Saat Mada dan Sari melewati daerah pedalaman yang jarang dijamah oleh manusia, mereka tiba-tiba bertemu dengan suku pedalaman yang awalnya tampak tidak ramah. Penduduk suku tersebut, yang disebut Suku Danau, menatap mereka dengan curiga dan waspada. Namun, Mada dan Sari tidak putus asa. Mereka memutuskan untuk mendekati suku tersebut dengan sikap yang ramah dan penuh hormat.Meskipun awalnya ditanggapi dengan kecurigaan, Mada dan Sari terus berusaha membangun hubungan yang baik dengan Suku Danau. Mereka berbicara dengan lembut dan menunjukkan sikap yang santun, berusaha untuk memahami adat dan budaya suku tersebut. Lambat laun, penduduk suku mulai merasa nyaman dengan kehadiran Mada dan Sari.Ketika Mada menunjukkan tanda Pin Bulan yang dikenakannya, simbol kedamaian dan persahabatan di daerah asalnya yang disebut Drajaya, suasana berubah. Suku Danau mengenali tanda tersebut dan menyambut Mada dan Sari dengan suka cita. Mereka mengundang pasangan tersebut untuk bergabung dalam upacara
Pada malam yang tenang, Mada dan Sari diperkenalkan kepada sosok yang dihormati di Suku Danau, yaitu Datok Alam Bahari. Datok Alam Bahari adalah seorang pemangku adat yang dihormati di kalangan suku, dikenal karena pengetahuannya yang luas tentang sejarah dan tradisi lokal. Ketika mereka duduk di sekitar api unggun, Datok Alam Bahari mulai bercerita tentang legenda Keris Pusaka Naga Putih.Dengan suara yang tenang dan penuh hikmah, Datok Alam Bahari memaparkan kisah legendaris tentang Keris Pusaka Naga Putih. Cerita itu bercerita tentang seorang pahlawan yang berani, yang menggunakan keris tersebut untuk melindungi kerajaan dari kejahatan dan ancaman. Keris itu diyakini memiliki kekuatan yang luar biasa, dan hanya orang yang memiliki keberanian dan kejujuran yang dapat menggunakannya dengan benar.Mada dan Sari mendengarkan dengan penuh perhatian, terpesona oleh keindahan dan kedalaman kisah yang diceritakan oleh Datok Alam Bahari. Mereka menyadari bahwa legenda itu mungkin terkait de
Pagi-pagi sekali, Mada dan Sari bangun dan bergabung dengan Suku Danau dalam melakukan kegiatan membersihkan sekitar. Bersama dengan penduduk setempat, mereka membersihkan tepian danau dan jalanan desa, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan indah.Setelah membersihkan, mereka melanjutkan perjalanan ke kawasan sekitar Desa Suku Danau. Di sana, mereka tertegun oleh pemandangan Desa Terapung yang unik, di mana rumah-rumah di atas air mengambang dengan indahnya. Mada dan Sari terpesona oleh kehidupan masyarakat yang begitu berbeda dari yang mereka kenal sebelumnya.Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan ke pasar terapung, di mana mereka melihat berbagai pedagang lokal menjajakan barang dagangan mereka dari perahu-perahu kecil di atas air. Suasana ramai dan riuh di pasar terapung menambah kegembiraan perjalanan mereka.Namun, puncak dari perjalanan pagi hari itu adalah kunjungan mereka ke kawasan Danau Merah. Mada dan Sari mendengar tentang legenda dan kebijaksanaan yang tersemb
Dengan hati yang berdebar, Mada dan Sari menerima tawaran yang diberikan oleh pemangku adat Suku Danau. Meskipun awalnya merasa cemas dengan rencana yang berubah, mereka menyadari bahwa tinggal sementara di wilayah Suku Danau adalah kesempatan yang berharga untuk mendalami lebih dalam budaya dan tradisi lokal, serta memperkuat persiapan untuk pencarian Keris Naga Putih yang sebenarnya.Pemangku adat menjelaskan dengan bijaksana tentang pentingnya perencanaan yang matang dalam mengejar tujuan mereka. Dia menegaskan bahwa kesabaran dan ketekunan akan membawa mereka lebih dekat kepada tujuan mereka, dan bahwa menunggu hingga saat yang tepat adalah langkah yang bijaksana."Mada, Sari, kalian adalah tamu yang terhormat di antara kami. Kami senang untuk menjamu kalian dan berbagi pengetahuan kami tentang tanah dan tradisi kami," kata pemangku adat dengan hangat.Mada dan Sari merasa lega mendengar kata-kata itu, dan mereka bersyukur akan kesempatan yang diberikan. Mereka menyadari bahwa tin
Mada dan Sari dengan antusias menerima tawaran tersebut. Mereka menyadari pentingnya memiliki keterampilan bela diri untuk melindungi diri mereka sendiri, terutama dalam menjalani perjalanan yang penuh dengan bahaya dan tantangan.Dengan penuh semangat, mereka mulai belajar dari Pemangku Adat tentang teknik-teknik bela diri yang telah diwariskan oleh nenek moyang Suku Danau. Mereka rajin berlatih setiap hari, mencoba menguasai setiap gerakan dengan cermat dan tekun.Selain itu, Mada dan Sari juga belajar dari buku bela diri kuno yang telah diselamatkan oleh Suku Danau dari serangan musuh. Mereka terkesan dengan ketekunan dan kebijaksanaan nenek moyang mereka dalam menjaga pengetahuan dan warisan budaya mereka.Dengan bantuan teknologi kreatif Suku Danau, seperti pembuatan kertas dari berbagai bahan alami seperti serbuk sari Pati pohon, Lontar, Bambu, dan daun yang diawetkan khusus, mereka dapat mempelajari isi buku bela diri kuno dengan baik meskipun sudah usang dan rawan rusak.Mada
Selama bulan pertama tinggal di desa Suku Danau, Mada dan Sari ditugaskan untuk memperkuat keterampilan dasar bela diri mereka. Mereka menghabiskan waktu berlatih setiap hari di bawah bimbingan para guru bela diri setempat.Pertama-tama, mereka dilatih untuk meningkatkan kekuatan kaki mereka dengan berlari-lari kecil di sekitar desa dan mendaki bukit-bukit yang tersebar di sekitar Danau Merah. Latihan ini bertujuan untuk memperkuat otot-otot kaki mereka dan meningkatkan daya tahan fisik.Selain itu, Mada dan Sari juga diberi latihan untuk menguatkan tangan dan lengan mereka. Mereka diajarkan teknik dasar dalam penggunaan senjata tradisional Suku Danau, seperti panahan, keris tembaga, dan tombak. Latihan-latihan ini dilakukan dengan memperagakan gerakan-gerakan dasar dan berlatih memegang serta mengayunkan senjata-senjata tersebut dengan benar.Selama empat minggu berlalu, Mada dan Sari secara bertahap merasakan peningkatan dalam kekuatan dan keterampilan mereka. Mereka semakin percaya
Di minggu kedua, Mada dan Sari diberikan tugas yang menantang oleh pemangku adat Suku Danau. Mereka diberikan peta wilayah suku Danau yang berisi petunjuk tentang lokasi peti yang berisi tanduk rusa. Tugas ini tidak hanya menguji kemampuan mereka dalam membaca peta dan mengarahkan diri di alam liar, tetapi juga membutuhkan keterampilan mereka dalam memecahkan teka-teki dan menginterpretasi tanda-tanda misterius yang mungkin terdapat di peta.Salah satu tanda misterius yang muncul di peta adalah tanda tengkorak. Tanda ini mungkin memiliki makna yang dalam dan perlu dipecahkan untuk menemukan peti berisi tanduk rusa. Mungkin tanda tengkorak tersebut menunjukkan tempat yang berbahaya atau tersembunyi di dalam hutan, atau mungkin menjadi petunjuk untuk menemukan jalan menuju peti tersebut.Mada dan Sari harus bekerja sama dengan teliti dan menggunakan pengetahuan mereka tentang alam dan budaya suku Danau untuk mengungkap makna dari setiap tanda yang terdapat di peta tersebut. Dengan kecer
Pada minggu ketiga di Suku Danau, Mada dan Sari diberikan tugas untuk menjelajahi dan mempelajari flora dan fauna di sekitar danau. Mereka diajak oleh penduduk setempat yang ahli dalam mengenali tumbuhan dan hewan-hewan yang hidup di sekitar wilayah Suku Danau.Selama menjelajahi hutan dan danau, Mada dan Sari belajar tentang berbagai tanaman obat tradisional yang dimanfaatkan oleh suku tersebut untuk pengobatan. Mereka juga berkesempatan untuk melihat secara langsung keanekaragaman fauna yang hidup di hutan, termasuk beragam jenis burung, mamalia, dan reptil.Dengan bimbingan para ahli lokal, Mada dan Sari semakin menghargai keanekaragaman alam dan kearifan lokal suku tersebut dalam memanfaatkannya. Mereka juga menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan ekosistem untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya.Fakta menarik tentang keberadaan kampung kucing di dekat Danau Suku Danau tersebut menambah keunikan dan keajaiban alam di sekitar wilayah tersebut. Penduduk setempat