Share

Bab 121

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2025-01-30 23:23:41

"Lily, Lily?"

Lily tersentak lalu segera berbisik pada Vina, "Vina, aku merasa ada seseorang yang sedang mengawasiku."

"Jangan bercanda! Kau membuatku takut," ucap Vina.

"Aku tidak bercanda. Aku sedang serius."

"Sekarang kau ada dimana?"

"Aku sedang ada di studio," jawab Lily sambil menatap ke sekelilingnya dengan was-was.

Dia belum pernah merasa begitu waspada selama ini. Baru kali ini dia merasa perasaannya tak enak dan instingnya mengatakan kalau dia sedang diikuti.

"Jangan kemana-mana aku akan segera ke sana."

Lily menganggukkan kepalanya meski tahu Vina tidak bisa melihatnya. "Cepat datang kemari sebelum- Ahh.. hmmm.."

Tiba-tiba Lily dibekap oleh seseorang dari arah belakang. Dia berusaha untuk meronta-ronta namun sangat sulit. Tubuhnya yang lemah tidak bisa melawan kekuatan yang lebih besar darinya.

Insting Lily memang tidak salah. Benar-benar ada orang yang mencurigakan di dalam studionya.

"Hmmpt... hmmmpt!" Selain meronta-ronta, Lily berusaha keras mengeluarkan suaranya untuk
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 122

    Olivia memutar kedua bola matanya malas. "Aku tahu, tapi bisakah kau sedikit bersabar?" tanyanya kesal.Pria itu terkekeh pelan namun tatapannya tak beralih pada Lily yang sedang pingsan di atas ranjang. "Baiklah, aku beri kau waktu sampai tengah malam nanti. Entah dia akan bangun atau tidak. Aku akan menggarapnya setelah tengah malam nanti."Olivia mendengus pelan. "Iya, iya."Setelahnya pria itu keluar dari rumah yang sudah disewa Olivia sebelumnya.Suara pintu yang tertutup langsung terdengar. Olivia menatap lagi ke arah Lily yang masih pingsan dengan tersenyum menyeringai."Inilah akibat dari melawanku, Lily Orlantha," gumamnya.Sepuluh menit kemudian.Byurrr.Guyuran air yang dingin menerpa wajah Lily hingga membuatnya kesusahan untuk bernapas.Secara reflek Lily ingin mengusap wajahnya untuk mengusap air yang membasahi wajahnya, namun kedua tangannya diikat.Jadi Lily berusaha membuka kedua matanya meskipun terasa perih.Yang dilihatnya pertama kali adalah langit-langit kamar y

    Last Updated : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 123

    Vina hendak menjawab namun sebuah mobil Toyota Fortuner milik kedua orangtuanya juga sudah datang.Begitu pintu terbuka, Sandra langsung keluar dan berlari ke arah Vina untuk memeluknya."Kamu yang sabar... Mama dan Papa sudah menghubungi polisi untuk meminta tolong," ujar Sandra setelah melerai pelukannya.Sudut mata Vina nampak memerah.Setelahnya Vins mendekat ke arah mereka. Yang disapanya duluan adalah Finley. Vins nampak begitu hormat karena bagaimanapun Finley adalah pengusaha sukses yang levelnya jauh berada di atasnya.Finley melambaikan tangannya. "Jangan begitu sungkan terhadapku, Tuan Vins. Bisa jadi kita akan menjadi rekan bisnis dalam waktu ke depannya nanti."Mendengar itu, Vins nampak berbinar-binar. "Baik, Tuan Finley. Saya tidak sabar untuk menunggu kerja sama dari Anda."Vina mendekati mereka berdua. "Finley, bisakah kita segera menuju ke titik lokasi? Aku lihat dari aplikasi maps, tempat itu membutuhkan setidaknya waktu lima jam jika mengendarai mobil.""Sebaiknya

    Last Updated : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 124

    Dengan napas yang tersengal-sengal, Lily masih mencoba untuk tetap tersadar meski sekujur tangannya terasa sakit dan perih luar biasa.Darah segar masih menetes dari pergelangan tangannya.Olivia menatap itu dengan senang. "Kenapa gunting ini susah sekali untuk memotong tali? Sepertinya aku harus menekannya lebih kencang lagi."Jleb!"Aaahh!!" Lily berteriak kesakitan dan tubuhnya gemetar hebat akibat tusukan gunting yang dilakukan Olivia pada tangan sebelah kanannya.Kini, kedua tangan Lily berlumuran darah akibat luka yang disebabkan gunting.Kedua mata Lily sudah nampak buram. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya saat ini. Penampilannya sangat kacau dengan darah segar menghiasi kedua tangannya.'Ini gila! Olivia ingin membunuhku!' teriak Lily dalam hatinya.Meski berpikir begitu, Lily masih bersyukur setidaknya yang mengalami bukan orang-orang terdekatnya. Olivia pernah menargetkan Arsan yang membuatnya harus pulang ke Tanah Air.Dia sendiri tidak bisa membayangkan kalau Arsa

    Last Updated : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 125

    Lewat tengah malam.Olivia terengah-engah setelah beberapa kali mengayunkan kayu ke arah kaki Lily hingga Lily sudah pingsan.Pintu rumah segera terbuka.Pria suruhan Olivia itu masuk dan mendekatinya."Kau gila? Kau sudah membunuhnya?" tanya pria itu dengan meremas rambutnya frustasi."Kan sudah kubilang kalau aku ingin menikmati tubuhnya dulu..."Wajah Olivia nampak datar dan tenang. Sama sekali tidak ada raut wajah penyesalan atau apapun itu. "Dia hanya pingsan," ujarnya setelah membuang balok kayu yang juga sudah berlumuran darah."Aku akan menyerahkan sisanya kepadamu, Ben." Olivia menepuk sisi bahu Benny lalu berlalu pergi.Benny masih terdiam, menatap kosong pada Lily yang sudah pingsan dengan berlumuran darah."Kalau begini kan aku jadi tidak bisa menikmatinya lagi," keluh Benny dengan kesal.Padahal Benny sudah pusing karena tidak menuntaskan hasratnya pada seorang wanita beberapa hari ini. Sekarang dia sudah ada seorang wanita tapi tetap juga tidak bisa menyalurkannya.Baga

    Last Updated : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 126

    Setelah berjalan beberapa langkah dari rumah usang, Max dan para polisi hutan mendengar suara berisik dan angin dari kejauhan.Mereka saling menatap dan berpikir ada sesuatu yang sedang datang ke arah mereka.Tak lama dari itu, muncul seseorang yang keluar dari pepohonan."Tuan Max!" Rupanya yang keluar adalah Andri. Di belakangnya terdapat beberapa petugas polisi yang mengikutinya.Melihat itu, Max bisa bernapas lega.Pikirnya, pasti Andri telah meminta bantuan pada polisi untuk menyelamatkannya dan yang lain."Untung Anda sudah selamat, Tuan." Lalu melirik Lily yang berada di gendongan Max dengan tatapan mengernyit."Apa yang terjadi pada Nona Lily?" tanyanya."Dia terluka parah dan harus segera mendapatkan penanganan. Apa ada transportasi yang lebih cepat untuk membawanya ke rumah sakit?"Tepat setelah Max bertanya, angin kencang yang diikuti suara berisik mendekat ke arah mereka.Begitu Max mendongak, itu adalah helikopter pribadi yang sedang berusaha untuk parkir, tak jauh dari t

    Last Updated : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 127

    Saat matahari akan terbit, Olivia yang baru saja menginjakkan kakinya ke apartemen memilih untuk menuju ke kamar mandi.Bau keringat yang bercampur dengan bau anyir darah membuatnya tak nyaman jika langsung menuju ke kasur untuk beristirahat.Setelah melepaskan semua pakaian, dia segera menuju ke bathtub yang sudah berisi air hangat dan juga sabun wangi aroma bunga-bunga.Untuk melepas rasa penat, dia mulai menenggelamkan diri ke air sabun dan menggosok badannya dengan perlahan.Terpikirkan dengan kerjaan Benny, Olivia pun mengambil ponsel yang dia letakkan di sisi bathtub.Olivia langsung menelepon Benny.Namun sudah beberapa saat Benny tak segera menjawab panggilannya.Mengabaikan Benny, Olivia meletakkan ponsel dan kembali menggosok tubuhnya.Sepuluh menit setelah itu, Olivia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe.Saat dia menyibak gorden, matahari sudah terbit dengan sempurna.Ini adalah saat yang tepat untuk merebahkan diri di atas kasur.Setelah mengganti bathrobe d

    Last Updated : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 128

    Dua hari kemudian.Lily yang tadinya masih terbaring di atas ranjang dan belum sadar, kini mulai menampakkan kesadaran dengan menggerakkan jari-jari tangannya.Seorang perawat yang sedang menjenguknya pun terkejut lalu dia segera berlari keluar untuk memanggil seorang dokter.Lily membuka kedua matanya perlahan dan merasa seluruh badannya terasa sakit.Sorot lampu berwarna putih membuat matanya menyipit dan terasa sangat berat untuk dibuka.Tepat setelah itu seorang dokter membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan. Dia memasang stetoskop dan memeriksa keadaan Lily.Setelah memeriksa, dokter itu melepas stetoskopnya dan bertanya dengan pelan, "Nona Lily? Apa Anda bisa mendengar saya?" Mendengar itu, Lily hanya terdiam dengan kedua mata yang masih terasa berat untuk terbuka lebar. Entah mengapa tubuhnya terasa lemah dan dia tidak memiliki tenaga untuk menjawab. Terlebih ada alat bantu oksigen yang membuatnya kesusahan untuk menjawab."Anda bisa menjawab saya dengan anggukan kep

    Last Updated : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 129

    Keesokan harinya.Lily mulai tersadar dan ingatannya sebelum pingsan perlahan menghantam benaknya yang masih lemah.Tetesan air mata membasahi pipinya. Bukan karena kesedihan melainkan karena terharu dia masih diberi kesempatan untuk tetap hidup meski kedua kakinya telah patah dan pergelangan tangannya mengalami luka berat.Tadi dokter berkata jika dia telah kehilangan banyak darah hingga mendapat transfusi darah sebanyak tujuh kantong.Ditambah dia telah menjalani operasi patah tulang yang membuat tubuh Lily terasa lemas saat bangun.Jika tidak dibantu dengan suntikan pereda nyeri, pasti Lily akan berkali-kali pingsan karena merasakan kesakitan yang luar biasa.Saat ini Inda yang menemani Lily di rumah sakit. Dengan telaten Inda menyuapi Lily yang sudah diperbolehkan oleh dokter untuk makan.Selain itu, Inda juga terlihat sabar menangani kebutuhan Lily yang lain seperti buang air kecil dan buang air besar.Sesekali terlihat oleh Lily, Inda mengusap sudut matanya yang memerah dan juga

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 145

    Hari-hari berlalu, Lily telah menghabiskan banyak waktu menyendiri di ruangan khusus yang dibuat oleh Wina untuknya.Lily merasa nyaman dan bisa sedikit melupakan perasaan emosional menumpuk yang membuatnya depresi belakangan ini.Dari arah jendela ruangan, dia tak memperhatikan Kenneth dan Wina yang berdiri menatapnya dengan tatapan senang. "Apa tidak bisa kau mengajaknya keluar rumah? Aku sudah tanya ke dokter Ari barusan. Kondisi kejiwaan Lily jadi semakin membaik berkat usulanmu untuk menekuni hobinya membuat desain gaun. Sepertinya dia bisa kita ajak keluar rumah besok," ujarnya pada Wina.Wina nampak berpikir sejenak. Pandangannya sama sekali tak beralih dari Lily yang nampak fokus."Pergi kemana memangnya? Aku masih belum tahu dia sukanya pergi kemana."Dia baru saja mengenal Lily selama kurang lebih satu bulanan ini. Tentu dia belum mengetahui soal apa-apa saja yang Lily sukai."Kau bisa bertanya dulu padanya. Barangkali dia ingin berkunjung ke suatu tempat, turuti saja selag

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 144

    Saat berada di hadapan Vina, Finley berusaha menarik kursi dengan hati-hati lalu duduk dengan tenang. Dia tidak ingin mengganggu Vina yang nampak lelah.kedua tangannya menyangga wajah di atas meja, tatapannya lurus ke arah Vina.Finley memikirkan bagaimana mungkin takdir malah membawanya ke seorang gadis yang merupakan sahabat dari wanita yang pernah dia sukai?Saat pandangannya menuju ke arah bibir Vina, dia kembali menjadi teringat awal mula malam petaka itu terjadi.Salah satu sudut bibirnya terangkat naik.'Harus aku akui kalau ciuman darinya terus membuatku terngiang-ngiang,' batinnya.Meskipun ciuman itu tidak begitu lihai, tapi entah mengapa Finley selalu mengingatnya setelah kejadian itu."Kapan kamu datang?"Suara yang berasal dari depannya itu membuatnya langsung tersentak. "Sudah bangun?" tanyanya.Vina mengangkat kedua tangannya untuk meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lalu menegakkan punggung."Siapa kira kalau ingin bertemu denganmu harus menunggu selama lebih d

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 143

    Satu bulan kemudian.Di kediaman Prajaya.Vina menatap testpack yang berada di atas wastafel dengan perasaan gelisah.Kedua tangannya terlipat di depan dada dan sesekali ujung jarinya mengetuk-ngetuk di siku tangannya. Pandangan Vina tak lepas dari testpack yang baru saja dia celupkan ujungnya di cairan urinenya pagi hari ini. Sudah seminggu lebih Vina tidak mendapat menstruasi di bulan ini yang seharusnya datang tepat waktu seperti biasanya. Vina menatap pantulan wajahnya yang nampak pucat di depan cermin kamar mandi. Berawal dari lima hari yang lalu, saat dia hendak makan sarapannya, dia merasa mual hanya karena tak suka mencium aroma nasi yang baru saja matang.Awalnya dia tidak terlalu mempedulikannya. Tetapi asisten rumah tangganya yang tadi pagi melihat Vina mual-mual pun berkata dengan nada becanda, "Nona Vina sakitnya seperti orang hamil saja, mual-mual pas di pagi hari."Setelah mendengar itupun dia segera keluar dari rumah dan membeli testpack di apotek terdekat yang letak

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 142

    Kenneth menghadap Leni dengan tatapan menelisik. "Kau terlihat tidak senang kalau sepupumu masih hidup," duganya.Sesaat Leni menegang, namun itu hanya sebentar karena setelah itu dia tertawa kecil sambil bertanya, "Apa maksudmu, Paman? Aku kan hanya bertanya.""Siapa saja yang mendengar kabar itu pasti akan sama terkejutnya sepertiku. Anak paman yang dikabarkan meninggal dari bayi, tiba-tiba hidup kembali? Bukankah itu terdengar tidak masuk akal?" lanjutnya memberikan alibi.Leni dan Kenneth masih ada hubungan saudara. Ayah Leni bernama Jauhari Prima merupakan adik tiri Kenneth. Jauhari memiliki tiga anak yang semuanya memiliki kedudukan penting di perusahaan Kenneth.Selama ini Kenneth tidak menolak karyawan dari saudaranya sendiri selama mereka dapat bekerja dengan baik.Sejauh ini, Leni dan kedua adiknya telah menunjukkan kinerja yang baik di mata Kenneth.Kenneth menghela napasnya singkat. "Kau benar. Siapapun yang mendengar pasti tidak akan percaya, terutama keluarga kita."Leni

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 141

    "Bukankah Anda pernah bilang kalau Nona Lily adalah seorang desainer baju?" tanya Grace yang dijawab anggukan kepala oleh Wina."Nah, pertama-tama yang bisa Nyonya lakukan adalah melakukan pendekatan melalui apa yang disukai Nona Lily, yaitu soal merancang baju."Tiba-tiba wajah Wina menjadi tercerahkan setelah mendengar usulan Grace.Dia tak pernah terpikirkan soal hal itu sebelumnya. Maklum saja, saat sudah berada dekat dengan Lily, dia justru menjadi canggung untuk melakukan pendekatan sebagai ibu dan anak.Dengan mengajak sesuatu yang disukai Lily, Wina yakin kalau Lily akan lebih tertarik untuk mendekat padanya."Ide bagus, Grace. Aku sangat yakin Lily akan semakin bersemangat kalau aku membicarakan sesuatu yang dia sukai." Lanjutnya, "Siapkan ruangan yang memadai untuknya lalu carikan seseorang yang tahu soal penataan ruang dan barang-barang yang dibutuhkan untuk seorang desainer pakaian.""Baik, Nyonya.""Lakukan segera dan cepat, Grace. Aku tidak sabar untuk melakukan kegiatan

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 140

    "Hamil?" gumam Finley pelan. Kejadian hamil tidak pernah terbayangkan dalam hidup Finley. Dia selalu melakukan hubungan dengan aman, tidak pernah menumpahkan cairannya di dalam rahim lawan mainnya."Nikah saja kalau begitu," jawabnya enteng.Vina membuang pandangannya seraya mendengus pelan. Kedua sudut matanya sudah memerah dan juga nampak berair. "Entengnya kamu bicara," ujar Vina kesal sambil menatap ke arah jendela dengan menahan air matanya yang hendak keluar.Finley ikut berdiri dan menatap punggung Vina dengan kening mengernyit. "Kalau begitu mau kamu apa? Nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin kita kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya."Vina nampak terdiam, tidak ada gerakan apapun dari arah punggungnya. Finley pun melanjutkan, "Yang bisa kita lakukan hanyalah mengatasi masalah yang akan timbul setelah perbuatan semalam."Tatapan Finley nampak muram tetapi tetap ada keseriusan di dalam sorot matanya. "Kalau memang kamu hamil nantinya, aku bersedia untuk bertanggung jaw

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 139

    Vina menatap Finley tanpa mengedipkan mata, sesaat ada tatapan kecewa namun itu hanya sebentar.Vina tertawa dengan keras lalu berkata, "Kalau ingin membuatku menyerah, jangan berkata omong kosong. Mana mungkin Ivan yang gagah macho itu malah menyukai pria?"Tawa Vina begitu keras hingga keluar air mata dari sudut matanya. Finley begitu kejam, mengatakan hal-hal yang tak masuk akal demi membuatnya menyerah.Finley memutar kedua bola matanya dengan malas. "Terserah."Lalu kembali meminum botol alkoholnya hingga habis. Vina melihat Finley yang tengah minum dengan perasaan kacau. Jika Ivan hanya tidak menyukainya, dia bisa terus berjuang agar Ivan bisa melihat ke arahnya.Tetapi kalau benar Ivan suka pria, mau Vina berguling-guling atau memohon pun Ivan tak akan menyukainya.Vina membuang pandangannya lalu menatap ke sembarang arah dengan mata buram.Pantas saja Ivan selalu bersikap dingin dan cuek padanya.Setelah dipikir-pikir, Ivan selalu begitu pada setiap wanita. Awalnya dia berpi

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 138

    Vina sedang ada acara keluarga di hotel bintang lima yang kemudian tak sengaja melihat Ivan saat sedang berjalan ke arah lift."Ivan? Rupanya yang aku lihat itu benar kamu?" tanyanya setelah memastikan jika seorang pria bertubuh tegap dan tinggi itu adalah Ivan.Ivan terlihat tak nyaman, dia mengalihkan pandangannya dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Saya sedang ditugaskan di sini."Meskipun Ivan selalu bersikap cuek dan dingin padanya, tetap Vina tidak menyerah. Baginya sikap Ivan yang seperti itu malah membuatnya semakin tergila-gila. Ivan semakin tampan dengan wajahnya yang dingin itu."Oh ya? Kebetulan sekali dong, aku juga sedang ada acara di sini. Jangan-jangan kita berjodoh kali ya..."Vina terkekeh pelan dan terdapat semburat merah di pipinya saat ini.Ivan merasa malu, lalu menoleh ke arah temannya, Norman yang sedang menahan tawanya saat ini."Kalau begitu, saya permisi dulu, Nona. Saya masih harus bertugas menjaga Tuan Finley."Vina segera menghentikan Ivan. "Apa?

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 137

    "Bu, sebenarnya aku dan Lily hanya pura-pura berpacaran."Saat ini Finley yang tengah duduk berhadapan dengan sang ibu, hanya mampu menundukkan pandangannya, tak berani bertatapan langsung.Tadi Donna bersikeras untuk mengajak Finley menjenguk Lily di rumah sakit. Donna berkata, "Kau sangat tidak perhatian pada kekasihmu sendiri, Finley. Lily sedang sakit, harusnya kamu lebih sering berkunjung dan menemaninya supaya lebih cepat pulih."Sebenarnya Donna sudah dijadwalkan pulang sejak beberapa hari yang lalu, namun Donna memutuskan untuk tinggal lebih lama setelah mendengar kabar kemalangan yang menimpa Lily.Karena Finley merasa tidak enak jika terus menerus membohongi sang ibu, akhirnya Finley berterus terang agar ibunya tak lagi terus berharap.Pada awalnya Finley merasa bisa menjadikan Lily sebagai pacar yang sesungguhnya. Namun lambat laun dia tersadar, kalau yang dia rasakan bukan perasaan cinta. Melainkan hanya perasaan nyaman karena sudah terbiasa. Selain itu, ketika Lily meno

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status