpam yang sama seperti hari kemarin. Sebenarnya bukan saja hari kemarin, tapi setiap hari juga mereka selalu menyapa karyawan yang masuk.“Pagi juga pak..” jawab audrey“Masih sama kayak hari kemarin yah” kata audrey sambil melirik ke arah kerumunan itu.“Iya mba. Biasa, orang ganteng mah beda” jawab pak
~Itu menunjukkan bahwa hal yang pahit pun masih bisa dinikmati~“Dika” teriak audrey saat mendapati dika sedang berada di kantin perusahaan pagi ini“Kenapa audrey valerie yang suaranya cetar kayak toa. Pagi-pagi udah teriak aja” kata dikaSebetulnya dia sedang menjawab panggilan audrey atau sedang ceramah ?“Aishh. Btw, tumben itu di depan nggak ada kerumunan lagi. Udah lo apain ?” tanya audrey“Lo kira gue demen ama tu orang apa ? Gini-gini juga gue laki tauu” kata dika seperti sedang mencibir.“Tauu gue lo laki. Maksudnya tu satpam udah lo tegur, lo pindahin atau apa ? Masa ilang gitu aja ?” tanya audrey lagi“Bilang dong. Kan gue jadi nethink” kata dika“Nggak gue apa-apain sih. Bisa-bisa gue dipecat. Kan udah ada CEO baru sekarang” lanjut dikaAudrey hanya manggut-manggut merespon jawaban dika.
Di tempat lain, vano baru saja datang. Dia mengenakan jas rapi yang semakin memberi kesan seorang boss.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia menginjakan kaki ke kantor yang sekarang menjadi miliknya ini. Hanya saja, dia sengaja menyamar selama 3 hari sebagai satpam disini. Agar bisa mengetahui bagaimana kebiasaan para karyawan nya.“Selamat pagi pak” sapa dika – asisten pribadi ku disini.“Hemm” jawabku singkat.Aku punya rasa tidak suka kepada asisten pribadi ku itu sejak awal bertemu. Tapi dia terlihat bagus dalam hal bekerja.Aku berjalan sepanjang lorong kantor dan kelihatan nya mereka sudah menyiapkan acara sambutan kecil-kecilan.Aku memandang sekeliling mencari seseorang yang sudah kutemui tiga hari belakangan tanpa menyapanya. Kemana dia ?“Apa bapak mencari sesuatu ?” tanya dika“Tidak” hanya itu jawaban yang keluar dari mulutku kepadanya.Waktu terus ber