Mohon klik subscribe n follow dulu sebelum membacaBab 5#Lelaki_Pemalu_Dan_Calon_Dokter-Merantau Untuk Ibu-“Amin …. Makasih, Kak, nasehatnya bikin Nida sedikit tenang.”Terbayang dalam benak, abangnya tadi banyak memberi nasehat, untuk lebih memperbanyak hafalan Al-Quran. “Nida harus bisa, ya. Meski tanpa guru pembimbing. Dicicil sedikit-sedikit. Pasti bisa. Tapi kalau di TPA ada yang bimbing, ya manfaatkan itu untuk mempertajam hafalan. Nanti Abang akan kirimi Nida hape biar Abang bisa mantau Nida dari jauh, ya.” Ia hanya mengangguk, tak bersemangat sembari memegangi tangan abangnya. Dalam benaknya abangnya itu akan pergi lama, bertahun tak akan pulang. Bagaimana jika ia nanti rindu ingin bertemu. Bagaimana jika nanti ia tak mengerti soal matematika, atau fisika. Biasanya ia sudah mempersiapkan banyak bahan pertanyaan ketika pada akhirnya abangnya itu pulang ke rumah. Tapi sekarang? Entah akan berapa lama lagi ia akan menunggu abangnya. Bertanya dengan Annisa, yang ada ia akan
-Telepon Ibu Memberi Sebuah Tanya-Alqi tergemap, mendengar tangisan Rosmina. Ia beristighfar beberapa kali. Lalu mulai menenangkan ibunya.“Bu, tenang. Sabar.” Ia tak mencoba bertanya ada apa sebenarnya. Dibiarkannya suara wanita penyabar yang kasih sayangnya begitu luas kepada anak-anaknya itu tetap menangis.“Alqi ... Nak, anak Ibu tersayang …” Serak suara itu di antara isak.“Iya, Bu.”“Pulanglah, Nak. Ibu kangen. Ayah sakiiit ….”“Ayah sakit, Bu?”“Iya, sakit. Pulanglah, Nak. Kamu pokoknya harus pulang. Jangan di Jakarta lagi.”“Jangan di Jakarta lagi, Bu?”“Iya, Nak, huhuhu …. Pulanglah, Nak, Ibu mengkhawatirkanmu. Khawatir kamu kenapa-kenapa? Ibu takuut. Pulang sajalah, Nak. Kamu tinggal di kampung. susah senang kita di kampung saja. Ibu janji, akan segera lunasi semua hutang Ibu. Ibu pasti bisa lunasi hutang itu. Bismillah, Nak .... Cari rejeki di sini saja. Bareng-bareng sama Ayah Ibu.” Wanita yang sangat Alqi kasihi itu kembali menangis. Dalam benak Alqi menjadi penuh tany
Bab 6-Rumah Masa Kecil Mungkinkah Kembali-“Ya Allah, Qi, baru aja Kang Deni senang punya temen lurus kayak kamu bisa ngajarin shalat, tempat nanya soal agama, eh malah sekarang mau pindah kerja ….” Deni muram. Diusap wajah itu dengan ujung bahunya.“Kita masih sering ketemu, Kang.” Alqi menepuk pundak Kakang ketemu gede yang cukup menghibur hari-harinya belakangan ini.“Bang Alqi. Santa sediiihh banget. Kenapa, si harus pindah? Nanti kita jadi jarang ketemu, deh. Jangan sombong ya kalau udah ada di tempat kerja yang baru ….” Dua sudut bibir perempuan dengan wajah mirip Prilly Latuconsina itu tertarik ke bawah.“Jangan sedih, Bu Bos. Ini malah jalan terbaik. Kan kalau nanti kalian jadi nikah, nggak boleh kerja satu kantor. Ini bentuk pengorbanan Alqi, mengalah, resign dari sini,” candanya yang ditimpali Alqi dengan mata membulat.“Insyaa Allah kita masih bisa silaturahmi, Bu Bos,” jawab Alqi.“Ya, janji, ya Bang, tetep komunikasi. Tetep mau jawab kalau saya WA. Sukses ditempat yang b
-Maukah Kamu Datang Menemui Papa?- (7)Kemudian ia fokus lagi membereskan service-an laptop di depannya. Di sampingnya berjajar sembilan buah laptop yang menanti untuk dibenahi juga. Seperti biasa, lantunan murotal bervolume kecil terdengar mengalun dari gawainya.“Bang Alqi ….” Seorang wanita sudah berdiri di depan pintu kosnya. Tubuhnya basah wajahnya berurai air mata.---“Bu San-ta,” jawab Alqi terbata. Tanpa diminta, Santa langsung masuk ke ruang tamu kosannnya. Alqi segera bangkit berdiri, tergagap.“Bang, Papa Santa kecelakaan,” isaknya.“Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.”“Tolong antar Santa ke Primaya Hospital Tangerang, naik motor, biar cepat sampai, Bang.” Alqi terpegun sesaat. Kemudian menatap wanita yang sedang menangis ini. “Tolong, Bang. Santa nggak tahu lagi mau minta tolong siapa. Santa nggak tahu apakah Papa selamat atau nggak. Tolong kalau perlu nanti Santa bayar.” Terbata di antara tangisan Santa memohon.Alqi menjadi iba, dan alangkah kurang ajarnya bila tak
-Kedermawanan Gadis Berhati Salju- (8)Sebuah WA masuk dari Santa.[Alhamdulillah. Semoga terus Allah sehatkan, ya.] balas Alqi.[Papa mau kenal kamu lebih jauh, Bang. Mama juga. Maukah kamu nanti datang sekali lagi menjenguk Papa?]----Seketika Alqi tertegun. Sebuah tawaran baik. Bersilaturahmi. Alqi mencoba tak ingin punya penilaian berlebihan. Tapi di sisi lain ada tanya dalam benaknya. Apakah keluarga Santa mengira ia memiliki hubungan khusus dengan Santa? Jika, ya, Alqi merasa tak perlu datang, karena akan semakin sulit menghindar dan akan menyakiti Santa nantinya. Ia tak hendak ingin menjalin hubungan dekat dengan perempuan manapun saat ini.Ia lelaki yang punya prinsip tak pacaran, tak dekat dengan wanita manapun. Ia begitu menghormati wanita, memacarinya artinya adalah menjatuhkan martabatnya sebagai seorang wanita.Ia ingat pesan Ustadz Ibrahim yang sering berceramah di masjid Salman, kampusnya, laki-laki baik-baik tak akan memacari perempuan manapun. Berdekatan dengan lawan
-Fatya, Mahasiswi Kedokteran UI-'Aku harus fokus mencari jalan keluar untuk membayar biaya Ayah,' bisiknya.Ia melangkah pergi ke toilet rumah sakit, membersihkan diri, berganti pakaian, lalu beranjak ke mushala rumah sakit. Berwudlu dan melaksanakan shalat sunnah berakaat-rakaat. Alqi mencari tenang dari kegundahan yang merajai hatinya.***ajSeusai shalat dan bermunajat pada Allah memohon diberi kemudahan hidup dan perlindungan, Alqi merenung. Ia masih terus berpikir bagaimana mengganti uang Fatya. Karena tak ada perjanjian hutang piutang antara keluarganya dengan Fatya. Artinya uang talangan dari Fatya harus segera dibayar. Annisa, adiknya juga tadi sempat memintanya untuk berbicara pada Fatya soal pembayaran rumah sakit yang ditalanginya.Alqi mendesah resah, menghembuskan napas berkali-kali. Dalam rekeningnya hanya ada delapan juta. Mungkin juga akan habis untuk biaya perawatan ayahnya dan obat-obatan. Gontai ia berjalan menuruni tangga masjid. Duduk di bangku-bangku taman ruma
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 11-Ditemui Santa dan Menjemput Fatya-Alqi jadi penasaran, beberapa kali Nida menyebut wanita yang sellau memasang fotonya di facebook. siapa sebenarnya?“Bang Alqi!” Seseorang menyebut namanya di depan pintu. Terlihat Sri dibelakangnya.--Alqi terpegun, di depannya sudah ada Santa. Santa terpaku menatap Alqi, ada kilatan bening di matanya. “Santa …?” Al terbangun, kaget. Ia segera keluar kamar. Meminta asistennya melanjutkan sisa pekerjaanya pada laptop yang sedikit lagi selesai.Alqi melangkah mengajak Santa menuju teras rumah. Ia mempersilahkan Santa duduk. “Kemana saja kamu selama ini, Bang?” tanya Santa to the point setelah ia duduk. Alqi tak langsung menjawab. Tatapannya tertuju pada bunga-bunga taman di hadapannya.“Maaf, ya, Santa. Saya sudah lama nggak menghubungi kamu.”“Bukan cuma nggak menghubungi, Bang. Tapi juga nggak pernah menjawab WA-WA dari saya, panggilan telepon dari saya!”Santa nampak emosional.“Apa susahnya, sih, Bang, se
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 12-Dua Hati yang Menjaga-“Subhanallah.” Itu saja yang keluar dari bibir Alqi.Nida menunggu jawaban selanjutnya abangnya.“Bang? Kok diem, bisa nggak?”“Ihh, Abang, nih, nanti Kak Fatya keburu disamber orang jahat. Eh Astaghfirullahaladzim. Aduh, Bang buruan jawab bisa nggak. Kasihan dianya.”Alqi menatap jam, pukul setengah delapan malam. Ia ragu karena belum pernah menjemput perempuan, terlebih yang bukan muhrim, dan Fatya tidak memintanya langsung. Alqi sangat sungkan. Kemudian ia mengingat kembali banyak kebaikan Fatya untuk keluarganya. Alqi hanya bingung bagaimana jika nanti hanya bergoncengan berdua ditambah motornya adalah motor butut.“Dek, dia beneran minta dijemput? Gimana kalau dia nggak mau dijemput Abang. Dia ‘kan sangat menjaga diri. Gimana kalau sekarang sudah ada temannya yang jemput?“Bang, orang dia aja bikin status, nyari-nyari kendaraan atau orang yang mau ngjemput dia nggak ada.”“Sama sekali nggak ada kendaraan di sana, Nida?”