Dengan ayunan yang begitu cepat, Subansari berhasil membunuh pria bertopeng itu.
Tidak ada yang menduga jika dua orang itu bisa berhasil mengalahkan dua pendekar yang berada jauh di atas mereka. Ini adalah keberuntungan barangkali, atau mungkin takdir.
Setelah kematian lawannya, Lanting Beruga dan Subansari menghempaskan punggung mereka di permukaan tanah. Tampak jelas raut wajah mereka berdua benar-benar kacau.
Subansari mengeluarkan beberapa obat untuk mengobati luka sayatan yang diterima dirinya di bagian lengan, kemudian mengatur nafas dan mulai menghimpun tenaga dalam.
Sementara Lanting Beruga merasakan dadanya masih sakit, dia mungkin mengalami luka dalam saat ini.
Pemuda itu terkapar dengan posisi terlentang, tidak jauh dari mayat wanita seksi. Garuda Kencana tergeletak tidak jauh dari kepala Lanting Beruga, dan sama kacaunya dengan dua manusia itu.
"Aku kehabisan kekuatan," gerutu Lanting Beruga, kemudian perutnya mulai berbuny
Jangan lupa dukung author
Di dalam markas itu ada puluhan pendekar yang setingkat dengan dua orang yang baru saja di lawan oleh mereka berdua, sementara itu mungkin ada lebih dari 10 orang pendekar yang telah mencapai tahap tanding. Ini adalah tahap awal dari kependekaran yang berada di level tinggi.Level tanding, pilih tanding, dan juga tanpa tanding.Sekarang Lanting Beruga terdiam sejenak, tidak mungkin dia menyerang markas itu, karena hanya akan mengantarkan nyawa saja.Namun pembawaan dirinya membuat Lanting Beruga begitu tertantang, dia ingin bertarung melawan orang hebat. Hanya dengan itulah dia bisa menjadi lebih kuat lagi dari saat ini.Lanting Beruga bersembunyi di balik dedaunan ketika beberapa pendekar aliran hitam itu terlihat sedang melakukan patroli."Klik Klik Klik ..." Garuda Kencana berkata, "bersembunyi ada yang datang."Lanting Beruga semakin membenamkan tubuhnya di dalam semak-semak belukar, menarik Subansari dekat dengan tubuhnya.
Subansari mulai bimbang, dia ingin bersama dengan Lanting Beruga, menghadapi musuh mereka, tapi ucapan Lanting Beruga ada benarnya. Jika dia tidak pergi dari sini, maka kematian akan datang kepada gadis itu.Pada akhirnya Subansari menutup matanya, dan mulai melangkah pergi meninggalkan Lanting Beruga.Pemuda itu menggunakan segenap kemampuannya untuk menahan lawan dengan pedang besar, agar Subansari bisa melarikan diri sejauh mungkin.Mulai kesal dengan tindakan Lanting Beruga, lawannya mulai memainkan teknik bertarung lebih serius dari sebelumnya. Dia ingin membunuh Lanting Beruga secepat mungkin dan mengejar Subansari.Jika gadis itu lolos, maka informasi mengenai markas sekte hitam yang bersarang di Muara Sungai Arum akan bocor sampai di telinga Dewangga. Ini bahaya."Mati saja kau bocah!" pria itu meraung keras, seraya menebaskan pedang besarnya, tapi Lanting Beruga telah menggunakan mode cahaya api, dia sulit diserang.Di sisi lain, Su
Garuda Kecil yang biasanya tidak pernah pergi dari pundak Lanting Beruga, kini melompat untuk menjauh, rasa panas itu membuat dia tidak tahan."Kurang ajar, kau pikir bisa mengalahkan diriku?!" ucap pria itu. "Jurus Pedang Penghancur Karang."Dengan tenaga dalam jumlah besar, pedang besar di tangannya mulai bercahaya putih jingga, itu adalah kekuatan yang menakutkan. Lebih kuat dari 3 orang lawan Lanting Beruga tempo lalu.Namun sayangnya, kekuatan sebesar itu tidak membuat Lanting Beruga menjadi kecut, cahaya merah mengalir dari tubuh pemuda itu menuju pedang di tangannya.Perlahan warna pedang yang putih berkilat berubah warna menjadi merah pekat, seakan bilah pedang itu baru sja keluar dari tungku perapian yang panas.Ini adalah mode ke dua dari Roh Api yang bisa digunakan oleh Lanting Beruga, menambahkan kekuatan api pada senjata yang dipegang oleh Lanting Beruga.Bukan hanya itu, ketika mode ke dua ini digunakan, aura api akan terpancar
Beberapa waktu yang lalu.Rombongan Dewangga melaju cepat dengan ilmu meringankan tubuh mereka, tapi hingga hari ini tidak mengetahui dimana lokasi keberadaan Markas Kelelawar Iblis yang dikabarkan oleh bangsawan Sursena.Jendral itu bahkan berpikir mungkin saja Sursena salah mendapatkan informasi,buktinya mereka rombongan Dewangga telah mengelilingi wilayah Majangkara tapi tidak menemukan tanda-tanda keberadaan musuh.Memang mereka kadang kala mendapatkan sarang para bandit, beberapa pencuri kecil dan sekte-sekte kecil lainnya, tapi tidak ada yang menjurus ke arah Sekte Kelelawar Iblis."Jika besok pagi kita belum menemukan tanda-tanda keberadaan musuh, pencarian ini sebaiknya dihentikan untuk sementara waktu ..." ucap Dewangga.Nyai Anjani tidak memberikan bantahan apapun, dia juga mulai kesal. Apakah ini hanya konspirasi Sursena saja, pikir Nyai Anjani.Alasan itu diperkuat, karena akhir-akhir ini Majangkara mengalami kemunduran dari segi
Suasana saat ini menjadi sedikit dingin, setelah Nyai Anjani memasukan kembali pedangnya ke dalam tanda samudra.Dewangga segera meminta anak buahnya untuk meringkus pria terakhir dari sekte jahat guna meminta keterangan lebih lanjut.Sementara itu, Nyai Anjani segera memeriksa tubuh Lanting Beruga yang terasa sedikit panas."Seluruh ototnya seperti terbakar," ucap pendekar medis setelah memeriksa tubuh Lanting Beruga. "Aku belum pernah melihat luka seperti yang dialami oleh pemuda ini sebelumnya.""Bagaimana dengan organ dalamnya?" ucap Dewangga."Luka dalam yang didapatkan oleh pemuda ini cukup parah, tapi jangan khawatir aku sudah memberinya pil teratai biru, luka dalamnya akan pulih dalam beberapa hari ke depan."Dari semua orang di sana, wajah Nyai Anjani yang paling terlihat sangat tegang, dan khawatir. Meski dia tidak terlalu memperhatikan Lanting Beruga seperti seorang guru yang memperhatikan muridnya, tapi dalam lubuh hati ter
Setelah beberapa hari istirahat memulihkan kondisi akhirnya regu itu melanjutkan kembali perjalanan mereka.Lanting Beruga sudah benar-benar pulih, dia tidak khawatir jika harus bertemu musuh dan bertarung lagi.Di sepanjang perjalanan bahkan dari beberapa hari yang lalu, Dewangga selalu menceritakan banyak pengalamannya kepada Lanting Beruga. Ini membuat beberapa orang menjadi sedikit iri, termasuk Subansari dan Nyai Anjani.Nyai Anjani acap kali mengingatkan Dewangga, bahwa Lanting Beruga adalah muridnya, dan dia tidak akan memberikan pemuda bodoh itu kepada siapapun, termasuk juga Dewangga.Namun Dewangga malah tertawa terbahak-bahak, mengatakan jika hal semacam itu tidak perlu dibahas, dia juga berhak menjadi guru Lanting Beruga mengingat dia adalah pemimpin Kota Majangkara dan juga orang terkuat di wilayah itu.Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan, kini mereka tiba di ujung bukit kecil, dari sini mereka sudah bisa melihat sebuah istana k
Pertarungan pada akhirnya terjadi pula, tapi pusat utama dalam pertarungan ini adalah pemuda bodoh yang begitu keras kepala. Lanting Beruga. Sesekali pemuda itu menggunakan mode pertama Cahaya Api ketika menghadapi lawan yang sedikit lebih kuat, membuat dia tampak seperti elang api yang berpijar di siang hari. Dewangga semakin terpukau melihat pemuda itu, dan semakin tertarik untuk mendidiknya. Meski tanpa tenaga dalam, rupanya Lanting Beruga berbakat dengan pedang, itu adalah poin utama bagi pendekar pedang. Semangat Lanting Beruga juga begitu besar, dia tidak takut dengan bahaya, tidak takut mengambil resiko dan ini adalah kekuatan sekaligus kelemahannya. "Anak muda, perhatikan gerakan ini baik-baik ..." ucap Dewangga, "aku yakin kau belum melihat jurus ini." Tarian Dewa Angin. Jurus yang digunakan oleh Dewangga berhasil mengirim belasan musuhnya ke alam baka. Sial, Nyai Anjani benar-benar ingin berteriak keras, pasalnya jurus
Nyai Trang Hati pernah mengatakan salah satu dari 12 pusaka ada di tangan sekte aliran hitam, tapi tidak menduga jika pusaka itu rupanya ada di depan mereka."Jendral Dewangga ..." ucap pria itu. "Sebenarnya aku tidak ingin berurusan dengan dirimu, tapi apa boleh buat kau datang sendiri ke tempat ini."Pria itu bernama Laweh Suro, umurnya tidak seperti wajahnya, dia sudah cukup tua, tapi dengan teknik tertentu perawakan Laweh Suro bisa dibilang masih sangat muda, seolah pria berusia 27 tahunan."Hahaha ...orang tua ini sanga sensitif jika wilayahnya diusik oleh sekte sesat seperti kalian."Senyum kecil menghilang dari wajah Laweh Suro, dia memerintahkan anak buahnya untuk menyerang lebih dahulu.Terjadilah pertarungan antara pasukan Majangkara melawan Sekte Sesat Kelelawar Iblis.Nyai Anjani langsung saja melawan tiga orang pendekar pilih tanding di pihak musuhnya, ini adalah lawan seimbang mengingat dia adalah pendekar tanpa tanding.